TOD 15

16.1K 1.6K 173
                                    


Irwan membelokkan motor ke sebuah bengkel yang berada satu tempat dengan showroom mobil.
Pemuda itu segera turun dan berjalan menuju pintu berlapis kaca yang ada di depannya.

Tampak seorang perempuan segera menyambut kedatangan pemuda itu.

"Ada yang bisa di bantu Mas...?"

"Sorry, gue mau nyari Arga.
Dia lagi kerjakan...?"

"Oh, Mas Arga, ada bentar saya panggilkan..."
Perempuan itu bergegas berjalan ke ruang satunya menuju bengkel yang ada di tempat satunya.

Dia bicara dengan seorang pria yang menunjuk ke sebuah mobil warna hitam terparkir di paling ujung bengkel.

"Masnya temennya Mas Arga ya...?"
Tanya seorang perempuan satu lagi, di sana memang ada beberapa karyawan.

Irwan mengagguk.

Perempuan itu segera memperlihatkan senyum puasnya.
"Namanya siapa...?"
Tanya perempuan itu lagi.

"Irwan"

"Kalau saya Siska"

Irwan hanya tersenyum simpul dan kembali melihat ke arah bengkel.
Dia tidak minat meladeni perempuan cantik bergincu di dekatnya.
Mengingat pemuda itu lebih suka batangan dari pada gunung kembar.

Belum sempat wanita yang mengaku bernama Siska itu bicara lagi, Irwan nampak merogoh ponsel yang ada di saku celananya.

Buru-buru Irwan menjauh menuju ke dekat pintu keluar karena Rendi menelfonnya.

"Iya..."

"Gimana, elo udah sampai di tempat kerja Arga...?"

"Udah, tapi belum ketemu orangnya, masih di panggilin sama mbaknya"

"Mbak siapa...?"

"Mbak yang kerja di sini"

"Cantik ga' orangnya...?"
Tanya Rendi dengan nada mengintrogasi.

"Ya cantik namanya juga cewek, kalau gantengkan bakal aneh"

"Iya...ya..."
Rendi tertawa di sebrang sana.

"Ada apa telfon...?"

"Astaga...!!!"
Pekik Rendi
"Elo sih ngajakin bicara soal mbak-mbak jadi lupakan gue mau bilang apa tadi"

Irwan menghela nafas lemah, sikap Rendi emang begini ini dari jaman mereka SMA.
Bahkan bisa di bilang kalau tanpa bantuannya Rendi ga' mungkin bisa lulus ujian.

Mungkin itu juga alasan dia deket sama Linggar, biar bisa lulus kuliah dengan nilai bagus.
Mengingat Linggar lulus dengan nilai paling tinggi.

"Iya sorry gue yang salah, sekarang ngomong kenapa telfon...?"

"Gue ga' bisa nyegah Linggar, dia udah pergi mau ketemu sama Galang"

"Terus elo di mana...?"

"Di kamarnya..."

"Kenapa elo malah di kamarnya bukannya ngikuti Linggar"

"Gue di kunciin sama dia, makanya gue ga' bisa ngikuti dia"

Irwan kembali menghela nafas lemah, dia udah tau bakal begini jadinya karena bukan satu atau dua kali Rendi di kunci di Asrama sama Linggar jaman mereka masih kuliah dulu.
Dan kunci itu selalu di kasih ke dia pas ketemu dan dengan santainya Linggar bilang.
"Bini lo kekunci tuh di kamar, sana keluarin sebelum dia nangis"

"Kena tipu apa lagi sih lo...?"
Tanya Irwan kemudian.

"Dia bilang Arga lagi manjat pohon sambil telanjang, guekan jadi penasaran"

Truth or Dare (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang