TOD 27

15.2K 1.5K 256
                                    

Linggar mendudukkan Anya di sofa setelah dirinya merasa gadis itu cukup tenang.
Meskipun saat ini dia masih terus menangis.

"Dek, udah dong nangisnya entar Ibu bisa denger"
Pinta Linggar yang saat ini berjongkok di depan Anya.

Anya menghapus air matanya dan menatap lelaki tampan yang ada di hadapannya.
Linggar terlihat begitu tegar, bahkan dia masih bisa tersenyum untuk menghiburnya.
"Mas Linggar, Anya minta maafin Mas Arga ya...
Mas Arga itu beneran sayang sama Mas Linggar.
Belakangan ini dia jadi murung dan ga' mau keluar rumah habis Mas mutusin dia.
Padahal biasanya juga sering nongkrong di pos.
Tapi sekarang habis kerja dia langsung ke rumah dan ga' kemana-mana lagi.
Anya baru kali ini lihat Mas Arga sampai kayak itu"

Linggar terdiam sesaat, penyesalan itulah yang sekarang memenuhi dadanya.
Andai saja tadi Linggar menemui Arga mungkin kejadiannya tidak seperti ini.
Jika saja kata andai itu bisa terwujud, dirinya tidak akan menyesal seperti sekarang.
"Mas udah maafin abang kamu kok dek, Mas baru tau kalau Arga beneran sayang sama Mas.
Adam udah jelasin semuanya"

Mendengar berita baik itu Anya segera memeluk Linggar.
"Makasih Mas, Anya seneng dengernya.
Mas Arga pasti juga bahagia kalau denger dia udah di maafin"

Linggar mengelus punggung Anya.
"Ya...udah, Mas mau balik lagi ke rumah sakit, kamu ga' apa-apakan Mas tinggal sendiri sama Ibu...??"

Anya segera melepas pelukannya, gadis itu mendongak kala melihat Linggar yang berdiri.
"Iya Mas, ga' apa-apa...
Anya bisa jaga Ibu kok"

Linggar tersenyum sambil mengelus kepala Anya, hal yang sama yang sering di lakukan Arga padanya.
Gadis itu menunduk dengan ekspresi menahan sesak.
"Kalau ada apa-apa segera hubungi Mas, Mas bakal cepet dateng"

Anya memgangguk.

"Mas pergi ya..."
Pamit Linggar, belum sempat dia melangkahkan kakinya Anya tiba-tiba memeluknya lagi.

"Tolong jagain Mas Arga, dia itu satu-satunya tulang punggung keluarga ini"

"Iya, Mas Linggar janji bakal jagain Arga, kamu yang tenang di rumah ya"

Anya melepas pelukannya dan mundur selangkah ke belakang.

"Tolong pamitin Mas ke ibu, Mas ga' kuat kalau harus ketemu lagi sama Ibu"

Anya mengangguk, gadis itu mengiringi Langkah Linggar yang pergi dari rumah itu dengan mengendarai mobil mewah milik Adam.

Di dalam kendaraan tersebut Linggar menyalakan musik yang cukup keras hingga suara teriakan dan makian yang meluncur dari bibirnya tidak terdengar karena termakan suara musik EDM yang menghentak.

Siapa memangnya orang yang masih bisa baik-baik saja setelah melihat kenyataan jika orang yang di cintai terkapar tak berdaya penuh luka dengan darah yang mengalir dari hampir di sekujur tubuhnya.
Linggar tidak sehebat itu, meskipun dia berhasil berpura-pura di depan keluarga Arga.
Kenyataannya pemuda itu yang merasa paling terluka dari semuanya.

"Brengsek....!!!"
Air mata Linggar mengalir dengan deras, pemuda itu makin dalam menginjak pedal gasnya.

Tapi laju kendaraannya semakin lama semakin melambat kala dirinya melewati tempat kejadian kecelakaan yang menimpa Arga sore tadi.

Meski sekarang sudah hampir 3 jam setelah kejadian itu, tapi pecahan dan serpihan dari sisa kecelakaan itu masih ada.

Dada Linggar seperti disayat, perih dan sakit itulah rasa yang kini dirasakan oleh pemuda itu.

Kenapa semua ini harus terjadi di saat dirinya tau segala kebenaran yang ternyata menyadarkannya, seberapa besar cinta Arga terhadapnya.

******

Truth or Dare (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang