Episode 02

555 38 10
                                    

Tiba-tiba terdengar suara aungan yang keras, kali ini asalnya di bagian hutan yang dalam dan gelap.

Burung-burung berterbangan menjauhi asal dari suara mengerikan itu.

Senior yang tadinya terdiam tiba-tiba berbicara.

" Tidak ada yang menjamin apa yang akan terjadi untuk masa depan kita dalam mengambil pilihan, Jadi pilihlah pilihanmu sendiri. " Mengeluarkan kata-kata yang cukup bagus dengan tatapan ketakutan dan kembali mengeluarkan keringat dingin.

Terdengar suara minta pertolongan dari belakang.

Terdengar lagi, lagi dan lagi. Teriakan ketakutan memohon datangnya sang penyelamat dan di akhiri dengan teriakan kesakitan.

Suara seperjuangan yang saling berbagi makanan sesaat sebelum menjalani misi terdengar begitu jelas di telingan ke dua prajurit yang terus berlari ini.

Tanpa memalingkan kepalanya kebelakang dan mempedulikan suara minta pertolongan, mereka berdua mengabaikannya.

Kecepatan lari prajurit senior bertambah dan di ikuti prajurit yang sering bertanya kepadanya dari belakang.

Melewati pepohonan, dan bebatuan. Mereka berdua terus berlari dengan tatapan ketakutan yang terus menghadap ke arah depan.

Mendekati senior yang memiliki segudang pengalaman dan kembali mengeluarkan pertanyaan.

" Apakah kita akan selamat ?!" Bertanya dengan ekspresi ketakutan tanpa saling berbagi tatapan.

" Kau benar-benar bodoh !! Sial kenapa kau mengikuti ku terus?? Raja bodoh ! Tim pembasmi bodoh ! Pemimpin bodoh ! Kalau begini sama saja dengan kejadian itu (tim pembasmi angkatan ke-4). "
Menjawab marah dengan nafas yang mulai tidak teratur.

Lari dan lari menjauhi ajal.
Aungan dan jeritan mulai tidak terdengar .

Melambat pergerakan dan mengambil nafas, Itu yang di lakukan prajurit senior. Senior pun akhirnya berhenti kelelahan.

Tatapan ketakutan masih melekat pada kedua prajurit di wajahnya masing-masing. Prajurit senior yang mencari pohon untuk sandaran tubuh lelahnya di lanjutkan dengan mengeluarkan pedang dari sarung pedangnya di pinggang dan di genggam dengan erat menggunakan tangan kanannya.

Dilihat dari pergerakan senior sepertinya tempat ini sudah aman, itu yang di pikirkan oleh prajurit " Ekor. " yang terus mengikuti dan memperhatikan seniornya sambil memperhatikan daerah sekitar.

" Sial... Sial !! " Berguma sendiri kata-kata yang terus di ulang keluar dari mulut senior dengan tangan kirinya yang kini memegang kepala lelahnya dengan nafas yang terengah-engah.

Terdiam sesaat.

Kedua prajurit ini mengakhiri pelariannya dan berselenderan di pohon yang sama dengan tatapan ketakutan dan rasa bersalah yang masih melekat di wajahnya masing-masing.

Mendengar jeritan rekan-rekan yang terbunuh meminta bantuan, Pertolongan. Mereka berdua malah meninggalkannya.

Lagi pula jika mereka berdua datang menolong, mereka bisa apa ? yang ada mereka hanya mendaftar menjadi korban, Pikir dua prajurit ini.

Senior merasa bersalah dan mengingat insiden tim pembasmi angkatan ke-4 yang di basmi monster menengah ke atas.

Senior melamun dan hanyut dalam ingatan yang mengerikan itu. Senior yang meninggalkan teman kecilnya dan rekan-rekan setimnya demi menyelamatkan dirinya sendiri, Kejadian itu terulang lagi.

Air mata jatuh satu demi satu keluar sendiri tanpa di sadari yang berasal dari mata senior.

" Ini salah pemimpin ! Ini semua salah dia! Bukan salah ku ! Bukan ! ! " Ujar prajurit senior berguma pada prajurit di sampingnya sambil menghapus air mata yang mau keluar ataupun yang masih ada di wajah ketakutannya.

Arten : Pesilat Sakti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang