Membosankan. Acara reuni yang diadakan di salah satu restoran tersebut benar-benar membosankan bagi Sehun. Acara tersebut menjadi ajang pamer masing-masing individu atas pencapaian mereka. Pekerjaan apa yang mereka lakukan, gadis mana yang mereka kencani, prospek bisnis, harga saham, tidak ada satu pun yang membuat Sehun tertarik. Ia sedikit menyesali keputusannya untuk menghadiri acara yang ia tahu akan membuatnya jengah ini.
Rencana awalnya mengikuti acara ini untuk melupakan kepenatan yang ia dapatkan dari bocah ingusan seperti Lisa gagal total. Kesepian di tengah keramaian seperti ini justru membuatnya lebih banyak memikirkan gadis ingusan tersebut. Ingatannya kembali pada kejadian sore tadi tanpa ia minta. Kilasan bagaimana Lisa terang-terangan mengacuhkannya di depan Jeno membuat Sehun merasa benar-benar tersinggung. Apalagi jika mengingat seberapa cepatnya gadis itu melupakan rasa sukanya pada Sehun demi Jeno membuatnya lebih tersinggung lagi.
Dia tentu lebih baik dari Jeno, bukan? Tentu! Dia memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan sepupunya yang bahkan belum genap dewasa tersebut. Sehun tentu lebih tampan dari Jeno—well that's debatable, tapi ia jelas lebih matang dan mapan disbanding sepupunya. Sehun masih tidak mengerti kenapa Lisa lebih memilih laki-laki seperti Jeno.
"Bosan?"
Suara halus Soojung menyapa telinga Sehun. Perempuan itu duduk di samping Sehun, mengenakan atasan berwarna peach yang membuatnya terlihat semakin cantik. Aneh, dulu Sehun sangat tertarik pada Soojung. Tapi sekarang ia merasa bahwa sensasi menggelitik yang kerap ia rasakan dulu tak lagi ada di sana ketika ia berdekatan dengan Soojung. Padahal Sehun dapat melihat dengan jelas bahwa perempuan itu menaruh perhatian lebih padanya.
"Kau baik-baik saja?" Ekspresi khawatir terlihat jelas di wajah cantik Soojung.
Dengan sebuah senyum tipis, Sehun mengangguk. "Aku baik-baik saja."
"Kau mau pulang? Atau pindah dari sini?" Soojung kembali bertanya, masih dengan kekhawatiran yang tersirat di wajahnya.
Berpikir sejenak, Sehun kemudian mengangguk. Ia rasa ia butuh suasana yang lebih tenang.
"Aku rasa aku butuh caffeine."
"Tentu Appa kalian yang terlebih dahulu mengejar Eomma!" Nyonya Park berujar dengan senyuman di wajahnya. Kedua matanya berpendar menatap suaminya yang duduk tepat di sebelahnya.
Nana dan Lisa—yang sangat tumben sekali akur, tertawa bersama melihat kedua orang tua mereka bersenda gurau.
Hari ini adalah hari pernikahan kedua orang tua mereka yang ke-tigapuluh. Dan seperti kebiasaan di tahun-tahun sebelumnya, mereka menghabiskannya dengan makan malam di luar yang kemudian disambung dengan duduk bersama dan mengobrol selama berjam-jam di sebuah café. Malam ini, setelah makan malam bersama di restoran Jepang favorit mereka, Keluarga Park memutuskan untuk meminum kopi di kedai kopi yang tak cukup ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUPPY LOVE
Fanfictiepuppy love noun [ U ] ● ˈpʌp.i ˌlʌv romantic love that a young person feels for someone else, which usually disappears as the young person becomes older (Cambridge Dictionary) "Oppa, I love you!" "You are just a kid. What do you know about love?" "I...