Setelah Lia duduk, Arsya berniat memanggil namanya, tak ada senyum sopan santun, tak ada sapaan basa-basi. Pandangan Lia lurus ke depan. Arsya mengerutkan keningnya sembari menahan rasa sedikit kesal.
"Sombong banget!" gumamnya.
Bel istirahat pun berbunyi, saat anak-anak lain bergembira bermain dan pergi ke kantin, Berliana(Lia) masih tak beranjak dari kursinya.
"Haii, Lia Lo ga kekantin?" Tanya salah satu temanya.
Lia enggan menjawab dia membuang mukanya dan berusaha tidak perduli.
"Sombong banget sih Lo" ucap gadis itu sambil mendorong bahu Lia.
"Udah yu kita tinggalin aja anak sombong kaya gini, dia pikir dia siapa" ujar salah satu temanya sambil melangkah meninggalkan Lia.
Arsya adalah ketua klub basket di sekolah, Arsya tipe orang yang mudah sekali bergaul, membuat yang lain nyaman berteman dengannya. Siapa yang tidak mengenal Arsya dengan ketampanannya, tinggi badannya dan sikapnya yang sedikit gila membuat Arsya menjadi idola di sekolahnya.Arsya melihat Lia masih duduk sendirian di dalam kelas saat dia kembali masuk ke kelas setelah kelelahan bermain basket bersama teman-temanya. Dia bermaksud ingin mengambil tasnya untuk membawa air mineral. Sebenarnya dia enggan menyapa Berliana(Lia). Tapi untuk mengambil tasnya, dia terpaksa harus mohon permisi pada Lia yang duduk di kursi bagian pinggir.
"Permisi, gue mau ambil tas", ucap Arsya.
Lia yang sedang mengintip ke dalam kotak kardus kecil berwarna Pink tersentak kaget. Dia buru-buru menutup kotaknya itu. Lalu menoleh sekilas ke arah Arsya. Dia mundur sedikit, memberi jalan untuk Arsya mengambil tasnya. Arsya segera meraih tasnya, membukanya dan mengambil air mineralnya.
Semula Arsya ingin segera keluar dan tak perduli pada Lia. Tapi dia penasaran dengan cewek aneh ini. Arsya terus menananyai Lia tentang keanehannya sedangkan Lia tak menjawab. Dia hanya menggelengkan kepalanya.
"Lo orang Bandung asli?". Lia tidak menjawab pertanyaan Arsya.
"Pindahan dari mana?" Tanya Arsya penasaran.
"Jakarta". Jawab Lia singkat.
Arsya tertegun akhirnya gadis ini bicara juga.
"Lo gak gabung sama yang lain?". Tanya Arsya heran.
Lia memandangi Arsya
"Ngapain?". Jawab Lia singkat.
Arsya balas menatap Lia.
"Ngapain? Ya ngobrol ngobrol, ngegosip,curhat bareng yang biasa cewek lakuin" ucap Arsya santai.
Lia tidak menjawab lagi.
"Kenapa Lo pindah ke sini?" Tanya Arsya heran.
Raut wajah Lia berubah seketika. Dia gak suka ditanya soal itu. Pertanyaan ini sama saja mengusik rasa duka yang selama ini coba ia pendam. Lia menyesal telah sedikit bersikap ramah pada teman sebangkunya ini. Seharusnya dia melanjutkan rencana yang telah disusunnya sejak beberapa hari yang lalu sebelum mulai bersekolah di sini.
Dia bertekad ingin menjadi anak yang menyebalkan, sombong,mengerikan hingga membuat semua temannya di sekolah barunya ini tak mau berteman dengannya. Itu memang tujuannya. Dia tak mau mempunyai teman. Bukan berarti dia jahat, tetapi ini untuk melindungi teman-temanya dari dirinya yang berbahaya. Ya, Lia adalah anak yang berbahaya. Jika semua orang di sekolah ini tahu betapa berbahayanya dia, Lia yakin, tanpa berusaha sedikit pun, semua orang pasti akan menjauhinya. Bahkan mungkin akan mengusirnya.
Lia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Arsya memandang heran Lia, tak mengerti mengapa sikap Lia yang tadi bersahabat kini kembali menutup diri. Tapi Arsya tak ingin berdebat. Dia pun berdiri dan segera meninggalkan kelas.
"Dasar cewek aneh" Ucap Arsya sambil melangkahkan kakinya.
Tak lama bel waktu istirahat telah habis, berbunyi nyaring. Anak-anak segera berhamburan masuk ke dalam kelas masing-masing, lalu bersiap menghadapi pelajaran selanjutnya. Selama sisa pelajaran, Lia masih diam dan kembali tak peduli pada Arsya.
Seusai sekolah, Lia masih betah berdiam diri. Dia memakai kembali jas hujannya sebelum keluar kelas. Tak peduli teman-temanya menatapnya heran dan enggan mendekatinya karena menganggapnya aneh. Ada satu anak perempuan yang nekat mencoba bersikap ramah dan menyapa Lia. Tapi Lia tak menyahut, malah memandangi anak perempuan itu dengan mata melotot, membuat anak perempuan itu mundur dan segera pergi menjauh, lalu mengadukan sikap menantang Lia itu pada teman-temanya yang lain.
Arsya juga awalnya ingin tak peduli. Tetapi sesaat Arsya merasakan, Lia sebenarnya anak yang menyenangkan. Tapi entah apa penyebabnya Lia kembali diam dan bersikap menyebalkan.
Arsya baru saja akan menaiki motornya saat Lia berjalan melewatinya dengan wajah tertunduk. Arsya memandangi gadis itu. Melihat Lia berjalan sendirian, Arsya tidak tega juga. Dengan menjalankan motornya perlahan, Arsya menyusul langkah Lia hingga tepat berada di sampingnya.
"Haii, Lia. Lo tinggal dimana? Tanya Arsya.
Lia menoleh dan tampak sedikit terkejut. Dia tak menduga Arsya sudah ada di sampingnya. Kemudian dia kembali menunduk, memandangi ujung sepatunya sambil mempercepat langkahnya. Jelas terlihat dia masih enggan menjawab pertanyaan Arsya.
"Lia!" panggil Arsya sambil menyusul Lia yang tiba-tiba saja sudah mendahuluinya beberapa langkah.
"Lia, kalau lo mau, gue bisa ngebonceng lo. Gue antar lo sampai rumah," ucap Arsya lagi.
Lia masih diam dan menunduk. Arsya menghembuskan nafas sedikit keras. Ia sedikit kesal melihat sikap Lia yang tetap tak peduli padanya.
"Lia, Lo tau kan banyak cewek di luar sana yang ngantri mau di bonceng sama gue pake si blackki" ucap Arsya sombong.
Lia tetap tidak menjawab. Tapi sikap Lia membuat Arsya semakin penasaran. Ia tak mau menyerah. Ia memutuskan akan mengikuti Lia sampai rumahnya.
"Baru kali ini ada cewek yang nolak diajak pulang bareng gue" gumam Arsya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berliana
RomanceKenapa hidup gue kayak gini, apa gue ga berhak untuk bahagia?Gue cape dengan kehidupan yang gue jalani sekarang -Berliana Sumpah gue penasaran banget sama cewe itu, ada apa sebenarnya sama dia?-Arsya