16. First Kiss

3.4K 457 100
                                    

Can't believe I have to say this over and over again. Satu-satunya yang bikin aku semangat nulis adalah komentar, dan satu-satunya yang bikin aku males nulis adalah komentar nggak berguna sejenis "next" "lanjut" dll. Got it?

***

"Kau benar-benar seperti anak kecil." Jeno bekomentar begitu melihat jejak es krim yang ada pada sudut bibir Lisa. Tangannya terulur begitu saja untuk mengusap bagian tersebut, bermaksud untuk membersihkannya.

Lisa, gadis remaja yang bahkan belum lulus dari sekolah menengah terperangah mendapat perlakuan yang sedemikian manis dari Jeno. Wajahnya seketika memanas, menciptakan rona merah muda pada pipi dan telinganya. Dia sama sekali tidak menyangka jika ia akan mengalami satu dari sekian banyak adegan yang sering ia lihat di drama.

Kenyataan bahwa Jeno menatapnya dengan raut wajah yang luar biasa tampan jelas tidak membantunya sama sekali. Jantungnya berdegup cepat ketika melihat raut serius yang terpampang di wajah tampan itu—Lisa tidak keberatan jika harus mengulang-ulang kata tampan tersebut seperti kaset using, Jeno memang setampan itu di matanya.

"Wow, terima kasih atas pujiannya." Jeno terkekeh, kedua matanya tenggelam hingga menyerupai bulan sabit.

"Apakah aku baru saja menyuarakannya?" Lisa bertanya polos, dia masih berada pada kondisi setengah sadar saat ini.

"Bahwa aku tampan dan kau tidak keberatan untuk mengulang pernyataan berulang kali karena aku setampan itu?"

Lisa mengangguk-anggukan kepalanya, persis seperti boneka anjing yang kerap ditemui di dashboard mobil.

"Iya, kau menyuarakannya." Jeno menjawab dengan enteng.

"Oh My God." Lisa mengatupkan bibirnya. Tidak percaya dengan dirinya sendiri.

"Kau benar, oh my God. Aku bahkan tidak menyangka jika kau menganggapku setampan itu. Yah, meskipun harus kuakui bahwa kau bukan satu-satunya orang yang beranggapan demikian." Jeno menukas dengan congkak. Tangannya dengan sengaja menyibak rambutnya ke belakang, seolah sadar bahwa hal tersebut cukup untuk membuat Lisa semakin terpesona.

Lisa mengernyit, "kau sangat percaya diri."

"Tapi aku tampan."

"Iya kau tam—God!" Lisa menghela napas penuh penyesalan. Ia mencebik sebal ketika Jeno tertawa melihat tingkahnya barusan.

Pada akhirnya, Lisa ikut tertawa bersama Jeno. Sejenak lupa akan kesedihannya selama seharian ini karena tidak mendapat kabar dari Sehun sejak kencan mereka kala itu.

Bibir Jeno sejak tadi tak lelah untuk mengembangkan senyum tipis melihat Lisa yang melangkah berjingkat-jingkat di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibir Jeno sejak tadi tak lelah untuk mengembangkan senyum tipis melihat Lisa yang melangkah berjingkat-jingkat di hadapannya. Langit malam itu cukup cerah, tidak terlalu gerah seperti malam-malam sebelumnya. Beberapa kali angin berembus pelan, menerbangkan daun-daun kering yang berserakan di jalan. Tidak ada alasan khusus kenapa Lisa harus berjalan serupa pencuri yang hendak beraksi. Beberapa orang memandang gadis itu aneh, tapi tidak dengan Jeno.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PUPPY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang