Through The Night

1.2K 270 40
                                    

Malam itu juga Pengawal Choi merencanakan kabur kilat. Ia keluar sejenak dari kamar pangeran untuk memastikan semuanya aman-aman saja. Setelah itu ia kembali lagi untuk mengecek persiapan tuannya.

Laki-laki itu menaruh beberapa potong pakaian ke atas kain dan mengikatnya. Dengan cepat ia berjingkat mendekati Seungcheol.

"Kita tidak bisa menggunakan kuda. Suaranya akan terdengar mencurigakan," bisik Seungcheol.

"Apakah di luar aman?" balas Jihoon mengganti topiknya.

Untuk sekarang, tidak masalah apakah ia harus naik kuda atau berjalan kaki. Ia hanya ingin keluar dari istana, menjauh dari ancaman Penasehat Jung.

Seungcheol mengangguk sebagai balasannya. Kemudian ia segera menggenggam tangan Jihoon, menariknya keluar kamar. Mereka mengendap-endap di lorong, bersembunyi setiap penjaga terdengar mendekat.

Setiap langkah kaki selain milik mereka terdengar, Jihoon seperti merasakan serangan jantung. Pengawalnya itu akan langsung menariknya bersembunyi. Ia tidak memiliki waktu untuk menganalisis keadaannya.

Dengan cepat dan aman, mereka berhasil keluar dari istana. Saat ini Jihoon masih berjalan mengikuti Seungcheol menjauhi pemukiman. Daerah berpenduduk bukanlah sebuah tempat persembunyian yang bagus. Jadi mereka memutuskan untuk menyisir tempat yang lebih sepi.

Pinggiran hutan menjadi tempat yang dipilih Seungcheol. Suasana malam mungkin amat mencekam bagi pangerannya. Tapi sang pengawal masih bisa mengatasinya.

Mereka berhenti di pinggir pepohonan. Jihoon langsung terduduk di atas rumput. Kakinya pegal karena harus berlari tanpa suara dalam jangka waktu yang lama.

"Maafkan hamba," cicit Seungcheol seraya menundukkan kepala.

"Tidak. Aku yang memaksamu untuk membawaku keluar. Maafkan aku," bantah Jihoon.

Seungcheol tersenyum saja. Berdebat untuk masalah seperti ini bukanlah pilihan yang baik.

"Karena kita sekarang menjadi buronan istana, sebaiknya kau berhenti bicara formal padaku, Seungcheol. Atau orang akan mengira aku seseorang yang penting," putus Jihoon.

Kemudian ia berdiri kembali, menatap hamparan pohon di depan mereka. Sesuatu hal— tidak, seseorang melintas di benaknya setiap berada di tempat ini.

Soonyoung, pria bersurai merah, yang keluarganya hancur di tangan ayahnya sendiri.

"Kau adalah orang penting Pangeran Lee," balas Seungcheol.

Sontak Jihoon menoleh ke arah pengawalnya itu. Ia tengah tersenyum padanya.

"Kau masih tetap pangeran negeri ini terlepas apa yang terjadi di masa lampau."

"Kau benar."

Jihoon menatap ke depan dengan yakin.

"Tapi aku bukan calon raja negeri ini. Ada seseorang yang lebih pantas untuk menyandangnya."

Seungcheol memasang raut bingung, "Siapa?"

Jihoon menarik nafasnya dalam-dalam. Ia tidak menduga ide ini akan terbesit dalam pikirannya sekarang.

"Seseorang bersurai merah yang kutemui di tempat ini, bantu aku mencarinya."

.

.

.

A Man with Red Hair
Through The Night

.

A Man with Red Hair | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang