Prolog

18.1K 628 24
                                    


"Ayah ..., kenapa ibu nggak bangun-bangun, Ala mau sama ibu ...."

Haura menangis saat melihat jasad ibunya yang terbujur kaku dengan wajah yang tertutup kain putih. Haura tidak suka permainan ini, ia sudah tidak mau bermain lagi.

Fatih hanya bisa menahan sesak yang tak terkira, ia tidak menyangka bahwa pertengkarannya dengan Lina akan membuat istrinya itu pergi untuk selama-lamanya.

Haura masih terlalu kecil untuk mengerti kepergian ibunya. Terlebih anaknya itu masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

"Maafkan Ayah, Haura, maaf. Ini semua salah Ayah!" kata Fatih dengan penuh rasa sesal.

Fatih menggendong putrinya, memeluk Haura agar bisa lebih tenang. Fatih tidak tahu bagaimana jika nanti jasad Lina sudah dikuburkan, ia tidak siap mendengar pertanyaan yang akan muncul dari mulut Haura.

"Aku akan menjaganya, Lina." lirih Fatih pelan. Sangat pelan, hingga nyaris tak terdengar telinga.

Simfoni Takdir ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang