25 . Pergi

16.3K 848 68
                                        

________________________
_________________________

" AVRAMMMM !!!!! Kamu sudah janji pada Mommy akan membawa Rifa kesini. Tepati janji mu," Pekik Alexa. Padahal yang diajak bicara duduk malas dihadapannya dengan tumpang kaki.

" Avram gak budek kali, Mom. Pendengaran Avram masih normal. Dan Avram tidak menjanjikan apapun. Avram hanya billang kalau Avram bakal memenuhin keinginan mommy untuk bertemu Rifa," Ujar Avram memutar bola mata malas. Lantas beranjak menjauhi Mommy nya.

" Mau kemana kamu ? Tidak tahu sopan santun, Mommy masih bicara. Anak durhaka, Mau Mommy kutuk jadi ba—”

" Jadi tampan, " potong Avram cepat. Mengulas senyum lantas pergi dari hadapn Mommy nya.

" TERSERAH!!! " Seru wanita paruh baya itu jengkel dengan putra satu-satunya itu.

Avram terkekeh geli ketika sudah duduk di mobil kemudi. Teriakan Mommy nya sungguh maha dahsyat.

" I Miss you, Mommy," gumamnya seraya menginjak gas mobil meninggalkan parkiran Mansion nya.

***

“Cepat sedikit,” interupsi Rifa. Gibran masih sibuk bergelut dengan pikirannya. Ia tidak mungkin salah dengar, tiga kali Rifa mengucapkan sesuatu dengan lirih yang menimbulkan tanda tanya besar dipikiran Gibran. ' Bertahan untuk mama,Nak. Kita pasti ketemu papa' .  Ingin bertanya takut salah. Pasalnya gadis disamping nya ini sedari tadi tidak bisa diam dan terus menginterupsi Gibran untuk mempercepat laju mobilnya.

Fa. Aku mau nanya ... boleh ?” seru Gibran yang dijawab anggukan oleh Rifa.

“Mmm— kamu sama Althaf kan udah lama nikah tuh, mustahil gak sih kalau misalnya sekarang kamu lagi isi ?” tanya Gibran was-was karena melihat perubahan ekspresi Rifa yang terkesan terkejut. Padahal Gibran hanya basa-basi walau sebenarnya Ia ingin memastikan dengan pertanyaan yang memenuhi otakya. Apakah itu benar ?

Rifa membuang pandangannya kesamping jendela kaca mobil.

“Aku cuma nebak aja sih,Fa. Gak usah tegang gitu hehe,” kata Gibran seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tuh kan jadi Gibran yang serba salah. Harusnya tadi ia gak nanya gitu. Tapi setelahnya Ia dibuat bisu dengan jawaban Rifa.

“ Iya. Aku Hamil,” gadis ini menundukkan kepalanya, memainkan jemarinya gugup. “Usianya baru dua minggu. Tapi aku mohon sama kamu jangan kasih tahu Althaf dulu.”

Gibran mengernyit “Kenapa ? dia berhak tahu,Fa. Barangkali itu bisa membatalkan  kepergiannya saat mendengar kabar bahagia ini.”

Rifa menggeleng pelan, “Tidak. Dengan jelas dia sudah mengatakan kalau Althaf tidak menginginkan seorang anak selain dari Aluna. Percuma jika aku memberitahunya. Dia tidak akan mengakuinya, itu cukup membuatku sakit.”

“APA!! Althaf tidak mau mengakuinya ? mustahil. Dia tidak seperti itu,Fa. Aku kenal betul seperti apa Althaf. Dia tidak seburuk itu. Tapi tunggu — lalu kenapa kau ingin menyusulnya ke bandara ? bukan kah kamu merasa tersakiti olehnya ? harusnya kamu bahagia dong kalau dia pergi," terang Gibran.

“Aku tidak tahu. Hatiku mengatakan untuk mencegahnya pergi. Dan aku merubah keputusanku. Apapun yang terjadi nanti aku ikhlas menerimanya. Tapi satu hal yang pasti aku akan memberitahunya sekarang kalau aku sedang hamil."

“Aku dukung keputusanmu. Aku yakin tuh kunyuk pasti batal pergi. Udah sampe, waktumu hanya lima menit lagi untuk mengagalkan Althaf pergi. Kamu duluan, aku mau parkirin dulu mobilnya sekalian telpon Haikal." Rifa mengangguk dengan cekatan turun dari mobil. Gadis itu menerobos masuk ditengah ramainya bandara hari ini.

CINTA UNTUK RIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang