Part.4 'care'

60 7 1
                                    

"Tapi gue suka Lo, ga peduli Lo benci gue atau engga," kata Arsya tersenyum lebar.

"Lo aneh!" Ujar Lia emosi.

"Lo lebih aneh," sahut Arsya tak mau kalah.

"Kalo gue aneh, kenapa Lo masih ngikutin gue?"

"Sikap Lo yang aneh itu yang gue suka," ucap Arsya tegas.

     Lia melotot marah.

"Lo suka sama sikap gue yang aneh? Lo ini benar-benar aneh," sahut Lia kesal.

"Kalo gitu kita pasangan yang cocok" sahut Arsya tersenyum lebar.

     Lia cemberut kesal. Ia memandangi Arsya dengan tatapan tajam. Mungkin mereka memang sama-sama aneh. Mungkin karena itu mereka akan menjadi pasangan yang cocok. Mereka sama-sama keras kepala. Lia membalikkan tubuhnya dengan cepat. Dan Arsya dengan setia masih mengikuti Lia. Hingga Lia sampai di rumah neneknya. Lia memandang sekilas ke arah Arsya. Arsya tersenyum kepada Lia. Lia tak membalas senyum Arsya. Ia cemberut lalu segera masuk ke rumah neneknya.

     Arsya masih tersenyum sampai Lia masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu. Dia bertekad tidak akan menyerah untuk menghadapi Lia. Sikap keras Lia justru membuatnya semakin bersemangat. Membuat hidupnya tidak membosankan. Di kota Bandung yang tenang ini, jarang-jarang dia bisa bertemu dengan gadis seunik Lia.

***

     Hari ini Arsya sengaja tidak membawa blackki sepeda motornya. Sepulang sekolah ia akan mengantar Lia pulang dengan berjalan kaki.

"Liaa" panggil Arsya.

Lia tak menjawab, dia hanya menoleh sekilas.

"Udah deh Lo jangan deketin cewek itu. Emang sih si Lia itu cantik, tapi dia itu aneh gak seperti mahluk biasanya" ucap Rio teman Arsya.

"Ehh ogeb, Lo gak nyadar apa. Lia itu cewek istimewa mun cek urang mah spesial, Lia beda dari yang lain" sahut Arsya tegas.

"Emang martabak make Jeung spesial Sagala" ledek Rio.

"Au ahh" ucap Arsya kesal.

     Arsya mendekati Lia yang sedang memandangi isi dalam kotak yang dibawanya.

"Kenapa sih Lo suka banget laba-laba? Lo ini emang bener bener aneh, gaada anak cewek yang suka laba-laba kecuali Lo" tegur Arsya.

"Bukan urusan Lo!" Sahut Lia ketus.

     Arsya tersentak kaget.

"Lo jawab pertanyaan gue, Lia! Akhirnya, setelah berhari-hari gue anter Lo pulang, Sekarang Lo Jawab pertanyaan gue!" Seru Arsya senang sekali.

     Lia mendelik. Ia menyesal telah tanpa sengaja menyahuti perkataan Arsya.

"Lo ini bodoh atu apa? Itu bukan jawaban. Itu peringatan buat Lo supaya jangan ikut campur urusan gue!" Sahut Lia masih berdana ketus.

     Tiba-tiba saja laba-laba Lia terlepas dari tangannya dan meloncat ke bahu Arsya, Arsya terkejut.

"Ah!" Teriaknya dengan wajah panik.

     Lia segera menoleh ke arah Arsya. Kemudian ia tertawa keras.

"Jangan bilang Lo takut laba-laba ya? Ah, laki-laki takut laba-laba? Memalukan sekali!" Ledek Lia.

"Gue gak takut, gua cuma khawatir laba-laba itu berbisa," bantah Arsya.

"Itu tarantula!" Seri Lia bohong.

     Arsya semakin terkejut dan dia menepis laba-laba itu dari bahunya. Laba-laba itu meloncat jatuh ke tanah, lalu melesat pergi ke arah semak-semak.

"Laba-laba gue!" Ujar Lia sambil menunjuk ke arah laba-labanya.

"Laba-laba gue! Arsya, laba-laba gue lari gara-gara Lo! Lo harus tanggung jawab! Balikin laba-laba gue" lanjut Lia menunjukkan wajah panik, ia menatap Arsya tajam, membuat Arsya merasa bersalah.

     Arsya segera menoleh ke arah yang ditunjuk Lia, lalu ia berlari berusaha mengejar laba-laba itu. Lia memandang takjub kepada Arsya yang cepat dan bertanggung jawab. Arsya membuka-buka semak, berusaha mencari laba-laba Lia.

"Arsya! Gue gak akan maafin Lo kalo sampai laba-laba gue hilang! Gue bakal membenci Lo seumur hidup dan jangan sampai gue liat wajah Lo lagi!" Teriak Lia pada Arsya yang masih sibuk membuka batu berusaha mencari laba-laba Lia.

     Sebenarnya Lia tidak benar-benar marah. Ia tak peduli jika laba-laba itu hilang. Ia bisa menemukan lagi laba-laba yang sama di belakang rumah neneknya. Tetapi Lia senang karena berhasil mengerjai Arsya. Ini adalah kesempatan bagus untuk membuat Arsya kapok mendekatinya dan segera menjauhinya. Lia ingin pergi diam-diam, meninggalkan Arsya yang masih sibuk mencari laba-labanya.

"Biar dia tau rasa!" Batin Lia seraya tersenyum licik.

     Langkah Lia mendadak berhenti saat tiba-tiba saja mendengar Arsya berteriak kepadanya.

"Lia, tunggu! Gue pasti bakan menemukan laba-laba lo!" Teriak Arsya.

     Arsya menyadari Lia yang akan beranjak pergi. Arsya merasa bersalah, karena dia, laba-laba Lia kabur. Arsya bertekad akan menemukan laba-laba Lia.

     Awan hitam berkumpul di atas langit. Sebentar lagi pasti hujan akan turun. Lia menatap langit dan mulai tampak kuatir. Ia tak suka hujan. Bukannya takut karena hujan, tetapi ia takut petir yang seringkali muncul di saat hujan.

     Ia ingin beranjak pergi. Sekilas Lia melirik Arsya yang masih sibuk mencari laba-labanya. Lia kasihan juga melihatnya. Walau bagaimanapun sebenarnya ia bukan orang jahat. Ia masih punya hati nurani, tak tega melihat Arsya yang tampak kebingungan mencari laba-laba yang sebenarnya tak terlalu penting untuk Lia. Tujuannya membawa laba-laba hanya untuk menakuti teman-temannya.

     Jika langit tak segelap ini, mungkin Lia tak akan peduli kepada Arsya. Ia akan meninggalkannya begitu saja. Tapi gelapnya langit membuat cemas Lia. Pasti sebentar lagi hujan deras akan turun.

"Arsya, sebentar lagi hujan, Lo pulang aja. Lupain laba-laba gue!" teriak Lia ke arah Arsya.

     Arsya yang sedang sibuk membungkuk, mencari laba-laba lia, hanya menoleh sekilas ke arah Lia.

"Gue bakal pulang kalo udah nemuin laba-laba lo," sahut Arsya.

     Tak lama hujan benar-benar turun. Lia merapatkan jas hujannya. Semakin lama hujan semakin deras. Lia berteduh di bawah pohon rindang. Lia memandangi Arsya yang masih saja sibuk mengobrak-abrik semak-semak.

"Arsya, ayolah! Jangan konyol! Lo ga mungkin bisa nemuin laba-laba itu. Lo tau, sebenernya gue gak terlalu menyukainya. Ayo pulang sekarang, Arsya, udah hujan," teriak Lia lagi sampai suaranya hampir serak.

     Tapi Arsya tak perduli, ia malah berlari menjauh saat ia melihat seekor serangga berlari ke arah batu yang besar di tengah rumput.

BerlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang