- 26 -

4.8K 403 12
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sekuat apapun seseorang menyembunyikan bangkai pasti pada akhirnya akan tercium jua baunya.

Bagitu pula dengan sebuah kebohongan. Sekuat atau sepandai apapun orang menyembunyikan nya pasti akan ketahuan juga akhirnya.

Jika sudah begitu alasan apapun yang coba di utarakan rasanya percuma.

Hanya ada rasa penyesalan yang timbul. Apalagi jika kebohongan itu sampai membuat yang bersangkutan 'sakit'.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jungkook-ah.. Hyung mohon makan ya.. kau belum makan apa-apa dari semalam" suara Seok Jin sudah terdengar memelas dengan segala keputus asaannya membujuk Jungkook makan.

Sekarang sudah pukul tiga sore. Jungkook sudah melewatkan sarapan serta makan siangnya.

Sedari tadi saat Jungkook bangun, anak itu hanya berbaring diam dengan pandangan mata kosong, tanpa mau berkata-kata atau makan.

Wajah nya yang pucat dengan bibirnya yang kering.

"Jungkook-ah.. Hyung mohon jangan begini eoh? Hyung tau kami salah. Maka dari itu Hyung minta maaf ne? Jika kau begini terus kapan kau akan sembuh?" Seok Jin belum  menyerah. Sudah banyak kata yang dilontarkan nya, tapi tak ada satupun yang di gubris oleh Jungkook.

Menghela nafas dalam sebelum melontarkan kata -kata untuk membujuk Jungkook lagi.

"Jungkook-ah... Hyung mohon jangan seperti ini. Ini tidak baik untuk kesehatan mu. Hyung minta maaf, maaf Hyung salah. Hyung sangat menyesal. Hyung mohon jangan menyiksa dirimu " lama-lama tak di tanggapi Seok Jin jadi frustasi. Serasa sudah kehabisan kata Seok Jin membujuk Jungkook.  Tapi seperti berbicara dengan batu saja, Jungkook tak menanggapi sedikitpun.

"Aghk... Jungkook!! Kau mau tinggal disini terus, Hyung lelah!" Seok Jin  mengerang frustasi dengan kelakuan Jungkook yang hanya diam membantu. Habis sudah kesabaran yang di miliki Seok Jin.

Rasa putus asa, kesal, marah dan khawatir bercampur jadi satu di hati Seok Jin.

Tak ada niat sebenarnya untuk membentak Jungkook.

Seok Jin bangkit dari duduk nya
" Makan lah sendiri jika kau lapar, Hyung pergi" beranjak pergi sambil menghela nafas kasar.

"Mian"

Akhirnya yang di tunggu mengeluarkan suara. Walaupun suara itu terdengar serak dan sangat lirih tapi itu mampu menghentikan langkah kaki Seok Jin.

"Maaf.. aku hanya terlalu kecewa pada kalian."  terdengar helaan nafas panjang di tengah ucapannya.

"Aku hanya terlalu... terlalu merasa bersalah terhadap Eomma. Aku merasa aku terlalu lemah. Dan aku tidak suka itu." Lanjut nya dengan suara bergetar yang lirih.

Seok Jin berbalik kembali untuk menatap langsung Jungkook.

Adiknya itu nampak menahan isakannya walaupun air mata sudah membasahi pipinya yang kian hari makin menirus. Tak berani menatap langsung Seok Jin. 

Seok Jin berjalan ke arah ranjang yang Jungkook tempati. Sesampai nya di sana ia langsung merengkuh tubuh itu.

Tak tega dan rasa bersalah mendominasi perasaan nya kini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malam menyambut. Mentari yang tadinya bersinar kini telah pergi meninggalkan tempat peraduannya. Di gantikan oleh cahaya rembulan. Walaupun tak seterang cahaya mentari.

We BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang