🌟 2 🌟

177 17 9
                                    

Cuaca dingin masih mengerogoti Equestria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca dingin masih mengerogoti Equestria. Hanya beberapa pony yang berani keluar rumah termasuk Fluttershy. Natal tampaknya lebih dingin dibandingkan sebelumnya, menyebabkan hampir semua pony tidak tahan melanjutkan aktivitas masing-masing.

Rainbow Dash duduk tenang dekat perapian sambil membaca novel Daring Do terbaru. Bahkan sebelum Natal, dia lebih memilih menyendiri demi menghindari interaksi dengan pony lain kecuali Pinkie. Dan pegasus itu tahu kalau sahabatnya juga sering keluar rumah pada malam hari entah untuk apa, dia tidak akan menanyakannya.

Pintu rumahnya dibuka. Saat ini dia memilih tinggal di rumah yang baru dibelinya di tempat terjauh bersama Pinkie, sekaligus menyusun rencana. Seperti dugaannya, Pinkie mendekat dan langsung ambruk di sofa yang terletak di belakang Rainbow Dash.

"Ah, malam yang melelahkan," desah Pinkie. "Tidak ada makanan atau siapa-siapa di luar."

Rainbow menarik napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rainbow menarik napas. "Yeah, mana ada yang keluar di hari seperti ini selain kamu?"

"Aku melihat Fluttershy bersama Angel," balas Pinkie, "Kurasa mereka pergi ke rumah Twilight."

Rainbow Dash mendengus. "Dia sudah gila, berpikir dirinya peramal."

"Aku pernah 'ditakdirkan' mati dibunuh, olehnya."

"Siapa pembunuhnya?" Rainbow bertanya.

"Dia, Fluttershy."

Rainbow mendengus lagi. "Ah, pemalas sepertinya bisa membunuh pony?"

"Mungkin." Pinkie mengangkat kedua tangannya. "Siapa tahu."

"Ah, sepertinya Rainbow kurang bahagia akhir-akhir ini. Aku tahu dia memiliki dendam kesumat kepada salah satu temannya di Wonderbolt, baca Daring Do saja dengan wajah kusut. Hm... mungkin sebuah pesta bisa menyenangkan batinnya."

***

Rarity melantunkan lagu yang barusan dikarangnya sambil menjahit. Hari itu butiknya begitu ramai hingga membuatnya kewalahan tapi gembira. Sambil menjahit baju pesanan, dia juga menulis surat untuk teman-temannya.

Corrupted Mane Six [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang