- 27 -

8K 411 37
                                    


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tak ada seorang pun yang mampu untuk mengulang waktu barang sedetik pun.

Waktu itu sesuatu yang sangat berharga, seberapa kaya pun dirimu tak akan mampu membeli waktu.

Maka dari itu hargai lah waktu yang kau miliki. Manfaat kan waktu mu sebaik-baiknya.

.
.
.
.
.
.
.

Jungkook  sudah membuka segala pikirannya. Mencoba mengerti tentang yang di lakukan oleh keluarganya.

Toh waktu sudah berlalu. Tak ada yang  bisa mengulangnya, sekalipun Jungkook menangis dan memohon, tak akan ada yang berubah. Yang lalu biarlah berlalu. Menerima nya dengan lapang dada mungkin yang terbaik. Walau tak dipungkiri hati kecil Jungkook kadang masih tak rela. Meronta untuk menolak kenyataan.

.
.
.
.
.
.
.

"Hyung.. bolehkah aku menemui Eomma?' Jungkook mencicit pelan menatap ujung sepatu putih yang ia kenakan.

Yang di tanya hanya diam. Menemui kemana? Terdengar sedikit ambigu di telinga pemuda yang saat ini tengah sibuk dengan baju-baju Jungkook.

"Bukan kesana, hanya ingin meminta maaf pada Eomma dan mengucapkan salam perpisahan. Hyung bilang abu Eomma sudah di bawa kesini kan? Aku ingin menemui nya. Boleh kan?" Jungkook menatap penuh harap punggung lebar Seok Jin yang membelakangi nya.

Terlihat kakak tertuanya itu menghentikan aktivitas nya. Membereskan baju-baju Jungkook untuk di bawa pulang. Hari ini ia sudah boleh pulang dari tempat menyebalkan ini.

Perlahan pemuda berbahu lebar itu berbalik dan tersenyum manis ke arah Jungkook yang duduk di tepian ranjang pesakitannya.

"Tentu saja boleh. Kenapa tidak?"

Jungkook tersenyum manis mendengar penuturan Seok Jin.

Senyum yang lama tak terlihat di wajahnya. Senyum yang Seok Jin rindukan, mungkin bukan hanya dirinya saja yang merindukan senyum manis itu.

"Tapi kau harus janji pada Hyung jangan terlalu sedih lagi nanti ok? Kau tau kan..."

"Aku tau Hyung!" Jungkook dengan cepat memotong kalimat Seok Jin, terlalu jengah mendengarnya. Sudah ribuan kali mungkin kakak nya itu mengatakannya.

Seok Jin hanya mengehela nafas mendengar Jungkook yang  dengan seenak hatinya memotong kalimat petuah nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jungkook berjalan pelan di koridor yang akan mengantarkan nya ketempat Ibunya berada.

Tangan kanan nya menggenggam buket bunga tulip, bunga kesukaan Ibunya. Kata Ibunya dulu bunga tulip itu melambangkan cinta yang sempurna, keindahan cinta yang tidak bisa di ungkapkan  dengan kata-kata. Jungkook masih ingat Ibu nya pernah memberinya bunga tulip saat ia bertanya seberapa besar kasih sayang Ibunya pada dirinya. Ibunya memberi bunga tersebut dan menceritakan makna bunga itu. Selain tentang cinta bunga tulip juga mempunyai makna permohonan maaf.

Sangat pas dengan Jungkook yang saat ini ingin meminta maaf pada sosok wanita tersayangnya.

Perlahan namun pasti kaki Jungkook berhenti melangkah tepat di depan deretan tempat penyimpan abu yang di simpan di tempat seperti lemari kaca.

Salah satu dari sekian banyak nya ada  punya Ibunya.

Di sana ada guci abu yang bertuliskan nama Ibunya. Ada foto Ibunya yang nampak tersenyum lebar, begitu cantik di mata Jungkook, ada juga foto dirinya, ayahnya dan Ibunya. Jungkook ingat foto itu di ambil saat mereka berlibur di Jerman saat Jungkook berusia 12 tahun. Momen yang sangat indah.

We BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang