BAB 29 - THE ANGEL

3K 272 208
                                    

Kinan berdiri di lobi lantai satu Paris Philharmonie, tak jauh dari pintu keluar Cite de La Musique. Suasana begitu terang, lampu-lampu menyala di atasnya. Puluhan orang berlalu-lalang, tak ada satu pun yang ia kenal.

Pandangan Kinan mengarah ke atas. Melihat banner-banner besar terpasang di sana. Rata-rata berisi tanggal pertunjukan konser yang akan digelar atau masih berlangsung hari ini, hampir mirip dengan poster film di bioskop.

Seulas senyum tersunging di bibir Kinan saat melihat foto Sean bersama musisi lain di salah satu banner di atas sana. Rasanya begitu aneh, hatinya menghangat, desiran halus kembali ia rasakan ketika mengingat perkataan Sean semalam. Saat pria itu mengungkapkan perasaan, menceritakan semua rahasinya.

Kinan mengalihkan pandangan ketika merasa ada seseorang yang berdiri di sebelahnya. Benar saja, seorang perempuan yang membuat gadis itu tiba-tiba gugup. Erika Huston, super model Victoria Secret yang sedang naik daun.

Kinan memandang Erika dari ujung kepala hingga kaki. Long coat hitam elegan membalut tubuh. Wajah cantik, rambut merah kecokelatan, sepasang sepatu hak tinggi yang serasi dengan penampilannya dan sebuket mawar berada di genggaman.

Wanita itu seakan tak peduli dengan sekitar dan hanya fokus pada pintu backstage di ujung koridor.

Kini, Kinan melihat dirinya sendiri lalu mendengkus pelan, frustrasi. Merasa tak ada apa-apanya dibanding Erika. Tinggi mereka berbeda jauh. Ia hanya setinggi pundak Erika saat berdiri bersisian seperti ini. Lalu ia melihat ke bawah, mengetuk-ngetuk ubin dengan sepasang wedges sneakers putihnya. Menyesal tidak menuruti saran Anne untuk memadankan gaunnya dengan heels. Namun, setidaknya, penampilannya malam ini jauh lebih baik dari pada biasanya.
*

Tanpa Kinan sadari, Sean berada di ujung koridor, mengagumi penampilannya dari jauh. Jantungnya bertalu seiring kaki melangkah.

Seulas senyum sangat samar terukir di bibir Sean, melihat gadis itu memakai gaun pemberiannya, yang dipadankan dengan skinny jeans putih panjang. Sean menyukai sapuan flawless make up di wajah Kinan, berpadu dengan kilau mutiara yang menghias bagian atas gaun. Cantik dan tidak berlebihan.

Satu hal lagi yang membuat Sean semakin mengagumi Kinan, rambut panjang selegam malam yang kini diuntai membentuk kepangan dan tersemat menjadi bandana di atas kepala. Saat gadis lain mulai mengecat rambut dengan berbagai warna mengikuti mode, Kinan masih tetap mempertahankan keaslian sebagai ciri khas perempuan Asia.

Tinggal selangkah lagi dan Kinan masih tak menyadari kedatangannya. Sean menarik napas, meredakan gemuruh dalam dada. "Maaf membuatmu menunggu," ujarnya pelan.

Nada dingin yang familier membuat Kinan refleks mendongak, melihat Sean sudah berdiri di sebelahnya.

"Tidak--"

"Tidak apa, Sean."

Suara perempuan mendahului, bahkan sebelum Kinan sempat menjawab. Ia dan Sean secara bersamaan melihat ke sumber suara, mendapati Erika tersenyum manis.

Nah, jadi Erika juga menunggu Sean? Lalu untuk apa pria itu memintanya menunggu jika sudah membuat janji dengan perempuan lain?

Kinan mendengkus sebal. Dengan wajah terlipat, ia bergumam, "Je regrette, sepertinya aku menganggu kalian." Ia melangkah pergi.

"Attendre, kau mau ke mana?" tanya Sean dengan raut kebingungan.

"Kau" Kinan menarik napas, meredakan rasa sebal yang mulai memuncak melihat wajah innocent Sean. "kau menyebalkan! Aku mau pulang."

Dahi Sean berkerut dengan sebelah alis terangkat melihat Kinan yang mendadak sebal. Mungkinkah dia cemburu? Tak dapat dimungkiri jika pemikiran itu membuatnya tersenyum dalam hati.

Kiss The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang