TOD 17

16.5K 1.6K 149
                                    


Linggar buru-buru berdiri, dia terkejut karena Arga benar-benar datang dan kini berada di depannya.

Arga masih beradu pandang dengan Galang, pemuda itu sampai bernafas memakai mulutnya karena dirinya tadi berlari dengan segera untuk sampai ke Restoran tersebut.

"Lepasin tangan gue"
Ujar Galang dengan suara pelan karena dia tidak mau membuat keributan di tempat ini.

"Ga' bakal gue lepasin sebelum elo minta maaf ke Linggar, karena elo dia sampai nangis gini"

Galang terdiam, pemuda itu mendongak melihat Linggar yang berdiri di samping Arga, mengingat saat ini posisi pemuda itu duduk di kursi.
"Gue ga' ngerti elo ngomong apa"

Arga bersungut-sungut.
"Elo itu emang sampah ya, elo pikir habis apa yang elo lakuin ke dia. Linggar bakal baik-baik aja sama elo...?
Dia itu udah terlanjur sakit, itu hati lo di pakai jangan hanya buat pajangan doang"

Linggar buru-buru meletakkan tangannya ke atas tangan Arga yang masih mencengram lengan Galang dengan sangat kuat.
"Udah, lepasin dia.
Jangan lanjutin omongan lo, gue ke sini karena kemauan gue sendiri.
Ga' ada hubungannya sama dia atau sama elo"

Arga menoleh ke arah Linggar, matanya nampak tidak bersahabat.
"Elo serius ngomong gitu...?"

Linggar terdiam, dia menunduk karena sedikit takut melihat tatapan Arga.

"Gue mau tanya satu kali lagi ke lo, di depan nih cowok biar semua jelas"

Linggar mendongak dia menelan ludah kala melihat keseriusan di wajah Arga.

"Elo mau balikan sama dia atau jadi pacar gue...?
Habis elo jawab itu baru gue lepasin nih cowok"

Linggar terbelalak, dadanya berdebar.

"Kasih gue alasan buat ngehajar cowok ini lagi"
Imbuh Arga.

Galang segera berdiri, dia melotot dengan ekspresi marah.
"Linggar, gue ga' mau sampai denger elo jawab salah"

Linggar menoleh ke arah Galang, lalu berpindah ke Arga.
Pemuda itu di tempatkan dalam pilihan yang membuatnya dilema.

Melihat Linggar yang kebingungan, akhirnya Arga melepas tangan Galang sambil mendesah.
"Hah...udah selesai, gue pergi sekarang.
Gue tau elo ga' bakal milih gue, gue paham sekarang kenapa elo ngajakin gue ngesex kemarin.
Elo ternyata pengen ninggalin gue kayak cowok-cowok lain yang pernah dekat sama elo"
Arga buru-buru berbalik badan, dia menggela nafas dengan pelan.

Ucapan itu membuat Linggar makin tertekan, tanpa sadar dia meraih lengan Arga.
"Jangan pergi..."

Ucapan Linggar membuat Arga enggan untuk melangkah.

"Gue ga' pernah nganggep elo kayak mereka, gue suka sama elo.
Gu...gue, gue mau jadi pacar elo"

Mata Galang makin melebar, dia menggebrak meja hingga beberapa tamu menoleh ke arahnya.
"Elo ngasih jawaban yang salah ke gue...?"

Linggar menelan ludah karena keputusan yang dia ambil secara buru-buru malah membuat Galang  murka.
Tapi dia tidak tau lagi bagai mana caranya membuat Arga tidak salah paham kepadanya.

Arga menengok ke samping, dia lalu membalikkan badannya ke arah Linggar.
Pemuda itu tiba-tiba mendaratkan kecupan ke bibir Linggar yang di saksikan banyak orang termasuk Galang.
"Ternyata perlu di pancing seperti ini biar elo berani ngomong"

"Apaan sih lo...!"
Pekik Linggar sambil memukul lengan Arga.

Arga tertawa pelan, dia lalu menengok ke arah Galang, pemuda itu bisa melihat mantan kekasih Linggar itu sudah ingin menerkamnya.
Tapi Arga malah tersenyum dengan memiringkan kepalanya sedikit, gerakannya benar-benar membuat Galang kesal.
"Gue hanya ngomong ini sekali aja, gue ga' bakal tinggal diam kalau elo sampai deketin Linggar lagi.
Elo udah dengerkan, apa jawaban dia...?"
Arga merangkul tubuh Linggar di depan Galang.
"Orang ini punya gue sekarang, jadi elo pikirin apa yang bakal gue lakuin ke lo kalau elo berani deketin dia"

Truth or Dare (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang