Corrupted Mane Six [✓]

🌟 3 🌟

Makan malam ini adalah pony yang terindah,
Kekasih yang t'lah lama pergi-

"Spike?"

Rarity membuka matanya. Kamar yang gelap sama sekali tidak membantu. Dia coba dengan sihirnya dan menyorotkannya ke berbagai arah. Dia kenal suara itu, merasakan kehadirannya. Itu tidak menakutkan baginya, siapa takut dengan hantu?

"Spike, ini tidak lucu!" seru Rarity.

Perlahan, sosok mungil mendekati sorotan cahayanya. Sudah jelas siapa itu. Ia menunduk dan lidahnya seakan kelu. Ditatapnya tangan mungilnya, penuh darah dan masih banyak yang belum dibersihkan.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Rarity.

Dilihatnya tangan naga kecil itu. Berdarah.

"Jadi, kamu pembunuhnya, huh?" sinis Rarity. "Well, terima kasih juga."

"Aku tidak bermaksud membunuh mereka padahal!" Spike membela diri. "Aku tidak tahan melihatmu sakit hati. Lagipula... aku juga lapar, jadi tidak ada pihak yang dirugikan, kan?"

"Yakin?" balas Rarity. Dia mulai merapalkan mantra dalam hati. "Kamu seharusnya tidak melakukannya, Spike!"

"Tunggu, Rare!" Spike menggeleng cepat. "Tolonglah, Twilight tidak sayang lagi padaku."

"Oh, malang benar." Rarity berusaha tampak berempati. "Makanya jangan sembrono!"

"Rare-"

"Pergi!"

Rarity melempar Spike keluar jendela dengan kencang hingga tubuh mungilnya menghantam pohon dekat rumahnya. Tentu suara kegaduhan itu mengundang para warga untuk keluar memeriksa.

"Itukah pelakunya?"

"Lihat! Tangannya berdarah! Sudah pasti!"

"Mulutnya juga! Tolong...!"

Spike bergegas lari menghindari kejaran warga yang mengamuk. Ia tidak punya cara lain selain kembali ke tempat asalnya. Hutan Everfree.

"Tidak ada lagi yang sayang padaku? Twilight, Rarity... semua orang?"