TOD 29

15.6K 1.7K 220
                                    


Linggar berlari keluar mobil begitu dirinya sampai di parkiran rumah sakit.
Pemuda itu tersenyum bahagia kala mengingat telfon dari Irwan tadi.

"Arga sudah sadar..."
Ucapan itu seperti mantra pelipur lara bagi Linggar.
Debar jantungnya yang mengisyaratkan kebahagiaan dan rasa lega semua berbaur jadi satu.

Linggar menerjang pintu lobi, pemuda itu berhambur masuk ke lorong yang menjurus ke sebuah kamar.
Langkahnya terhenti tepat di depan pintu saat dia mendengar suara orang yang dia cintai dari dalam ruangan yang ada di hadapannya.

"Serius elo Ga...??"
Itu suara Adam yang terdengar terkejut, entah apa yang barusan dia dengar dari Arga.
Yang jelas, Linggar mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan itu.

"Iya gue serius, itu mobilnya Galang"
Ucap Arga.

Mata Linggar melebar, pemuda itu membuka pintu di depannya sedikit hingga dia bisa mengintip ke dalam.
Dengan begini ia bisa melihat Arga yang sedang duduk di tengah ranjang lalu Adam duduk di sampingnya dan Irwan berdiri memunggungi Linggar.

Jujur saja melihat Arga yang sudah sadar membuat Linggar ingin segera masuk ke dalam dan mendekap pemuda itu.
Tapi obrolan mereka bertiga membuat Linggar mengurungkan niatannya tersebut.

"Jadi Galang yang nabrak lo...?"

Arga tersenyum kecut,
"Kayaknya begitu, tapi gue ga' mau manjangin urusan ini.
Gue minta sama kalian berdua jangan sampai  ngasih tau perihal ini ke Linggar"

"Kenapa gitu, harusnya Linggar biar aja tau kalau gara-gara mantannya lo jadi begini"

Arga memandang Adam dengan tatapan mata tak terbaca.
"Elo ga' kenal Linggar, dia itu emosian.
Nyimpen kenyataan ini juga buat kebaikan semua orang"

"Ok, gue setuju soal itu"
Irwan mengamini,
"Dia bakal ngamuk dan ga' mikirin apa-apa lagi entar, imbasnya bakal ke diri dia dan itu ga' bagus"

Adam yang awalnya belum puas dengan keputusan itu akhirnya hanya bisa menghela nafas lemah.
"Yadah kalau itu keputusan kalian, gue bakal cabut laporan di kantor polisi"

Arga mengangguk.
"Thank's Dam"

Adam segera bangkit dari duduknya, pemuda itu berjalan menuju ke pintu.
Dia membuka pintu tersebut dan pergi.

Sedangkan Linggar sudah pergi dari sana sebelum Adam sempat membuka pintu tersebut.

Arga menatap Irwan sembil tersenyum.
"Makasih buat lo juga Wan, elo pasti ikut repot gara-gara gue"

"Nyantai aja, gue ga' serepot Linggar.
Dia yang ga' pernah bisa diem.
Dia yang dateng dan ngerawat elo di sini, padahal itu orang masih harus kerja dan ngurus Anya sama Ibu lo"

Arga terdiam, dia menunduk ada rasa bersalah yang membuat wajah Arga berubah sedih.

Irwan menepuk bahu Arga sambil duduk di sisi tempat tidur.
"Kayaknya Linggar udah maafin elo,jadi elo jangan sedih gitu.
Sebaiknya elo ajak dia balikan lagi"

Arga menoleh ke arah Irwan.

"Dia beneran sayang dan cinta sama elo Ga, gue minta jangan sakitin dia"

Arga tersenyum sambil mengangguk.
"Iya gue janjiin itu ke elo"

Irwan perlahan turun dari duduknya, pemuda itu melihat jam di tangannya.
"Tadi gue udah kasih tau Linggar kalau elo udah sadar, tapi kok dia belum dateng ya...?"

"Kayaknya elo salah, Linggar sepertinya belum maafin gue"

Irwan menyipitkan matanya
"Ga' mungkin...dia udah pasti dateng, gue udah cukup lama kenal sama Linggar"

Truth or Dare (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang