Chapter 16

13K 790 89
                                        

☘☘☘

“Kenapa pergi ? ” tanya nya dingin  tanpa menoleh pada lawan bicaranya.

“Maaf,” lirih wanita disampingnya. Wanita itu menundukan kepalanya , enggan menatap pria yang sangat dirindukannya. Sikap pria itu menjadi dingin dalam sekejap. Ia kira kekasihnya itu akan langsung memeluknya begitu tadi bertabrakan dengannya.

“Kamu tahu. Aku kecewa sama kamu. Hatiku hancur mendengar kabar bahwa kamu akan menikah dengan pria lain,” terang pria itu menjeda perkataanya. “ Tapi tidak papa. Kamu pasti sudah bahagia dengan kehidupan baru kamu. Selamat— untuk kamu yang berhasil membuat hatiku patah— untuk pernikahan mu. Aku turut bahagia.”

Wanita itu menggeleng cepat. Air matanya mengalir deras. Sedetik kemudian langsung memeluk pria dihadapannya.

“Itu tidak benar. Aku tidak menginginkan pernikahan itu. Hanya kamu yang aku cintai.  Bukan pria pilihan ayah hiks hiks . Kamu cinta pertamaku, detak jantungku, separuh jiwaku ada bersamamu. Jangan pernah tinggalkan aku lagi.”

Pria itu mengurai pelukan lantas berdiri menjaga jarak dari wanita itu.

“Ucapanmu salah semua, Aluna. Aku tidak pantas untuk mu. Ayahmu hanya menginginkan kekuasaan tinggi.  Aku tidak punya itu semua. Aku berjuang sendirian selama dua bulan terakhir ini. Lalu dimana perjuangan mu ? apa kamu bisa terima aku apa ad—”

“Aku bisa terima kamu apa adanya!!! Cintaku tidak memandang materi!! tapi kenapa kamu tidak bisa menungguku sebentar saja. Kenapa kamu malah menikahi gadis lain. Dimana janji kita. Siapa disini yang berdusta , hah ? ! ” teriak Aluna mencurahkan semua isi hatinya.

Althaf terpaku. Dari mana Aluna tahu kalau dirinya sudah menikah.

“Tidak perlu bertanya dari mana aku tahu. Semuanya sudah jelas. Tapi tidak papa. Kita masih bisa berteman kan ? ,” ungkap Aluna berusaha tersenyum walau hatinya rapuh.

Berteman ?

Berteman ?

Berteman ?

Althaf terlihat menimang tawaran Aluna. Apa ia bisa berteman dengan Aluna dan melupakan perasaanya ? apa Althaf bisa ?

“Aku tahu. Kita tidak bisa berteman karena kau sudah memiliki istri ,'kan ? ”

“Aku menerima tawaranmu,” selak Althaf cepat.

Ngomong-ngomong bicara soal istri ... Ah iya  betapa bodohnya Althaf melupakan istrinya yang menghilang tiba-tiba. Kenapa dia malah disini dan bukannya mencari Rifa.

💔💔💔

“Hiks hiks ... Rifa rindu bunda. Kenapa semua orang yang Rifa sayangi harus pergi. Rifa tidak sekuat yang lain. Hati Rifa sakit bun. Sangat sakit hiks hiks ,” lirihnya dengan suara purau. Gadis itu memeluk batu nisan mendiang bundanya. Air matanya mengalir deras.

Gadis itu mencium batu nisan tersebut lantas memandangnya sendu. Sedetik kemudian senyumnya merekah, lalu menyeka air matanya.

“Bangun yu bun. Kuatin hati Rifa. Jangan mau disana . Mending temenin Rifa. Hibur Rifa Bun hiks hiks ” gadis ini mencoba tetap tersenyum pilu. “ Bunda katanya sayang Rifa. Tapi kok pergi sih hiks hiks... Kemana janji bunda yang mau ha-hapus air mata Rifa hiks hiks ... Rifa kangen bunda. Bunda bangun bun ... Bangun hiks hiks .. temenin Rifa. Rifa mau sama bunda. Rifa pengen ikut bunda. Peluk Rifa, Bun. Hiks hiks ... Bunda ... Bunda, Rifa kangen hiks hiks . Bunda dengerin Rifa kan ? biar Rifa aja yang meluk bunda ya. Biar bunda gak sendirian ." Gadis itu memeluk batu nisan mendiang bundanya erat-erat. Air matanya tumpah.

CINTA UNTUK RIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang