BAB 25 - GIFT

3.3K 276 193
                                    

Kinan berdiri di balkon, menghela napas panjang. Pandangannya menyapu seluruh bagian kamar bernuansa abu yang seperti kapal pecah. Hidungnya mencium aroma aftershave pekat yang menyelimuti seluruh bagian, seakan sebotol penuh cairan harum itu baru saja dihamburkan di kamar ini.

Keningnya berkerut, berpikir, bertanya dalam hati. Apa yang telah terjadi?

Sudah hampir sepuluh menit ia berdiam di kamar Sean. Setelah puas menangis di pelukannya, pria itu masih bungkam, lalu melangkah terhuyung ke kamar mandi. Meninggalkannya sendiri dengan berbagai pertanyaan yang berlarian di otak.

Karena bosan menunggu, ia memutuskan melangkah ke luar kamar. Mencari seseorang yang bisa dimintai tolong untuk membersihkan kamar Sean. Tapi langkahnya terhenti di ujung tangga ketika ada yang memanggil. Kinan berbalik, melihat Jhon berdiri di hadapannya.
"Hai, Kinan. Kita bertemu lagi."

"Halo, Jhon. " Kinan tersenyum ramah, membalas sapaan Jhon.

"Aku ingin berbicara denganmu."

Kinan berdiri gelisah, senyumnya memudar saat melihat pandangan ragu yang terpancar dari mata Jhon. Instingnya berkata bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Sialnya, di ruang tamu seluas ini hanya ada mereka berdua.

"Sikapmu terlalu baik padanya."

"Sean?"

Jhon mengangguk samar. "Aku hanya berharap kau menjauhinya."

Kinan mengernyit. Sebelum ia sempat bertanya penyebabnya, Jhon kembali berkata, "Sean akan mengadakan konser besar bersama Blue Moon Orchestra. Aku tidak ingin fokusnya terganggu karena kehadiranmu besok."

Tak sempat ia membantah, manajer itu berujar pelan, "Melihat keadaannya yang seperti tadi, aku yakin suatu saat dia juga bisa berbuat kasar padamu. Melakukan hal yang lebih mengerikan daripada saat ini."

Kinan terperangah, tak habis pikir, bagaimana mungkin manajer Sean yang sudah lama mengenalnya, bisa berasumsi seburuk itu. "Kau salah, Jhon, dia bukan orang yang seperti itu."

Jhon menghela napas kasar, bersiap membantah Kinan. Namun, dehaman pelan Sean membuat mereka serentak menoleh, melihatnya melangkah ringan dari lantai dua. Tak ada ekpresi apa pun yang melintas di wajahnya yang kini terlihat segar.

Tanpa memandang Jhon dan hanya menatap Kinan, ia berujar pelan, "Ayo."

Kinan mengangguk, melangkah bersebelahan dengan Sean. Para ART yang sudah menempati kursi masing-masing serempak menoleh dan menghentikan obrolan saat Sean bergabung.

Masih dalam diam, ia menarik kursi di sebelah kanannya untuk Kinan. mengisyaratkan dengan pandangan mata agar menempatinya. Setelah itu, Sean menempati tempatnya yang biasa, di bagian ujung meja makan panjang. Aland sudah lebih dulu berada di sebelah kirinya, bersebelahan dengan Jhon yang baru saja bergabung.

Tar buatan Kinan tadi pagi sudah berada di atas meja. Bibi Mer sengaja menunggu kedatangannya untuk memotong kue.

Sean menghela napas, berpikir sejenak, memandang semua orang beberapa saat, lalu berujar, "Merci."

Satu kalimat itu lebih dari cukup jika diucapkan oleh Sean. Wajah-wajah diliputi senyum mengangguk, hanya Aland yang dengan santai menimpali, "Sama-sama, Bos. Seharusnya kami yang berterima kasih padamu. Oh ya, selamat ulang tahun dari kami semua." Ia tersenyum lebar, yang dibalas anggukan tulus dan seulas senyum tipis dari Sean.

"Nah, ayo, potong kuenya, Bos. Aku tidak sabar ingin mencicipi. Tadi kupikir kau benar-benar akan mengawetkannya dalam kotak kaca."

"Itu, kan, milikku, kenapa jadi kau yang tidak sabaran?" dengkus Sean yang disambut gemuruh tawa semua orang di sana, termasuk Kinan. Semua orang benar-benar rileks kecuali wajah Jhon yang memberengut sebal.

Kiss The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang