2. Upacara Pembukaan Ospek

11.8K 278 4
                                    

Beruntung, Samuel dan Daniel dapat tepat waktu pergi ke lapangan kampus untuk menghadiri upacara pembukaan masa ospek. Banyak sekali mahasiswa baru yang berkumpul dari berbagai jurusan yang berbeda. Mereka tergabung ke dalam satu fakultas dan terpisah dalam barisan yang disesuaikan jurusan masing-masing. Karena lumayan tinggi Samuel pun berada di barisan tengah bersama dengan Daniel. Entah kebetulan ataupun disengaja, namun Samuel senang dengan hal tersebut.

Upacara tersebut berlangsung cukup lama. Mendadak Samuel merasakan pusing dan pandangannya mulai kabur. Tak lama kemudian, Samuel tak sadarkan diri. Ia pingsan di tengah acara sambutan di lapangan tersebut. Para panitia pun bergegas membawa Samuel ke ruang UKS. Daniel pun ikut membantu kakak panitia dengan alasan ia juga tak kuat mengikuti upacara tersebut. Untuk kedua kalinya, Samuel dan Daniel pun berada di ruangan yang sama.

Daniel dan kakak panitia berupaya menyadarkan Samuel lagi. Karena waktu terus berjalan dan kegiatan harus terus dilanjutkan, maka kakak panitia menitipkan Samuel pada Daniel yang saat ini sedang berada di ruang UKS. Dengan senang hati Daniel menerima permintaan tersebut.

"Dasar menyusahkan sekali. Anak muka pucat macam dia pasti gak tahan kena sinar matahari. Udah tubuhnya besar, pingsan lagi. Duh dia merepotkan saja. Ga tau kerjaan masih banyak yang belum berjalan" keluh salah satu kakak panitia saat ia hendak meninggalkan ruang UKS.

"Hust... Kamu ga boleh bicara macam itu. Dia juga manusia kali. Wajar saja kalau pingsan. Lagipula kejadian pingsan saat upacara itu sudah jadi hal yang wajar. Jadi ga perlu mengeluh seperti itu. Kamu ga malu didengar oleh adik kelasmu ini, Hah" sahut salah satu kakak panitia yang lainnya sambil meninggalkan ruang UKS.

Samuel bersedih mendengar pembicaraan kakak panitia tersebut. Sekali lagi, dia merasa terasingkan dan terdiskriminasi karena tampangnya yang seperti orang asing ini. Tapi, ia tetap berpura-pura tertidur di samping Daniel saat ini. Setelah beberapa menit kemudian, Samuel pun membuka matanya dan bangun dari tempat tidur ruang kesehatan ini dengan perlahan.

"Samuel... Bagaimana keadaanmu? Sudah mendingan kan? Aku terkejut melihatmu mendadak pingsan saat di lapangan tadi. Tapi terima kasih juga ya. Berkat kamu, aku juga bisa memberi alasan agar tidak mengikuti kegiatan ospek hari ini. Daripada mendengarkan ceramah dari orang-orang yang tak kukenal lebih baik aku tiduran disini sambil menemanimu. Hehehe" ucap Daniel sambil tersenyum kepada Samuel.

"Terima kasih banyak Daniel. Kau sudah membantuku ke sini. Maaf kalo aku membuatmu khawatir" sahut Samuel sambil memperhatikan wajah Daniel dengan tatapan ramahnya.

Samuel merasakan hal yang aneh pada dirinya. Mengapa ia berdebar saat memandang senyuman dari Daniel saat ini. Apakah karena ia sudah lama tak dekat dengan siapapun ataukah ada hal lain yang membuatnya menjadi gugup saat memandang Daniel saat ini. Sekilas, ia pun lupa dengan keadaan yang terjadi di sekitarnya. Ia melamun kembali saat memandang wajah Daniel.

"Sobat... Woi, Samuel... Kau tak apa kan? Kenapa lagi-lagi kau melamun. Apakah melamun sudah jadi kebiasaanmu? Kalau begitu aku akan pergi dulu membeli sarapan. Sepertinya saat ini kamu kelaparan. Tunggu saja disini, aku akan segera datang membawa dua bungkus makanan untuk kita berdua" sahut Daniel memecahkan lamunan Samuel.

"Ohh... Ya, baiklah kalau begitu. Sekali lagi terima kasih banyak Daniel. Padahal kita baru saja kenal, tetapi kau sudah begitu baik kepadaku" puji Samuel sambil tersenyum.

"Sama-sama, Samuel. Tak masalah, entah kau itu orang yang baru aku kenal atau sudah lama kenal. Namanya juga teman, wajiblah untuk saling tolong menolong jika sedang mengalami kesusahan. Baiklah, kalau begitu aku pergi ke kantin dulu" sahut Daniel sambil berjalan meninggalkan Samuel sendirian di ruang UKS.

Mendengar ucapan Daniel tersebut, Samuel merasa sangat terharu. Baru pertama kali ia menjumpai orang yang begitu baik dan peduli kepadanya selain orang tuanya di rumah. Ia pun melanjutkan istirahatnya sejenak di ruang kesehatan sambil menunggu Daniel datang membawa makanannya.

Samuel and Daniel (Gay Story) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang