Part.3 'Bizarre'

60 9 1
                                    

"Baru kali ini ada cewek yang nolak diajak pulang bareng gue"

     Arsya masih mengikuti Lia sambil menuntun sepeda motornya. Arsya dan Lia berjalan berdampingan, tetapi tetap tidak saling berbicara. Rumah Lia jauh juga. Rasanya Arsya sudah berjalan hampir sejam lamanya, tetapi belum ada tanda-tanda Lia akan berhenti. Hingga saat mereka sampai di perbukitan, tiba tiba saja Lia menghentikan langkahnya. Lia mulai merasa terganggu dengan keberadaan Arsya yang mengikutinya terus. Ia tak habis pikir, mengapa anak lelaki itu terus mengikutinya? Mengapa Arsya tidak seperti anak yang lain yang tak peduli padanya? Bukankan dia sudah bersikap aneh? Diam sepanjang hari, memasang wajah mengerikan,memakai sarung tangan,memakai jas hujan walaupun tak hujan. Mengapa anak laki-laki ini keras kepala.

     Lia menghembuskan nafas dengan kasar,seolah ingin menunjukkan kekesalannya. Dia menatap Arsya dengan tatapan tajam.
    
"Kenapa lo mengikuti gue terus?" Tanya Lia, suaranya bernada marah.

"Gue udah bilang mau nganterin Lo pulang" jawab Arsya.

"Gue ga bilang mau di anter pulang" sahut Lia bernada kesal.

"Gue pikir kalo Lo diem,artinya lo setuju" kata Arsya membela diri.

     Tatapan Lia semakin tajam.

"Sekarang jangan ikutin gue lagi. Gue pulang sendiri. Urus aja urusan Lo sendiri. Jangan ikut campur urusan gue!" Kata Lia ketus.

     Lalu dia membalikkan tubuhnya cepat dan melangkah mendaki bukit. Arsya ingin mengikuti Lia. Tapi kemudian ia mengurungkan niatnya. Ia tersenyum memandangi Lia yang sedang berjalan.

"Lucu banget cewek itu pake jas hujan di tengah-tengah cuaca cerah" ucap Arsya masih memandangi Lia hingga gadis itu menghilang.

     Aneh, sikap Lia yang tidak biasa itu, tidak membuat Arsya mundur seperti teman-temannya. Ia justru merasa sangat tertarik. Di sekolah Arsya sangat tenang. Segala sesuatu berjalan lancar. Terkadang terasa membosankan. Lalu tiba-tiba saja ada sesosok anak perempuan aneh yang muncul di hadapan Arsya. Ini sungguh sangat menarik perhatiannya. Membuatnya penasaran,siapa Lia sebenarnya? Kenapa cewe itu ketus sekali? Kenapa dia selalu memakai jas hujan di saat tidak hujan? Bahkan di cuaca yang cerah? Mengapa dia memakai sarung tangan di cuaca yang panas seperti ini? Semua sikap Lia yang tidak seperti anak umumnya itu justru membuat Arsya penasaran dan bertekad ingin mendekati Lia dan mengenal cewek itu lebih dekat.

     Setelah Lia tak terlihat lagi. Arsya membalikan arah motornya. Ia tersenyum senang. Sepertinya suasana di sekolah akan terasa berbeda. Kemudian Arsya mengendarai motornya menuju rumahnya. Satu informasi penting telah dia dapatkan. Kini ia tau di mana tempat tinggal Lia.

***

     Gadis aneh. Itu julukan yang teman-temannya berikan untuk Lia. Tiga Minggu sudah ia belajar di sekolah ini, tetapi Lia masih saja belum mempunyai teman. Anak yang mau mendekat dan mengajaknya ngobrol hanya Arsya. Lebih tepatnya bukan ngobrol, Arsya sesekali bertanya pada Lia dan Lia tak menjawab. Kecuali Arsya bertanya soal pelajaran, baru Lia mau menjawab. Tapi jika Arsya bertanya soal pribadi, Lia segera menutup mulutnya.

     Lia tak berubah. Ia masih saja selalu memakai jas hujan selama pergi ke sekolah dan pulang sekolah. Bahkan saat beristirahat di luar kelas, hanya di dalam kelas ia terpaksa membuka jas hujannya. Kebiasaan itu yang membuatnya dianggap aneh oleh teman-temannya.

     Tapi bagi Arsya, Lia bukanlah gadis aneh. Di matanya, Lia justru gadis yang menarik. Lia unik dan tak biasa. Membuatnya penasaran, walaupun Lia masih saja tak mau menjawab pertanyaan Arsya mengapa Lia selalu memakai jas hujan dan sarung tangan.

     Bu Lena tak pernah mengusik semua kebiasaan Lia yang tidak umum itu. Diam diam Bu Lena mulai menyukai Lia. Menurut Bu Lena, Lia adalah seorang anak yang pandai. Terutama pada pelajaran matematika. Lia selalu mengacungkan tangannya setiap kali Bu Lena menanyakan siapa yang bisa menyelesaikan soal di papan tulis. Dan Jawaban Lia selalu cepat dan benar. Nilai ulangannya juga selalu bagus. Hampir semuanya sepuluh. Kelebihan Lia ini membuatnya perlahan mulai disukai sebian teman-temanya, tapi ada juga temanya yang justru semakin sebal kepadanya karena dengan waktu singkat, Lia telah menjadi murid kesayangan Bu Lena.

     Sikap Lia pada anak yang mencoba mendekatinya juga tidak berubah. Tetap saja dingin dan tidak mau menjawab pertanyaan mereka.suatu kali teman-teman Lia yang penasaran ingin tau isi kotak kecil yang selalu dibawanya ke mana-mana, memaksa Lia untuk memperlihatkan isi kotak itu. Lia mencoba mempertahankan kotak itu, tetapi beberapa temanya merebut kotak itu dari tangan Lia. Kotak itu terlepas dari tangan Lia dan tutupnya terbuka. Isi di dalamnya meloncat ke luar. Seketika teman-teman Lia yang sedang mengelilingi kotak itu menjerit dan berlarian saat melihat mahluk yang keluar dari kotak itu adalah seekor laba-laba berukuran cukup besar berwarna hitam dan berbulu.

"Anak aneh untuk apa dia menyimpan laba-laba mengerikan seperti itu!" Teriak salah satu teman Lia.

"Jangan jangan dia dukun!" Ujar teman Lia yang lain.

     Lia hanya tersenyum sinis. Ini memang tujuannya. Ia memang sengaja ingin tak disukai siapa pun. Kecuali pelajaran matematika, ia memang menyukai pelajaran itu. Tidak mungkin Lia pura pura bodoh. Ia tidak sengaja membuat Bu Lena menyukainya. Oleh karena itu, pernah suatu hari ia sengaja memainkan laba-laba peliharaanya saat Bu Lena sedang berada di dekatnya. Lalu Lia pura-pura tersandung sehingga laba-labanya itu meloncat ke bahu Bu Lena. Bu Lena menjerit histeris. Lia segera meloncat ke arah Bu Lena untuk menangkap laba-labanya itu. Bu Lena pun terjatuh.

     Tentu saja kejadian itu membuat Bu Lena marah. Ia menghukum Lia berdiri di pojok depan kelas sambil mengangkat satu kakinya sampai pulang sekolah. Lia tersenyum dalam hati. Dia justru senang Bu Lena marah padanya. Ia bertekad akan selalu membuat masalah agar Bu Lena tidak menyukainya lagi. Semua teman-temannya menertawai Lia karena dia di hukum, hanya Arsya yang memandanginya iba. Saat pulang sekolah, Arsya bersikeras ingin mengatar Lia pulang.

"Lo pasti capek berdiri di depan kelas cuma pake satu kaki" bujuk Arsya.

"Gue gak capek . Gue gak kaya cewek lain yang lemah dan gampang kecapean," bantah Lia.

"Gak usah so kuat, ayo gue atnter pulang" bujuk Arsya lagi.

"Jangan ngikutin gue terus, Arsya!" Sahut Lia ketus.

     Lia baru sadar, mengapa dia yang justru sebal pada Arsya? Padahal harusnya dia yang membuat Arsya merasa sebal padanya.

"Gue mau nganterin Lo pulang" jawab Arsya.

"Lo keras kepala. Kepala lo dari batu, ya? Lo gak ngerti juga sih? Gue gak mau dianter pulang! Gue gak mau temenan sama Lo! Lo itu cowok kampungan! Gak level sama gue!" Ujar Lia dengan suara keras.

     Ia sengaja mengucapkan berbagai kata yang menyakitkan. Sengaja ingin membuat Arsya benci kepadanya dan menjauh darinya.

"Lo ini bodoh! Ini demi kebaikan Lo, tau! Gue ini berbahaya. Lo pasti bakal lari terbirit-birit kalo Lo tau siapa gue sebenernya," batin Lia menhan kesal.

     Arsya tersenyum. Oh Tuhan Lia benar-benar kesal. Dia sedah menghina Arsya degan berbagai cacian dan cowok itu malah tersenyum? Menyebalkan sekali!

"Tapi gue suka Lo, ga peduli Lo benci gue atau engga," kata Arsya tersenyum lebar.

BerlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang