"Kau sering tinggal sendiri?"
Lisa menatap Jeno yang kini terlihat duduk dengan tenang di ruang tengah kediamannya. Di hadapannya ada beberapa bungkus chips yang terbuka. Sementara kedua mata pemuda tersebut terfokus pada layar plasma yang kini tengah memutar re-run Season Kedua dari serial Riverdale.
"Ya, bisa dibilang begitu." Lisa menjawab seadanya. Gadis itu masih disibukkan dengan memotong kukunya yang sudah panjang.
Keduanya kembali diam. Sibuk dengan dunianya masing-masing. Sesekali hanya terdengar suara Jeno yang sesekali mengomentari karakter Archie dan Veronica yang terlibat dalam adegan pertengkaran.
"Aku tidak tahu bahwa kau tertarik dengan serial drama seperti Riverdale." Lisa berkomentar sesaat setelah mendengar Jeno mengumpat.
Jeno melirik Lisa sekilas, "serial ini menarik." Setelah mengatakan kalimat singkat tersebut, Jeno kembali memfokuskan perhatiannya pada layar lagi.
"Kupikir kaum laki-laki seperti kalian akan lebih tertarik dengan Game of Thrones atau Sherlock atau mungkin The Flash, tapi ternyata kau lebih tertarik pada serial remaja picisan seperti ini." Lisa kembali berkomentar.
Mendengar komentar Lisa, Jeno seketika menoleh, "picisan?" tanyanya tak terima.
"Bukankah serial ini mengangkat tema percintaan remaja yang picisan?" Lisa menyahut enteng.
Dua menit kemudian, Lisa menyesali ucapannya barusan. Jeno serta merta mengeluarkan argumentasi panjang lebar mengenai alur cerita Riverdale. Mengatakan bahwa serial favoritnya tersebut adalah salah satu serial misteri terbaik yang pernah ia tonton. Tidak hanya menampilkan adegan percintaan remaja, tapi juga menampilkan cerita misteri mengenai pembunuhan serta pencarian jati diri. Sejujurnya, Lisa sama sekali tidak peduli, tapi daripada ia mengatakan hal lain yang akan membuatnya kembali menyesal, ia memilih untuk diam dan meminta maaf.
"Oke, aku minta maaf."
Jeno mengangguk puas, cukup senang dengan permintaan maaf Lisa. Matanya kemudian melirik jam dinding yang dipajang di atas televisi. "Sepertinya aku harus kembali ke rumah. Aku masih belum menyelesaikan tugas dari Miss Jessi."
Mendengar kata tugas dan nama Miss Jessi keluar dari bibir Jeno, membuat Lisa mengingat bahwa ia juga belum menyelesaikan tugas tersebut. Miss Jessi, guru Matematika di kelasnya jelas bukan guru yang lemah lembut dan akan membiarkan siswanya lepas begitu saja jika tidak menyelesaikan tugas. Sayangnya, Lisa bukan siswi yang berotak cemerlang dalam pelajaran tersebut. Ia tidak yakin ia bisa mengerjakan tugas tersebut seorang diri.
"Hey, mau mengerjakan bersama?" Lisa akhirnya bertanya setelah Jeno berdiri dari duduknya.
Jeno berpikir sekilas, "tentu, tapi aku tidak bisa berlama-lama di sini. Kau mau ke rumahku?"
"Oke, tunggu di sini, aku akan bersiap-siap."
***
Sehun berkali-kali melirik pintu apartemennya. Pintu itu tak kunjung terbuka ataupun diketuk dari luar. Ia sendiri tidak tahu kenapa, tapi ia merasa tidak begitu senang dengan kenyataan tersebut. Mungkin karena Jeno, sepupunya yang seharusnya datang ke sini untuk menemaninya justru memilih untuk menghabiskan waktu dengan tetangga barunya. Mungkin juga karena Jeno tak juga kembali setelah dua jam pamit untuk ke apartemen Lisa. Mungkin keduanya.
Sepengetahuannya, Lisa tinggal sendiri di apartemen. Lisa dan Jeno adalah remaja tanggung yang pastinya sedang memiliki hormon berlebih. Sepasang remaja tanggung berbeda jenis kelamin yang berada di dalam apartemen kosong tanpa pengawasan, kira-kira apa yang akan terjadi? Seketika otak Sehun membayangkan hal-hal yang tidak-tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUPPY LOVE
Fanfictionpuppy love noun [ U ] ● ˈpʌp.i ˌlʌv romantic love that a young person feels for someone else, which usually disappears as the young person becomes older (Cambridge Dictionary) "Oppa, I love you!" "You are just a kid. What do you know about love?" "I...