30. Ikhlas Melepaskan

2.3K 218 34
                                    


بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠

⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠

📖Selamat Membaca📖

☘☘☘

Merindukanmu tanpa diketahui dunia adalah caraku untuk menjaga rasa ini tetap utuh. Meskipun pada akhirnya harus menahan sembilu yang menusuk secara tiba-tiba.

☘☘☘

Aira terbangun tengah malam. Di lihatnya di samping ada Azia yang tidur menemani. Baru saja, ia sudah bermimpi buruk sekali, di dalam mimpi itu ia melihat bundanya melangkah pergi menjauhinya. Sekuat tenanga ia menangis bundanya tak kunjung menoleh.

Aira menangis terisak, sungguh ia sangat merindukan bundanya. Sudah lama sekali rasanya tak bertemu. Setiap kali ia menanyakan keberadaan bundanya, orang-orang selalu mengatakan bahwa bunda dan ayahnya sedang mencarikan mainanan baru untuknya. Lantas kenapa ia tidak diajak?

Azia membuka mata saat mendengar isakan Aira, terlihat jelas bahwa Aira tidak ingin mengganggu tidur Azia. Aira menutup mulutnya dengan telapak tangan, tapi sayangnya tangisan itu tetap saja didengar oleh Azia.

"Ai, kenapa nangis sayang?"

"Biaaa .... Ai pengen ketemu bunda..."

Azia terdiam beberapa saat. Ia mengerti bagaimana perasaan Aira saat ini. Walau pun sudah berbohong berkali-kali, tetap saja Aira tidak akan pernah tenang. Sebab hatinya pasti bisa merasakan kalau bundanya tidak baik-baik saja.

Dibawanya Aira kedalam pelukannya. Sepertinya Aira memang sudah harus menemui bundanya. Azia takut jika seandainya Haura memang sudah menghadap sang pencipta, ia tidak bisa bertemu dengan anaknya sendiri.

"Ai, Ai mau nggak salat tahajut? Ai berdoa sama Allah supaya besok Ai bisa ketemu sama bunda."

Aira menganggukkan kepala tanpa ragu. Azia mengusap rambut panjang gadis kecil itu. Sungguh ia tidak bisa membayangkan bagaimana Aira tumbuh tanpa bundanya. Yang ada dalam pikiran Azia, jika seandainya Haura meninggalkan anaknya itu, hidup Aira tidak bisa sebaik saat bersama Haura. Karena kasih sayang ibu tiri tidak akan sebesar kasih sayang yang Haura berikan untuk Aira. Sebah, tidak semua ibu tiri yang benar-benar bisa menyayangi anak tirinya sepenuh hati.

☘☘☘

Sampai saat ini kondisi Haura masih sama. Ariel tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk membebaskan Haura dari rasa sakitnya. Ariel sudah berusaha mengiklaskan Haura, tapi sayangnya melakukan hal itu tidak semudah yang dibayangkan. Ikhlas hanya bisa sekadar terucap di bibir saja. Tapi nyatanya sangat sulit untuk melepaskan.

Ariel juga tidak tahu bagaimana nanti menjelaskan keadaan Haura pada putrinya. Putrinya bukan gadis kecil yang mudah dibohongi.

"Ayaah..."

Ariel mengalihkan pandangannya saat pintu terbuka. Ia melihat Aira berjalan mendekatinya dengan wajah ceria. Sungguh, ia tidak bisa membayangkan bagaimana keceriaan itu berubah menjadi tangis kesedihan mendalam.

"Haiii, kesayangan ayah."

Ariel langsung membawa Aira kedalam pangkuannya. Lantas pandangan Aira beralih pada Haura yang masih terbaring. Wajah Aira berubah menjadi panik, awalnya ia pikir orang itu adalah pasien ayahnya. Tapi nyatanya orang itu adalah bundanya sendiri.

"Bundaa .... ayah, bunda kenapa ayah, bunda akit apa.... " tangisan Aira langsung pecah seketika. Sangat pilu, dengan sekuat tenaga Ariel berusaha untuk tidak menangis. Dipeluknya Aira dengan luka yang teramat dalam, akhirnya tangisan itu menghandan dadanya.

"Azia, saya harus menenangkan Aira."

Azia menganggukkan kepala. Ariel berdiri kemudian membawa Aira keluar dari ruangan itu.

"Aira, jangan nangis ya. Kita doain bunda supaya cepat sembuh."

"Tapi Ai takut Ayah. Ai nggak mau bunda meninggal."

Ariel menggelengkan kepala. Meyakinkan Aira bahwa bundanya pasti akan baik-baik saja.

"Kata bunda, dulu nenek meninggal di rumah sakit, kata bunda nenek sakit. Ai takut kalau bunda seperti nenek. Bunda ninggalin Ai."

Tangisan Aira semakin mengencang.

Ini alasannya kenapa Ariel tidak ingin memberi tahu putrinya tentang keadaan Haura. Sebab saat ia tahu kondisinya akan seperti ini.

☘☘☘

Untuk mengurangi kesedihan Aira, Ariel sengaja membawa Aira pergi jalan-jalan ke kebun binatang. Salah satu tempat favorit Aira karena bisa melihat semua jenis hewan yang ada. Terlebih Jerapa, Aira paling suka melihat hewan berheler tinggi itu.

"Aira kok diam aja? Ai nggak suka ya?"

"Ai nggak suka kalau nggak ada bunda."

Ariel tersenyum tipis.

"Kan masih ada ayah. Memangnya Ai nggak suka jalan-jalan berdua sama Ayah?"

Aira tidak merespon perkataan sang ayah. Tidak lama setelah itu ponsel Ariel berdering.

"Assalamualaikum, iya Azia."

"Waalaikumussalam, Ril."

Kening Ariel berkerut, ia mendengar suara serak Azia. Mendadak saja perasannya menjadi kacau-balau.

"Ada apa?"

"Ril, kamu ke rumah sakit, ya. Haura, Haura sudah meninggal dunia."

Detik itu juga dunia Ariel seakan terguncang amat hebat. Ariel terdiam beberapa saat sebelum akhirnya air mata itu menetes. Ariel menjatuhkan tubuhnya hingga kedua ujung lutuh menyentuh tanah. Dia raihnya Aira ke dalam pelukan.

"Bundamu sudah pergi, sayang." Lirih Ariel pelan, sangat pelan. Bahkan nyaris tak terdengar.

Ariel meneggakkan tubuhnya dengan kekuatan yang masih tersisa.

Sekarang, keduanya sudah ada di dalam mobil. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, air mata Aril tak berhenti menetes.

Kenapa? Kenapa akhirnya jadi begini. Karena kesalahannya ia harus menerima balasan seperti ini.

Seandainya ia tidak pegi, seandainya ia mau mendengarkan Haura, seandainya ia tida keras kepala, Haura tidak akan menderita, ka tidak akan jatuh sakit hingga mengalami keguguran.

Ikhlas melepaskan? Entalah, Ariel seakan tidak bisa percaya kata-kata itu.

Sesampainya di rumah sakit, Ariel melihat jahat Haura yang sudah terbujur kaku. Rasanya baru kemarin istrinya itu memberi respon dengan menggerakkan jari-jari tangannya. Rasanya baru kemarin ia melihat Haura tersenyum atas pelukan yang ia berikan.

"Sayang, maafkan aku. Aku mohon kamu kembali, apa kamu tidak melihat Aira? Dia butuh kamu, aku mohon sayang aku mohon, kembali sayang."

Hati Ariel semakin teriris saat mendengar tangisan Aira. Ia sangat mengerti bagaimana meninggalnya seseorang. Ia sadar sepenuhnya bahwa ia tidak akan pernah bertemu dengan bundanya lagi.

Azia berusaha menenangkan Aira. Hanum pun juga tidak bisa lagi mengungkapkan kesedihannya itu. Lagi-lagi ia harus melihat seorang anak kecil kehilangan ibunya.

"Ariel. Aku tahu, kepergian Haura membuat kita semua sedih. Tapi jangan sampai tangisan kita membuat perjalanan Haura itu berat. Sekarang, dia udah pergi, Ril. Dia udah menemukan surga yang dia mau, aku sangat tahu kalau dia sangat ingin ketemu sama mamanya. Sekarang aku yakin, saat ini Allah sudah mengabulkan keinginannya itu."

Ariel masih belum berkutik, ia masih memeluk erat jahad Haura. Ia sangat berharap ini semua mimpi. Tapi ini adalah kenyataan yang harus ia terima. Mau tidak mau tetap harus ia terima. Karena ini sudah menjadi takdir yang digariskan.

☘☘☘

Bersambung

Pasrah ah dikomen gimana juga 😁😁😁
Siapa yang mau jd ibunya Aira wkwkwk

Simfoni Takdir ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang