In a Dream

1.3K 306 17
                                    

Harap-harap cemas di depan kamar pangeran, itu yang dilakukan Seungcheol sejak semalam. Ia tidak tidur, melewatkan jatah makan malamnya juga. Hanya sekali lewat tidak masalah baginya, ia sudah sering puasa berhari-hari saat perang.

Satu-satunya yang akan membuat hatinya lega adalah apabila seseorang keluar dari kamar pangeran dan membawa kabar baik.

Saat ia pergi menghadap ratu dan berkata bahwa pangeran tidak sadarkan diri, sang ratu juga merasakan kekhawatiran, tampak lebih parah darinya karena air matanya langsung mengalir dan tubuhnya limbung. Insting seorang ibu memang seperti itu, khawatir terlalu jauh.

"Bagaimana anakku? Apakah dia sudah siuman?" tanya sang raja ketika berkunjung pagi ini.

Seungcheol menundukkan kepalanya kemudian menggeleng pelan sebagai jawabannya. Sang raja berhenti di depan pintu kamar pangeran dan menghela nafas pelan.

"Pengawal Choi," panggil sang raja tiba-tiba.

"Ya, yang mulia," balas Seungcheol sambil menundukkan kepalanya lagi.

"Tolong jaga ratuku dan pangeran! Aku perlu mengurus sesuatu di selatan, agak lama. Mungkin sayembaranya juga akan diundur sampai kesehatan pangeran membaik," titahnya.

Raja beralih memandang Choi Seungcheol, menepuk pundaknya dan meremasnya pelan. Bukan apa-apa, itu hanyalah tanda bahwa raja mempercayainya sepenuhnya.

"Jadilah pengawal yang setia bagi ratu dan pangeran! Saat aku kembali nanti, tolong tetaplah berada di sisi mereka. Lindungi mereka!"

Seungcheol tertunduk terus. Titah langsung raja merupakan sebuah kehormatan baginya.

"Hamba akan melakukan apapun untuk melindungi ratu dan pangeran," setuju Seungcheol.

"Bagus. Selama aku pergi, Penasehat Jung akan menggantikanku mengurus  perkara di dalam istana serta kota," ujar sang raja untuk yang terakhir kalinya sebelum pergi dari kastil timur.

Entah firasat Seungcheol benar atau tidak, namun rasanya akan terjadi sesuatu yang buruk selama sang raja pergi.

Dan pangerannya tidak akan aman.

.

.

.

A Man with Red Hair
In a Dream

.

.

.

Soonyoung diminta untuk bertolak ke kampung halaman ibunya. Pelayan setia ayahnya itu bilang ia hanya perlu menyusuri sisi lain hutan dan akan segera tiba di tujuan.

Berulang kali ia mendesah pelan karena sepertinya ia hanya berputar-putar di antara pepohonan. Seharusnya Soonyoung sudah ahli menerobos hutan karena alibi berburu yang ia sematkan pada kegiatannya akhir-akhir ini. Tapi ia belum pernah menyisir hutan di sisi ini.

Hari sudah semakin sore. Tidak ada lagi sinar matahari yang menyusup melalui rerimbunan pohon. Jalan hutan tidak akan seterang siang hari.

Soonyoung perlu beristirahat sejenak. Maka ia mengambil tempat di bawah pohon dan bersandar pada batangnya, menunggu pagi tiba.

.

.

.

A Man with Red Hair | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang