TOD 28

15K 1.5K 294
                                    






*****







"Arga udah ga' ada Gar..."
Ucap Rendi dengan air mata mengalir kala dia menghentikan langkah Linggar di depan pintu lobi rumah sakit.

Kabar itu seperti suara halilintar yang menyambar di telinga Linggar.
Matanya melebar dengan ekspresi tak percaya.
Beberapa hari dirinya menunggu dengan harapan besar Arga akan segera sadar setelah insiden mengerikan yang menimpanya.
Tapi ternyata bukan kabar baik yang dia terima, Linggar malah mendapat kabar menyedihkan dan membuat kakinya bergetar karena tidak mampu lagi menahan beban tubuhnya.

"Elo jangan becanda Ren, ini ga' lucu...!!!"
Bentak Linggar dengan deru nafas yang tak beraturan.
Tiba-tiba saja dadanya terasa begitu sesak.
Hampir saja dia jatuh ke depan kalau saja Rendi tidak segera menangkap tubuhnya.

"Elo ga' apa-apa Gar...??"
Tanya Rendi yang begitu khawatir dengan kondisi Linggar.

"Gue mau lihat Arga...Ren, gue mau lihat dia.
Arga gue ga' mungkin mati...!"
Teriak Linggar tertahan karena sepertinya pemuda itu sudah tidak memiliki kekuatan untuk mengeluarkan suaranya.
Sesak di dadanya membuat Linggar meremas dadanya yang terasa sakit.

"Gue turut berduka cita Gar"
Rendi tak kuasa membendung air matanya.
Dia menunduk dalam-dalam sambil terisak-isak.

Linggar mendorong Rendi, dengan langkah terhuyung-huyung pemuda itu berjalan menuju kamar tempat Arga di rawat.

Semua orang melihat ke arah Linggar dengan pandangan bertanya-tanya.
Apa gerangan yang menimpa pemuda tampan itu hingga dirinya terguncang sedemikian rupa.
Raut wajahnya yang menyiratkan perasaan terluka dan air mata yang meleleh dengan derasnya membuat semua orang iba pada Linggar.

Di ujung lorong tampak beberapa orang berpakaian putih berdiri dengan di temani Adam, Doni dan juga Irwan.

Irwan yang menyadari ke datangan Linggar segera menepuk bahu Adam.
Adam menoleh ke arah Irwan sebelum menoleh ke Linggar yang saat ini di tunjuk oleh Irwan.

"Linggar datang"

Adam buru-buru berjalan ke arah Linggar dengan langkah cepat.
Pemuda itu segera merengkuh Linggar dan menenggelamkan wajahnya ke dada bidangnya agar Linggar tidak melihat secara langsung jasad Arga yang saat ini ada di atas tempat tidur beroda di lorong rumah sakit.
"Udah, elo ga' perlu lihat dia sekarang, entar aja kalau elo dah tenang"

"Elo jangan ngalangin gue Dam...!"
Protes Linggar yang berusaha mendorong Adam tapi sayangnya Adam lebih kuat dengan makin mengencangkan dekapannya.

"Elo boleh ke temu dia, tapi nanti Gar...
Bukan sekarang"

"Ga' mau...gue mau lihat Arga sekarang, gue mau mastiin sendiri kalau elo juga bercanda kayak Rendi"

"Soal kayak ini bukanlah hal yang bisa kita pakai buat becanda Gar"
Doni menimpali, entah sejak kapan pemuda itu sudah berdiri di dekat Adam.
Bahkan sekarang Irwan juga berada didekat Doni.

Linggar mengerang dia mendorong Adam dengan sangat kuat hingga pemuda itu terjatuh ke lantai.
Kini dengan jatuhnya Adam, Linggar bisa melihat dengan jelas jasad yang tertutup kain putih di hadapannya.
Dan sekarang dia bisa dengan leluasa mendekat ke jasad itu.

Dada Linggar berdebar dengan sangat kencang, pemuda itu memberanikan diri untuk mengulurkan tangannya.
Dengan sekali hentakan Linggar menarik selimut yang menutup tubuh kaku di depannya.
"Arga....!!!!!"
Teriaknya kala melihat orang yang di cintainya sudah tak bernyawa.

"Mas Liggar...Mas....!"
Anya mengguncang tubuh Linggar, gadis itu mendengar Linggar mengigau dengan memanggil-manggil nama Abangnya.

Linggar terbangun dengan tubuh di basuh keringat.
Ia langsung duduk dan mendesah lemah.

Truth or Dare (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang