10. Collapse

1.9K 477 96
                                    

"Kau melamun lagi," Soojung berkomentar saat mendapati pandangan kosong Sehun.

"Kau yakin kau baik-baik saja?" tangan Soojung bergerak untuk menyentuh lengan Sehun, mencoba mengecek suhu tubuhnya. "Kau tidak demam."

Sehun tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat, "aku baik-baik saja."

"Kau yakin? Kita bisa pulang jika kau ingin beristirahat. Kau pasti lelah." Soojung menyarankan.

Sehun ingin menyetujui ide tersebut saat itu juga. Kepalanya terasa ingin meledak hanya karena seorang bocah seperti Lisa. Ia benar-benar tidak tahu kenapa akhir-akhir ini ia terus memikirkannya. Mungkin karena ia merasa bersalah atas ucapannya kemarin. Mungkin karena ia merasa terganggu karena hubungan Lisa dan sepupunya.

Tapi jika ia pulang saat itu juga ia akan terlihat seperti laki-laki brengsek yang menyebalkan. Dia tidak ingin membuat Soojung merasa tidak diinginkan. Perempuan itu sudah bersikap baik dan berusaha menghiburnya semalaman ini. Dan hal terakhir yang ingin Sehun lakukan adalah dengan mengecewakan Soojung dengan pulang saat itu juga.

"Maaf, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku." Sehun berujar. Sebelum Soojung bertanya masalah apa, Sehun segera mengalihkan pembicaraan. "Kudengar salah satu anggota divisimu akan menikah akhir bulan ini?"

"Ah, benar. Joohyun akan menikah akhir bulan ini."

Sehun tersenyum, "kau akan datang?"

"Tentu! Joohyun adalah teman baikku." Soojung menyahut dengan antusias. "Ah, kau mau datang bersamaku?"

Sehun tidak perlu berpikir dua kali untuk mengatakan, "sure."

***

"Kau terlihat sangat pucat." Jeno berkomentar sesaat setelah Lisa duduk di bangkunya. "Kau sudah makan?"

Belum terlalu banyak murid yang hadir pagi itu. Jam digital yang dipajang di dinding belakang baru menunjukkan pukul 06:55, sementara kegiatan belajar mengajar di mulai pukul 7:30. Hanya ada Lisa, Jeno dan dua orang siswa lain yang kini tengah sibuk di depan kelas.

Sudah seminggu lebih Lisa berangkat sepagi itu demi menghindari Sehun. Jeno yang sudah dia deklarasikan sebagai partner in crime mau tak mau harus mengikuti pola Lisa. Mereka akan bertemu di halte terdekat pada sekolah mereka, kemudian keduanya akan berjalan dari sana hingga ke kelas berdua.

"Aku tidak berselera." Lisa menyahut lesu. Ia menidurkan kepalanya di atas meja. Suasana hatinya benar-benar tidak enak hari ini.

Segala kegundahan yang kini dialami Lisa bersumber pada satu hal: Oh Sehun. Pasca pertemuannya dengan pria itu di café dua hari lalu, suasana hati Lisa memburuk. Dia benar-benar merasa patah hati.

Lisa baru menginjak delapan belas tahun, tapi ia sudah mengalami patah hati terbesarnya. Benar-benar ironi. Memang seharusnya ia tidak semudah itu menyukai seseorang.

"Sudahlah, kau tidak perlu sesedih itu hanya karena Sehun hyung. Masih banyak lagi laki-laki lain di luar sana." bujuk Jeno. "Kau mau kukenalkan dengan salah satu temanku?"

Lisa mendengus. "Tidak, kalau bukan kau aku tidak mau."

"Ugh, no thanks."

***

Dari semalam hingga pagi tadi tanpa memakan apa pun nyatanya tidak membuat Lisa lapar atau pun berselera untuk makan. Ia menolak ajakan Jeno untuk makan siang, ia juga menolak permintaannya untuk melihat Jeno bermain basket. Ia benar-benar tidak ingin melakukan apa pun. Ia bahkan tidak ingin meninggalkan kelas jika bukan karena ia harus ke toilet.

PUPPY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang