6

8.8K 642 112
                                    

MED SIANG, MINNA 😁 SEKALI LAGI MAAFKAN KETERLAMBATAN DIRIKU DALAM MENG-UPDATE KISAH INI.

SEPERTI YANG KU KATAKAN SEBELUM NYA, BANYAK HAL YANG TERJADI HINGGA MAMPU MEMBUATKU GAK BISA MIKIR. (*plak* author nya ngeles😋😋😋)

PART INI AKU DEDIKASIKAN BUAT KALIAN SEMUA, TANPA TERKECUALI. MAKASIH BANYAK UDAH NYEMPETIN WAKTU AND NGEHABISIN KUOTA KALIAN BUAT MAMPIR DI LAPAK AUTHOR KECE BADAI INI😘

TERUNTUK KAMU, MAKASIH ATAS LUKA YANG MASIH MEMBEKAS HINGGA HARI INI, AKU HARAP KAMU GAK LUPA, APA YANG KAMU TANAM, ITU YANG AKAN KAMU TUAI.

PLAGIAT DILARANG MENDEKAT 🔪🔪

HAPPY READING DEAR😘😘
🌸🌸🌸

"Tebak siapa yang datang?" ujar Sam yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu kamar Aleyna yang memang terbuka.

Aleyna mendongak dari buku yang sedang ia baca lalu mengerutkan keningnya bingung. "Siapa?"

"Tebak dulu."

Aleyna beringsut duduk lalu mendengus. "Kalau tebakan ku benar, kau mau mengabulkan permohonan ku?" tanya Aleyna penuh harap.

Sam terkekeh lalu mengangkat bahu acuh. "Tergantung apa permintaan mu. Tapi aku tidak akan mengijinkan kau keluar dari rumah ini."

Gadis itu berdecak kesal lalu membuang muka dan melempar buku yang sedang ia baca ke lantai. "Aku seperti narapidana saja!" sungutnya.

"Kau tidak merindukanku, Naya?" sapa sebuah suara yang langsung membuat Aleyna menoleh. Gadis itu tersenyum lebar, dengan cepat bangkit dan langsung berlari menghambur dalam pelukan Felya.

"Huuaaa!! Aku merindukanmu, Kak!" jerit Aleyna manja, membuat Sam yang memperhatikan mereka tersenyum geli melihat tingkah nya.

Felya tersenyum. "Aku juga merindukanmu, anak nakal," Felya melepaskan pelukannya lalu mengamati adiknya dari atas ke bawah. "Jadi katakan padaku, dimana luka yang menyebabkan Mom and Dad uringan dirumah."

Sam tergelak keras sementara Aleyna mendengus.

"Hanya tergores, Kak. Bukan hal besar. Mereka saja yang terlalu melebih-lebihkan."

Felya mencubit hidung Aleyna membuat gadis itu meringis pelan. "Bukankah aku selalu mengatakan nya padamu. Bahwa seorang wanita tidak boleh meninggalkan bekas luka ditubuhnya."

Aleyna memutar kedua bola matanya malas. "Bekasnya akan hilang beberapa hari lagi, Kak," sungutnya kesal. Kenapa semua orang terlalu berlebihan seperti ini.

"Aku hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu, Naya. Kau benar-benar membuatku cemas ketika mendengar bahwa kau tertembak."

"Sungguh aku baik-baik saja, Kak. Tidak perlu secemas itu."

"Percuma mengkhawatirkan anak nakal ini, Felya," sahut Sam malas sambil bersandar. "Beberapa hari ini saja dia sudah berusaha menyelinap keluar rumah."

Mata Aleyna membulat. "Bagaimana kau tahu?"

Sam melangkah mendekati Aleyna lalu menyentil kening gadis itu pelan. "Jangan coba-coba membodohiku, ya. Kau masih belum cukup mampu melakukannya."

Aleyna mengusap keningnya sambil memajukan bibirnya. "Aku tidak suka berdiam diri dirumah!"

Felya tersenyum lebar lalu mengusap pipi Aleyna lembut. "Ini semua demi kebaikan mu, Naya." Felya menatap Sam. "Bisa kami mengobrol berdua?"

I FOUND YOU#2 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang