The Fate has Begun

1K 251 40
                                    

Ini pelipur lara setelah hiatus UTS wkwk

. . .

Penasehat Jung mengeratkan genggaman tangannya. Ia menahan rasa penasarannya agar tetap diam selama sang raja menebar afeksi pada ratunya.

Bukan cemburu. Ia sama sekali tidak menyimpan rasa pada Yoonji. Tidak setelah pernikahannya dengan pria yang bahkan tidak pernah melirik wanita itu.

Yoonji tentunya amat senang ketika sang raja meminta izin untuk istirahat di kamarnya. Jung Hoseok sangat hafal. Ia sudah mengenal Yoonji sejak belia.

Sekarang ia tengah menerka-nerka apa yang direncanakan Yoonji bersama sang raja.

Pria itu tidak akan tinggal diam apabila ada yang merusak rencananya.

.

.

.

» A Man with Red Hair «
The Fate has Begun

.

.

.

Samar-samar lelaki itu mengingat hal yang ia rasakan sebelum hilang kesadaran.

Ayahnya, selatan, jalan setapak yang panjang, pepohonan— Lalu?

Seseorang menangkap tubuhnya sebelum jatuh. Seseorang yang tahu namanya.

Ia mendengar namanya. Ia jelas mengingat suaranya.

"Pangeran Lee? Apa kau baik-baik saja?"

Pertanyaan itu...

Apakah Seungcheol?

Tapi mereka sudah berjanji untuk tidak saling memanggil dengan status.

Perlahan kedua matanya terbuka dan suasana kamar yang asing menyambutnya. Ini jelas bukan di istana, bukan juga langit-langit penginapan yang ia diami bersama Seungcheol kemarin.

Jihoon mendengar sayup-sayup suara gadis di dekatnya. Ia bersurai merah, duduk di sebelahnya, di atas ranjang.

"Oppa, sudah bangun?" tanyanya dengan suara kekanakan.

Jihoon mencoba untuk berdiri alih-alih membalas pertanyaannya. Ia menatap gadis itu penuh tanya dan gadis itu balas menatapnya.

"Oppa-ku menunggumu di luar. Dia sudah menjagamu sepanjang malam. Jadi aku menyuruhnya istirahat namun ia malah pergi ke dapur dan mengambilkan makanan," celoteh gadis itu.

Jihoon belum pernah bertemu dengannya namun ia bertingkah seolah mereka sudah saling kenal dalam waktu yang lama. Ia bahkan tanpa canggung memegangi dahinya.

"Suhu tubuh oppa sudah tidak sepanas semalam. Oppa hanya perlu makan!" tegasnya.

Jihoon balas tersenyum canggung. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Tapi aku diminta menjagamu. Bila aku pergi, maka satu pekerjaan rumah lagi akan menambah daftar kesibukanku dan aku membenci hal itu. Soonyoung-oppa memang tidak ada beda—"

A Man with Red Hair | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang