بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠
⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠
📖Selamat Membaca📖
☘☘☘
Belajarlah dari seekor kupu-kupu, walau dengan tubuh yang lemah, ia tetap berusaha terbang mencari kebahagiaan dengan waktu sesingkat mana pun yang ia punya
☘☘☘
Azia mendekati Marvin. Dilihatnya tatapan Marvin pada Ariel tak bersahabat. Lagi-lagi, karena ulahnya Marvin harus merasakan cemburu.
Cemburu? Lucu sekali memang. Ia selalu berusaha untuk menjaga hati orang lain agar tidak merakahan perasaan yang bernama cemburu. Sebab ia tahu, rasanya itu sangat sakit sekali. Seperti yang ia rasakan sekarang. Bersikap baik-baik saja saat tahu niat Ariel yang melamar Haura--adikknya--.
Azia tahu, perasaan ini tidak seharusnya hadir dan berkembang menjadi cinta. Padahal sejak awal, ia sendiri sudah menyadari sikap aneh yang Ariel berikan pada Haura. Itu bukan hanya sekadar perhatian biasa, melainkan perhatian seseorang yang sedang jatuh cinta.
Ariel memang laki-laki baik, memperlakukan wanita begitu lembut hingga nyaris membuat Azia tidak mampu menahan gejolak hati. Ingin menyatakan cinta? Namun ia begitu malu mengakui. Lantas apakah dia sudah menjadi perempuan munafik? Memberikan harapan pada Marvin sedangkan ia sendiri berharap pada lelaki lain.
Haruskah ia berkorban lagi? Melepaskan laki-laki yang mengisi hatinya saat ini.
"Kamu semakin akrab dengannya."
"Maksud kamu gimana, Vin?"
"Kamu terlihat bahagia dengannya, aku perhatikan kalian juga saling tertawa saat berjalan kemari."
Azia hanya diam.
"Bertahun-tahun aku berusaha untuk mendapatkan hati kamu, Azia. Kamu lihat apa aku pernah menyerah? Tidak! Aku memilih untuk menetap berada di sini, membuka usaha ini dengan begitu semangat. Sebab, aku percaya bahwa kita akan menikah, dengan adanya usaha ini, aku bisa menghidupi kamu, memberikan apa yang kamu inginkan. Sekarang aku melihat pandangan yang tak wajar dari kamu terhadap Ariel."
Kening Azia mengerut.
"Kamu menuduh aku?"
"Aku tidak tahu. Aku rasa kamu pun bisa tahu jawabannya. Itu tuduhan atau memang kenyataan."
Azia mengalihkan padangannya pada Ariel yang sedang mengangkat telepon.
"Kamu salah, Marvin. Aku memang menyukai Ariel, tapi menyukai belum berarti mencintai. Aku hanya kagum dengannya. Dia begitu baik, tulus menolong keluargaku. Kalau seandainya ada masalah, terlebih pada Haura, dokter Ariel pasti akan siap menolong. Kamu tahu? Ariel itu mencintai Haura. Dia yang sedang berusaha untuk mendapatkan hati Haura. Bukan aku yang berusaha mendapatkan hatinya."
"Lantas kenapa kalian begitu akrab?"
"Itu hanya perasaan kamu aja, Marvin. Lagipula, dokter Ariel hanya bercanda, memanggilku dengan sebutan kakak ipar. Wajar aku tertawa, sebab dia begitu yakin bahwa aku akan menjadi kakak iparnya."
Marvin membuang muka ke samping, tidak percaya dengan pengakuan Azia. Perempuan itu pasti bersandiwara.
Tidak lama setelah itu, Ariel berjalan menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni Takdir ✔
SpiritualRama, laki-laki yang sejak dulu Azia kagumi nyaris menjadi suaminya. Setelah Azia pulang dari Mesir, kedua orang tua mereka sepakat untuk menjodohkan anak-anaknya. Tapi Azia tidak bisa menerima perjodohan itu. Diam-diam ternyata Haura, adiknya menci...