May I?

1.1K 253 52
                                    

"Apa kau juga akan ikut pergi?" balas sang raja pada pemuda bersurai merah di hadapannya.

Soonyoung terdiam di tempat. Ia mempererat genggaman pedangnya. Laki-laki itu tidak berniat untuk menyerang sang raja.

Ia hanya membenci fakta bahwa ia harus menahan hasrat balas dendam. Orang yang membunuh ayahnya ada tepat di hadapannya.

Apalagi yang perlu ia tunggu?

"Tidakkah yang mulia lebih ingin hamba mati?" balas Soonyoung.

Alih-alih menjawab, ia malah melontarkan pertanyaan lagi.

Jimin terpaku di tempat. Barusan adalah sebuah pertanyaan yang selalu ia renungkan setiap malam, setelah hari kudeta itu berlalu.

Bila memang ia membenci raja sebelumnya, mengapa ia melepaskan anak bersurai merah ini pergi.

Apakah hanya karena cinta kepada ibunya?

Jimin masih bergeming di tengah situasi yang genting tersebut, memikirkan alasan demi alasan perbuatannya. Ia bahkan mencegah pertemuan anaknya, Jihoon dan Soonyoung yang sudah ditakdirkan.

Takdir yang pernah diutarakan selepas kelahiran anak semata wayangnya.

Takdir itu adalah bahwa mereka berdua akan menjadi pewaris kerajaan. Terlepas Jihoon juga seorang lelaki, mereka berdua akan saling jatuh cinta. Soonyoung yang menjadi sang dominan.

Ketakutan menyergap sang raja. Akhirnya ia sampai pada jawabannya. Alasan seluruh tindakan yang mempengaruhi takdir anaknya dan anak wanita yang dicintainya.

"Aku pernah mencintai ibumu dengan segenap hatiku. Pernikahannya dengan ayahmu membuatku sangat terpukul dan angkat kaki dari negeri ini. Satu-satunya alasan mengapa aku membiarkanmu hidup adalah surai merahmu."

Jimin mengambil jeda sejenak. Soonyoung masih tampak tenang.

"Yang kutakutkan adalah nasib anakku bila bersamamu. Peramal istana mengatakan bahwa kau akan menjadi raja dan ketika itu tiba aku tidak yakin kau akan bisa menahan perasaan benci."

Air muka Soonyoung berubah bingung. Penjelasan sang raja barusan terdengar seolah ia akan melakukan sesuatu yang mengerikan.

"Aku takut kau akan balas dendam."

Soonyoung bergeming.

"Kau boleh membunuhku. Tapi aku tidak akan tinggal diam bila kau melukai istri dan anakku."

Kedua manik Jimin berkilat tajam, "Aku tidak ingin itu terjadi."

Soonyoung menghela nafas sejenak setelah mendengar penuturan sang raja. Ia paham betul masalah yang sedang menimpa mereka berdua.

Tidak ada yang ingin kehilangan.

"Hamba tidak akan melukai keluarga orang yang hamba kagumi," tegas Soonyoung.

Jimin sontak terbelalak. Ia bisa menebak siapa 'orang yang dikagumi' oleh lelaki bersurai merah di hadapannya.

"Kau sudah bertemu dengan anakku?"

Soonyoung menarik nafasnya dalam-dalam, bersiap untuk mengungkapkan sesuatu yang sudah lama dipendamnya.

"Apakah hamba boleh bertemu dengannya lagi?"

.

.

.

A Man with Red Hair
May I?

.

A Man with Red Hair | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang