Episode 16

40 4 0
                                    

Melihat seorang prajurit yang terkapar di tanah dan meringis kesakitan memegang kaki kanannya, prajurit lain mendekat memeriksa ke ada'anya.

" Ada apa ini ?! Kenapa kau terkapar kesakitan ?! " Tanya prajurit lain sambari membantu prajurit yang kesakitan.

Paman arten yang melihat nya langsung menghapiri prajurit kesakitan itu.

" Kau mau apa gembel !" Ujar prajurit lainnya menghalangi paman Arten.

Tersenyum tipis melihat tingkah prajurit sombong, paman Arten pun kemudian berbicara.

" Tuan prajurit, saya dulu adalah seorang tabib , biarkan saya merawatnya." Tawar paman dengan membungkukan badan nya.

" Kau ? Memangnya bisa apa kau ?!!" Menatap sinis prajurit ke arah paman.

Meringis kesakitan prajurit terus memegang kakinya.

Melihat prajurit yang kesakitan semakin menjadi dia pun membiarkan paman Arten merawat prajurit itu.

Tangan paman menuju lukanya, jemari nya bermain di area engsel kakinya.

Di gerakkan perlahan lahan tangan paman membetulkan posisi tulang yang salah.

Jeritan kesakitan membuat prajurit itu akhirnya pingsan.

" Kau! Apa yang kau lakukan keparat! " Teriak prajurit menarik kerah paman dengan kasar.

Tersenyum tipis lagi paman menunjukkan nya.

" Tenanglah tuan, dia hanya pingsan, biarkan dia beristirahat dan dia akan kembali sembuh."

Arten yang bingung melihat paman hanya bisa terdiam.

" Keparat ! Kau kan yang membuat nya sampai terluka." Di pukulnya paman Arten dengan kuat, tapi tubuh paman bahkan tidak bergerak sedikit pun setelah menerima pukulannya.

" Paman !" Teriak Arten yang siap menyerang prajurit memukul pamannya.

Paman Arten langsung mengisyaratkan untuk Arten menahan diri dan urungkan niatnya.

Melihat keributan yang semakin jadi datang seorang prajurit dengan lencana menghampiri.

" Kenapa ribut sekali ?" Tanya melerai prajurit yang emosional.

" Kau tidak apa-apa? "

" Ini , gembel ini membuat prajurit itu terkapar ." Tujuknya.

Menggeleng kan kepala paman Arten.

" Bagaimana menurut mu, pak tua? "

" Begini tuan , cucu saya sudah memenuhi syarat untuk mendaftar di akademi kerajan , kemudian prajurit itu bertarung dengan cucu saya untuk mengetes nya, mungkin karna terlalu bersemangat ketika di akhir pertarungan prajurit itu berlari dan kakinya terkilir Karena tanah yang tidak rata di saat bersamaan cucu saya sedang menyerang nya ,cucu saya sudah loncat terlebih dahulu dan menyerang nya." Ujar paman menjelaskannya.

" Saya mohon maaf, tuan. Ini tidak di sengaja."

Terdiam mendengar penjelasan paman , prajurit itu melihat prajurit lain yang sedang pingsan.

Kemudian dia melihat Arten yang berada di belakang paman .

Arten dan prajurit saling menatap.

" Begitu...?"

" Ya , tuan seperti itu." Jawab paman.

Berjalan prajurit itu mendekati Arten.

" bocah kau ingin masuk ke akademi kerajan ?"

Arten : Pesilat Sakti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang