20 - Apologize

706 82 2
                                    

Musim Dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim Dingin.

Jika aku ingat-ingat ini adalah hari di pertengahan musim dingin, dimana temperatur telah sepenuhnya turun, tidak, tidak sepenuhnya mungkin beberapa hari kedepan temperatur suhu akan terus menurun bersamaan dengan salju yang terus menghujani kota tanpa waktu libur.

"Kau mau membicarakan apa? aku kedinginan" Kesalku, benar ini sudah menit ke 6 sejak dia hanya berdiam diri sembari memperhatikan salju yang terus jatuh dari pohon besar di taman rumah sakit, dan aku telah mengumpat untuk ke 6 kalinya didalam hati pada pria bergigi kelinci yang menyandang marga Jeon itu.

Dia berdehem sebelum terlihat akan membuka bibir keringnya, "Aku.."

2 detik.

5 detik.

8 detik.

"Yak! Apa yang mau kau katakan!" Seruku sembari menghentakkan kaki membuat beberapa rumput liar di sekitar sepatuku merengang nyawa dengan naas, sedangkan yang diteriaki terlihat terkejut.

"Aku minta maaf"

Aku terkekeh mendengarnya, entahlah sesuatu terasa menggelitik perutku entah karena dia yang membutuhkan banyak waktu hanya untuk mengatakan itu atau ekspresi bingungnya setelah melihatku terkekeh.

Setelah dia memberiku tatapan kesal aku mulai menghentikan kekehanku dan berkata "Dasar polos, kau meminta maaf soal yang terakhir kali?"

Dia mengangguk kecil sembari mengangkat alisnya, jujur aku bahkan menyadari akulah yang terlalu emosi saat itu, bagaimana aku yang membentaknya lebih dulu dan dengan tiba-tiba ia menjadi orang pertama yang meminta maaf, Jungkook, kau memang aneh.

"Jangan menatapku seperti itu, kau tidak salah, malah aku yang salah"

Tepat dugaanku, ucapanku barusan mengundangnya untuk menceramahiku tentang bagaimana ia merasa sangat bersalah setelah hari itu berakhir bahkan sampai sekarang ia tidak berani bertatap muka atau hanya mengirim pesan singkat padaku.

Setelah dia menjelaskan panjang lebar tentang penyesalannya aku berjalan mendekat dan menepuk pundak tegapnya pelan "Aku tidak pernah marah padamu, jadi jangan merasa bersalah seperti itu"

Dia menatap mataku seakan-akan berkata mengapa aku memaafkannya begitu mudah, "Aku seorang bidadari kau ingat?"

Dan satu jitakan berhasil ia daratkan dikening tak bersalahku, membuatku meringis untuk beberapa saat, tapi itu tidak membuatku memaki kesal buktinya ia sudah terjatuh karna doronganku, membuatnya duduk diatas salju beku yang tebal, dan untuk beberapa saat kami melupakan semuanya. Hanya saling melempar salju dan tertawa lepas, melupakan waktu yang mulai menelan secara perlahan cahaya langit dan tempat yang seharusnya tidak diubah menjadi taman bermain.

Setelah beberapa saat melepas penat kami beristirahat di salah satu bangku taman rumah sakit, menghela nafas untuk menatap langit yang kian lama kian menghitam.

"Kenapa kau berlaku baik padaku?"

Pertanyaan itu mengejutkanku, pertanyaan dengan jawaban yang sudah sangat jelas itu akhirnya ia lontarkan. Aku meliriknya sekilas, "Bodoh! tentu saja karna aku-"

'mencintaimu'

"Kau apa?"

Ini aneh aku tidak bisa mengatakannya, padahal saat dulu aku dapat dengan lantang mengatakan kalimat itu, tapi sekarang lidahku terasa sangat kaku.

"Aku mencintaimu"

Suara seorang laki-laki tiba-tiba terdengar dari arah belakang kami, membuat kami menoleh ke sumber suara secara bersamaan.

"YO! lama tidak bertemu!" Seru pria pemilik box smile sembari melambaikan tangannya, sedangkan pria satu lagi yang tadi bersuara berdiri tepat dibelakang kami, mengangkat salah satu alisnya sembari tersenyum miring.

"Taehyung oppa, Jimin oppa!"

Rasanya telah lama setelah kali terakhir aku menemui mereka berdua, entah karena masalahku yang terlalu rumit akhir-akhir ini.

"Apa aku mengganggu acara kencan kalian?" Seperti biasa si usil Jimin oppa membuka suara, tidak biasanya dia memintaku untuk melayangkan jitakan secara langsung, dan aku hanya menjawabnya dengan senyum miring.

Setelah beberapa perbincangan hangat, Taehyung oppa dan Jimin oppa akhirnya berpamitan untuk mendatangi ruangan Ibuku sekedar menghibur dan menjadi teman berbicara, secara ibuku terkadang bosan jika hanya berdebat denganku.

"Jadi, kau apa tadi?" Ah, benar sebelumnya Jungkook menanyakan itu padaku, aku mengalihkan pandanganku darinya sembari sesekali meremas ujung hoodie yang kukenakan.

"Bukannya Jimin oppa tadi yang menjawab" Gumamku tanpa berani menatapnya, tapi jemari hangat yang kini menyentuh lenganku mencuri perhatianku.

"Aku pengen kamu yang jawab"

Aku bisa gila, apa perlu aku teriakkan jawabanku yang sudah sangat jelas? Ah dia hanya ingin membuatku malu seperti saat ini, dasar pria licik.

Aku bangkit dari dudukku, melangkah beberapa langkah kedepan kemudian berbalik kearahnya, aku menutup rapat mataku sebelum berteriak, "Iya, itu karena aku menyukaimu, bukan maksudku, aku mencintaimu, kau puas!"

Tidak ada jawaban, dan aku terlalu malu untuk membuka mataku bahkan walau sekedar mengintip apa yang sedang dilakukan Jungkook, atau bagaimana ekspresinya saat mendengar pernyataanku, apa aku harus membuka mataku? Jangan! bagaimana jika dia tengah menertawakanku?! Aku sontak membuka mataku lebar melihat apa yang sedang ia lakukan.

'Sial' Batinku, benar saja ia sedang menahan tawa dengan kedua tangan membungkam mulutnya rapat-rapat, bahkan kedua pipinya mulai memerah entah karena dinginnya cuaca atau dia yang menahan tawa dengan susah payah.

"Benarkan! kau hanya menganggapku lelucon!" Kesalku, lagi-lagi ku hentakan kakiku keatas salju sembari melipat kedua tangan didepan dada. Melihat itu dia bangkit dari duduknya menghampiriku sambil tetap berusaha menahan tawanya, "Bukan seperti itu"

Aku mengerutkan keningku sembari menatapnya tajam, lalu kuacungkan jari telunjukku tepat didepan wajahnya, "Dasar pembohong!"

"Aku hanya kagum"

Aku sontak tersedak oleh ucapanku sendiri, apa tidak ada alasan lebih masuk akal dari yang ia pikirkan, bagaimana mungkin orang merasa kagum namun dengan puas mentertawakan, mendengar itu aku hanya mengerucutkan bibirku sembari menggumamkan kalimat tanda tak percaya.

"Aku kagum, dan aku senang kau mencintaiku"

'Eh?' Apa aku tidak salah dengar? aku mengalihkan pandanganku kembali menatap sepasang manik hitam yang tidak lagi kewalahan menahan tawa melainkan menatapku dengan serius.

"Maksudmu?"

"Aku kagum padamu, yang tak merasa jenuh untuk mencintaiku"

Entah karena ini pertama kalinya aku tersentuh dengan perkataan pria bergigi kelinci itu atau karna aku senang bahwa dia tidak menganggap perasaanku sebagai lelucon. Setelah mengakhiri perbincangan kami yang terlalu canggung, kami memutuskan untuk kembali keruangan ibuku lalu disana aku mendapati Taehyung oppa yang tengah tertidur di sofa dan Jimin oppa yang sedang berbincang hangat dengan ibuku, setelah malam datang mereka berpamitan untuk pulang menyisakan aku dan ibuku dalam kesunyian rumah sakit dan dinginnya musim dingin.

"Eomma, segeralah sembuh, aku rindu masakanmu" Bisikku pada tubuh lemah yang kini bernafas dengan damai sembari menutup kelopak matanya.

'Aku harap esok, semua baik-baik saja'

*
*
--DoYouRememberMe?--

VOMENT JUSEYO

Min not a plus
Terimakasih sudah membaca!

Do You Remember Me? [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang