بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم
⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠
⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠
📖Selamat Membaca📖
🍁🍁🍁
Haura menyentuh perutnya yang terasa kram. Akhir-akhir ini ia sering merasakan sakit yang luar biasa diarea perut. Kadang, rasa mual juga sering mengiringi sakit itu.
Rama baru saja keluar dari dalam kamar mandir, matanya tal sengaja melihat Haura merintih kesakitan. Wajahnya juga pucat, keringat juga memenuhi pelipisnya hingga area mata.
"Haura, kamu kenapa?"
Haura lantas menggelengkan kepala dengan telak. Ia tidak ingin Rama menghawatirkannya. Ada satu hal yang membuatnya begitu takut luar biasa. Saat mual itu datang, ia selalu parno. Ia takut jika kejadian buruk yang ia alami meninggalkan benih di rahimnya. Bagaimana jika Rama tahu, atau bahkan Rina. Ia pasti akan meminta Rama untuk langsung menceraikannya.
"Kita ke rumah sakit, ya."
Haura menggeleng cepat.
"Aa kan harus ke pesantren. Kasian murid-murid A Rama. Aku baik-baik, aja. Lagian aku di rumah ini kan sama bunda."
"Tapi perasaanku tidak enak, Haura. Aku cemas kalau harus meninggalkan kamu dalam kondisi sakit."
"Aku cuma masuk angin aja, A. Makanya agak kembung."
"Hmm, baiklah. Tapi kamu harus berjanji. Jika terjadi apa-apa, cepat hubungi aku."
"Siap, Pak Bos..."
Rama terkekeh pelan, kemudian mengusap puncak kepala Haura.
🍁🍁🍁
Marvin memilih untuk menemui Safiya secara diam-diam tanpa sepengetahuan Azia. Marvin tidak bisa lagi menahan untuk memberi Sayifa waktu berpikir. Seperti kata Azia, Safiya yang butuh waktu untuk menerima itu salah. Bukan masalah waktu, tapi masalah keputusan yang akan berdampak besar untuk kehidupan masa depannya.
Marvin mengetuk pintu rumah Safiya berkali-laki, hingga perempuan itu keluar dengan mata yang masih sembab.
"Marvin? Ada apa kamu ke sini?"
"Ada apa denganmu, Safiya."
Safiya tidak menyahut, ia hanya melangkah masuk ke dalam rumah dan diikuti oleh Marvin.
"Memangnya kenapa?"
"Jangan balik bertanya. Apa maksudmu meminta Azia untuk meninggalkanku?"
Safiya tergelak, wah ternyata Azia sudah pandai mengadukan hal seperti itu pada Marvin. Dasar, perempan berhati busuk. Pikir Safiya kalut.
"Aku sudah tahu semuanya."
"Ya bagus kalau begitu." Safiya duduk di atas sofa. Ia sama sekali tidak punya keberanian untuk menatap Marvin.
"Ini salah, Safiya!" kata Marvin penuh penekanan. Ia duduk di samping Safiya lalu mendekatkan wajahnya. Safiya masih tak menyahut.
Marvin menarik wajah Safiya hingga pandangan mereka bertemu.
"Apa yang ada di pikiranmu, Safiya. Hey, kita ini bersahabat. Kenapa kamu mengatakan kalau kamu mencintaiku pada Azia? Kenapa kamu juga menjauhi Azia? Saat di Kampus dia berusaha mengejarmu, tapi apa yang kamu lakukan? Kamu selalu menghindar. Kamu tahu? Azia hampir saja tertabrak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni Takdir ✔
SpiritualRama, laki-laki yang sejak dulu Azia kagumi nyaris menjadi suaminya. Setelah Azia pulang dari Mesir, kedua orang tua mereka sepakat untuk menjodohkan anak-anaknya. Tapi Azia tidak bisa menerima perjodohan itu. Diam-diam ternyata Haura, adiknya menci...