Linggar membelokkan mobilnya ke sebuah tempat parkir caffe, saat dia sampai di tempat janjiannya.
Terlihat pemuda itu turun dan menoleh ke arah Rendi yang ikut turun bersamanya."Gar, lo serius nyuruh gue balikan sama Irwan...?"
Linggar berjalan mendekati Rendi setelah menutup pintu mobilnya terlebih dahulu.
"Kenapa...elo ragu...?
Gue sih terserah lo nya, kan elo yang bakal jalani itu hubungan.
Kalau gue lihat-lihat nih, ga' ada cowok yang deket sama elo lebih baik dari Irwan.
Walau pun itu cowok brengsek, tapi dia selalu jagain lo kan...?""Jadi elo juga brengsek dong, elokan juga cowok, deket sama gue lagi"
Mata Linggar memicing menatap jengah sosok Rendi.
Senyum menyeringai tersungging di sudut bibir Linggar membuat Rendi berpaling dan berjalan menuju pintu masuk Caffe.
Mungkin sebaiknya dia tidak cari gara-gara dengan Linggar karena saat ini sahabatnya itu seperti tidak bisa di ajak bercanda.Tidak butuh lama Rendi bisa menemukan sosok Irwan yang duduk di pojokan sambil menyeruput Moctail.
Sejenis minuman dengan karakteristik seperti koktail tapi tidak beralkohol.Jantung Rendi berdebar kencang, padahal dia dan Irwan udah pacaran 6 tahun tapi entah kenapa jantungnya seperti salah tafsir dan mengira Irwan itu cowok yang baru di taksirnya beberapa hari.
"Kenapa malah matung di sini...?"
Tanya Linggar sambil menepuk bahu Rendi dari belakang.Rendi menoleh ke arah pemuda jangkung di sampingnya.
Linggar itu punya tinggi 173 cm, terpaut 3 cm dari Rendi.
"Gue deg-degan..."Jawaban Rendi membuat wajah Linggar jijik.
"Goblok..."
Ucap Linggar seraya ngeloyor pergi meninggalkan Rendi yang masih membatu di tempatnya.Mau tidak mau akhirnya pemuda itu turut melangkahkan kaki mengikuti jejak Linggar yang berjalan ke meja Irwan.
"Udah lama nunggunya...?"
Tanya Linggar yang menarik satu kursi dan segera menjatuhkan diri di sana.Irwan menatap Linggar sesaat sebelum pandangannya beralih ke Rendi.
"Baru setengah jam"
Jawabnya, yang segera berdiri dari duduknya.
Dia menarik kursi kosong di sampingnya sebagai isyarat agar Rendi duduk di sampingnya bukan duduk di samping Linggar.Rendi tau benar maksud dari Irwan, tapi pemuda itu memilih menarik kursi yang ada di dekat Linggar dan duduk di samping sahabatnya itu.
Irwan hanya bisa menghela nafas lemah, dia kembali duduk dengan ekspresi kecewa membuat Linggar tersenyum geli.
"Ok, udah gue turuti permintaan lo.
Sekarang lo ngomong sama orangnya langsung tuh"Irwan menatap Rendi dan mantannya itu malah membuang muka seolah tidak ingin melihat ke arah orang yang telah menduakannya.
"Thank's ya Gar..."
Ujar Irwan yang berpaling ke sahabat baik Rendi itu.
"Kalian mau minum apa biar gue yang pesenin...?""Gue cuma bentar di sini, gue ada janji laen"
Linggar segera berdiri dari duduknya membuat Rendi serantak memegang lengan Linggar."Lo mau ninggalin gue...?"
"Ya...iyalah nyet.
Ngapain juga gue di sini ngelihatin elo sama Irwan pacaran.
Kayak kurang kerjaan aja...""Gue balik sama elo ya..."
Rendi ikut berdiri dan Irwan tidak tinggal diam.
Pemuda itu ikut berdiri sembari memegang tangan Rendi."Jangan pergi, gue mau ngomong dulu sama elo"
Linggar memicingkan mata.
"Elo berdua itu nyadar ga' kita ini lagi di mana...?"
Tanya Linggar dengan nada geram, sangat tidak lucu ada tiga orang pria berdiri sambil bergandengan tangan di Caffe pagi-pagi begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare (Selesai)
RomanceWARNING ZONA PELANGI 21+....!!! BAHASA AKAN TERDENGAR SANGAT FRONTAL 17-08-2018 s/d 27-11-2018 BOOK 01 "Cinta itu sebuah permainan, tidak ada laki-laki yang setia di muka bumi ini. apa lagi cowok gay, mereka cuma ngincar kita buat pelampiasan sex m...