"Bener ni tempatnya?"
"Gak tau juga deh"
Alfa dan Akbar memicingkan matanya. Melihat dengan teliti sebuah gudang kosong di lokasi yang diduga target selanjutnya di Kebayoran baru. Ngasal sih. Mereka asal tanya-tanya mana yang ada rumah kosng. Ternyata, usut punya usut, Mereka salah alamat! Rumah dibelakang Alfa bernomor 31. Padahal nomor rumah yang dikataka Informannya tadi adalah 13. Entah karena kurang fokus atau salah liat, Alfa agak linglung saat berjalan kesana. Sebenarnya Akbar udah menduga kalau Alfa salah melangkah . Tapi bukannya memberi tau, ia malah jalan terus seperti tak ada apa-apa. Wajah datarnya hanya mengikuti Alfa yang berjalan dari belakang.
"Kamu kok gak bilang sih kalo kita salah alamat?!"
"Yah, Aku percaya aja sama kamu. Kamu kan udah handal. Jadi aku ..."
"Kamu ikut aku buat ngebantuin atau ngebebanin sih?!"
Tiba-tiba nada bicaranya semakin tinggi dan bertambah kasar. Akbar yang tampak kebingungan hanya bisa menatap dalam wajah sahabatnya yang main bentak itu...
"Kok kamu nyalahin aku?"
"Ya jelas lah. Harusnya kamu kasih tau kek kalo kita salah jalan!. Dari tadi diem. Aja sambil dengerin lagu. Gimana mau jadi Detektif. Dasar IQ jongkok!"
Seketika, Akbar yang terbelakak dengan perlakuan sahabatnya itu berubah cemberut. Akbar menepuk dada Alfa dengan wajah kecewa.
"Aku gak pernah bermimpi jadi kamu. Dan asal kamu tau, aku memang gak pernah dan gak akan pernah bisa jadi Detektif. Tapi aku punya jati diri! "
Sekal lagi, tepukannya mengiringi langkah Akbar yang amat kecewa berat pada sahabatnya...
"Bar, tunggu!"
"Ai don ker! (I don't care)"
Akbar meninggalkan Alfa dengan berjalan kearah berlawanan dari Detektif muda tersebut.
"Bar, Bukan gitu maksudnya! Aku sama sekali gak ada maksud ..."
Alfa terdiam saat sahabatnya menaikan telapak tangannya, Menyuruh Alfa untuk berhenti bicara sambil teruss berjalan. Alfa yang terpaku dengan kepergian sahabatnya hanya bisa mematung, Memandangi Punggung Akbar yang nyaris hilang ditikungan jalan.
Oke, Kali ini ia harus berusaha sendiri! Apapun hasilnya, Pada akhirnya ia pasti akan mendapatkan sebuah hasil meskipun mungkin salah alamat lagi atau si pelaku tak bisa ditangkapnya.
Alfa yang kebingungan hampir berjam-jam mengitari Kebayoran Baru sampai siang berganti sore. Alamat rumahnya masih belum ketemu.. Badannya benar-benar lelah dan pegal. Tapi itu sama sekali tak mengurungkan niatnya untuk terus melanjutkan penyelidikan. Meskipun waktu yang ia punya tinggal 4 jam, Alfa yang penuh optimisme itu harus siap apapun yang terjadi!. Dipikir-pikir berat juga rasanya melakukan penyelidikan sendirian tanpa ada satupun teman didekatnya. Rasa bersalah saat itu juga menggantung di hatinya.
"Akbar ... Kenapa kamu ninggalin aku? Susah tau rasanya!"
Alfa bergumam sendirian. Sangat sulit!. Ia menyesal, telah menganggap remeh Akbar. Pada akhirnya, ia juga yang merenungkannya ... Seharusnya ia ingat kebaikan orang sebelum menyemprotkan kesalahannya secara terang-terangan. Mungkin karena stress juga. Ia sendiri bingung, kenapa dirinya begitu emosian sekarang. Ditengah lamunannya, Alfa duduk
Sendirian di depan sebuah masjid kemudian Shaolat Ashar disana. Pada salam terakhir dalam sholtnya, Ia melihat sebuah bayangan.
"Akbar!"
![](https://img.wattpad.com/cover/158522914-288-k720185.jpg)
YOU ARE READING
ABNORMAL
Mystery / ThrillerCerita Thriller Mystery psychology tentang rahasia dibalik pembunuhan berantai yang melibatkan perkumpulan pemuja setan (Satanisme) yang berambisi menguasai kota Jakarta!