🌟 13 🌟

88 12 45
                                    

Perlahan, ia mengerjapkan mata dan di depannya berdiri sebuah bangunan berbentuk kubah nan luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan, ia mengerjapkan mata dan di depannya berdiri sebuah bangunan berbentuk kubah nan luas. Cuaca begitu mendung saat itu, membuat kubah yang seharusnya bersinar itu tampak gelap layaknya istana hantu.

Marco menatap sekeliling.

Kosong.

Tidak ada tanda kehidupan di sekelilingnya selain kubah itu. Apalagi teman-temannya. Ke mana mereka?

"Halo?"

Tidak ada jawaban.

"Asta? Kelly? Oskar? Tom? Siapa pun?" Marco mencoba memanggil sekali lagi. "Ponyhe-Eh, dia kan, nggak ikut dari awal."

Hening.

"Di mana mereka?" batinnya.

Ia menatap kubah itu sekali lagi. Dua kali lebih besar dibandingkan sekolahnya.

Marco memeriksa tubuhnya, kembali menjadi manusia. Masih bingung dengan keadaan. Ia lebih memilih masuk, meski hatinya berkata lain.

"Aku 'kan, bisa bertarung," batinnya.

Isi kubah itu tidak semegah atau sekelam yang dipikirkannya. Justru terlihat seperti sebuah desa yang asri tapi sunyi.

Marco mencari tanda-tanda kehidupan selain tumbuhan yang merambat.

Tidak ada rumah maupun bekas manusia ataupun makhluk lain. Ia menghampiri bunga matahari yang tumbuh di dekatnya dan mencoba mengambil bijinya sebelum mendengar seseorang bersenandung.

???

Penguasa Equestria ditemukan tewas,
Tapi tiada yang peduli,
Katanya, "Equestria sudah bebas!"
Oh, betapa naifnya rakyat jelata.

Marco mengikuti suara yang menuntunnya menuju sebuah taman.

Ia melihat Rarity menjahit sebuah kain sambil bersenandung. Masih dalam wujud unicorn.

Mungkinkah tempat ini akhirat?

Jangan-jangan dia sudah meninggal, begitu pula teman-temannya.

"Sapa atau enggak?" batin Marco, "Bagaimana jika ini jebakan? Ah, aku tidak perlu takut. Aku 'kan, jago karate. Aku bisa kok melindungi Star, dulunya."

Marco menghampiri Rarity. "Um... Rarity?"

Rarity menoleh. "Ah, Darling, bagaimana harimu?" Rarity tersenyum simpul lalu kembali menjahit. "Aku senang mendengar suaramu. Jauh lebih baik dibandingkan suara Spike."

Corrupted Mane Six [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang