"Kamu adalah kebahagiaanku"
'Jungkook-ah cukup, jantungku tak sanggup berdegup lebih cepat dari ini'
Tiba-tiba aku tertawa hambar, aku berharap dengan tawaku ini jantungku dapat perlahan berdetak normal, tapi bagaimana bisa? Jika Jungkook kini menatapku dengan manik hitamnya.
"10!" Seruku, aku bahkan tak tau apa yang baru saja aku katakan, tentu itu membuatnya mengerutkan kening dan bertanya apa maksudku.
Aku pun mengangkat kedua tanganku dan menegakkan kesepuluh jariku, "Kata-kata mu tadi, cukup membuatku tersentuh jadi aku memberikan nilai 10!" Jelasku, tak peduli dia yang tertawa melihat tingkah anehku yang terpenting aku harus menjaga kesehatan jantungku.
"Dasar aneh" Ejeknya sembari mengulurkan tangan dan mengacak-acak pucuk kepalaku.
Lagi-lagi aku tertawa hambar dan protes ketika dia dengan sengaja mengacak-acak rambutku, "Kalo begitu nilai juga kalimat ini" Pintanya setelah aku berhasil merapihkan kembali helaian rambutku, aku mengangguk mendengarnya.
"Aku mencintaimu"
Angin musim dingin berhembus diantara kesunyian yang melanda kami, tapi ini aneh, aku tidak merasa dingin sama sekali, bahkan rasanya kini mesin penghangat tubuh otomatisku sedang menyala, terasa dari bagaimana perlahan lahan aku mulai menghangat.
"Jii Kyon, kau mendengarku?"
Pertanyaan itu membuyarkanku dari lamunan tentang mesin penghangat yang mungkin tak sengaja kutelan saat pagi hari, aku mengangkat alisku seakan akan bertanya 'apa?'
"Aku ulangi, aku-"
Aku sontak bergidik terkejut dan mulai menutup kedua telingaku dengan tangan, 'Aku tak ingin mendengarnya lagi, tolonglah selamatkan kesehatan jantungku!'
Dia mengerutkan keningnya, "aku dengar, tadi aku sudah dengar!" Protesku sembari menjauhkan tanganku dari telinga. Namun, tiba tiba saja Jungkook mencondongkan tubuhnya ke arahku, cukup membuatku terkejut merasakan seberapa dekat ia denganku.
"Aku mencintaimu"
Dia mengulangi kalimat yang sama, kalimat yang telah menjadi kata kunci mesin penghangat ditubuhku. Sejenak aku terdiam, sebelum sontak menjauhkan diri dari Jungkook, namun aku bahkan lupa jika bangku kayu yang kami duduki tidak sepanjang yang kukira, dan aku berakhir terjatuh keatas tanah berlapis salju.
"Sakit!" Rintihku sembari memegangi pinggang belakangku, Jungkook yang melihat dengan sigap mendekat dan berjongkok di hadapanku, melihatnya aku mengangkat tangan kiriku dan menutupi sebagian wajahku membuat Jungkook mengerutkan kening lagi.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya bingung, "Malu! Bagaimana kalau ada yang lihat!" Jelasku sembari berusaha menutupi wajah dengan sebelah tangan, disisi lain aku mendengar dengan jelas kekehan Jungkook saat melihat tingkahku.
Tiba-tiba sebuah jaket menutupi wajahku, "Pakai itu dan tutupi wajah memerahmu" Ucapnya sembari menahan tawa, setelah menutupi wajahku dengan jaket tebal Jungkook, diapun membantuku berdiri dan mendudukiku diatas bangku.
Dia memperhatikanku yang terus merintih sembari memegangi pinggang belakangku "Mau aku antar pulang?"
Aku menggeleng cepat "Engga!", "Mau aku gendong?" Tanyanya lagi, "Engga!" Entahlah aku kesal sekarang karena telah bertingkah seperti orang bodoh di hadapan Jungkook.
"Mau dibeliin cotton candy?"
"Eng-" Aku segara mengatupkan kembali mulutku setelah mencerna pertanyaan Jungkook, mana mungkin aku menolak cotton candy. "Eng?" Tanyanya, ternyata penolakan setengah-setengahku terdengar olehnya.
"Engg.. boleh" Lanjutku, sembari mengangguk anggukan kepalaku pelan, dan diapun terkekeh mendengar ucapanku. Setelah mengacak-acak kembali pucuk kepalaku, ia melangkahkan kaki jenjangnya kearah seorang penjual cotton candy yang baru saja sampai ditaman.
Entahlah, melihat berjalan seperti itu membuatku mengulas senyum simpul, rasanya benar-benar sedang bertamasya ke masa lalu, 'Aku sangat bersyukur dapat merasakan ini lagi'
Aku terus melamun sembari memperhatikannya yang sedang menunggu dengan sabar ketika penjual itu dengan lihainya membuat cotton candy, hingga aku tak sadar ponsel di dalam sakuku telah berdering sejak 9 detik yang lalu, dengan segera aku merogoh saku jaket dan mengusap layar ponselku.
"Ya Namjoon oppa, ada apa?" Tanyaku setelah memastikan nama yang terpampang dilayar ponsel.
"Aku lagi di-" Perkataanku terpotong oleh suara Namjoon oppa yang bergetar.
Detik kemudian, aku membeku, badanku terasa kehilangan pegangan, hampir roboh jika tidak ada sandaran bangku yang menopang tubuhku, bahkan ponselku sudah tergeletak diatas tanah bersalju.
Setelah melamun sejenak, aku bangkit dari dudukku dengan cepat dan melangkahkan kakiku terburu-buru diatas salju, perlahan menjauh, akupun melupakan tentang Jungkook, tentang jaket Jungkook yang masih melingkar manis ditubuhku, tentang cotton candy, atau tentang ponselku yang tertinggal di tumpukan salju.
Hanya satu tujuan, bangunan serba putih dimana ibuku berada, "Eomma" Lirihku.
'Tuhan, aku harap kau mendengar do'a ku tadi malam'
***
"Eomma!" Suara nyaringku kini memenuhi ruangan serba putih membuat satu wanita paruh baya dan 2 pria didalamnya bergidik terkejut, sedangkan aku hanya melipat tangan didepan dada sembari mengerutkan kening.
Pria berlesung pipi yang berdiri dibelakangku mulai menepuk pundakku pelan, "Sabar Ji Kyon ah, mungkin tadi tante se-"
"Bagaimana mungkin eomma pergi keluar tanpa memberitahu siapapun! Eomma tau betapa paniknya Namjoon oppa dan Seokjin sunbae, lalu betapa paniknya anakmu ini!" Ucapan beruntunku hanya aku tujukan pada wanita paruh baya yang kini tengah menjawabku dengan cengiran.
Aku tak percaya selama 4 jam setelah Namjoon oppa mengabari ibuku tidak ada di ruangan aku panik tak kira-kira, aku menelusuri seluruh lorong rumah sakit, bahkan aku hampir mendobrak masuk kamar mandi pria, dan dengan santainya ibuku berkata ia berada di cafe sebelah rumah sakit untuk pergi ke kamar mandi karena bosan dengan kamar mandi rumah sakit, dan tak sengaja terpeleset membuatnya beristirahat di dalam cafe itu sejenak.
"Eomma kira tidak akan ada yang datang jadi eomma santai saja disana" Jelas ibuku sembari mengibaskan tangan didepan wajahnya, sedangkan aku hanya mengerucutkan bibirku, "Bahkan aku meninggalkan kencanku de-"
'Sialan' Batinku setelah tak sengaja mengatakan 'Kencan' sontak seluruh pasang mata diruangan itu menatapku, sedangkan aku hanya mengumpat dalam hati sembari berkata "Apa?"
Detik pertama Namjoon oppa membuka mulutnya hendak berbicara langsung saja aku hadiahi deathglare yang membuat bibirnya kembali terkatuk rapat dan berakhir dengan deheman.
"Kencan?" Pertanyaan itu terlontarkan, bagaimana mungkin aku memberi deathglare jika suara itu berasa dari seseorang yang sedang terduduk di atas ranjang rumah sakit.
"Jungkook?" Ibuku lagi-lagi bersuara membuat manikku membulat sempurna sembari berbalik dan mendapatkan seorang pria dengan nafas tersenggal-senggal tengah tersenyum pada seisi ruangan.
"Selamat sore, tante"
***
VOMENT JUSEYO
Min not a plus
Terima kasih telah membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Remember Me? [JJK]
Hayran Kurgu"Cinta itu indah ketika kita saling percaya dan menghargai satu sama lain" Choi Ji Kyon, gadis yang resmi menjalin hubungan dengan Jeon Jungkook, dia bukanlah gadis seperti umumnya, tidak mudah menunjukan perasaannya hingga terkadang membuatnya menj...