Part.14 'Avoid'

9 4 0
                                    

     Lia membuka matanya. Mengerjap-kerjapkannya sebentar. Lalu ia memerhatikan keadaan sekelilingnya. Ia terbaring di atas tempat tidur berseprai warna putih. Di sebuah kamar yang juga berdinding putih. Segala yang ada di kamar ini berwarna putih. Termasuk gordyn yang menutupi jendelanya. Keadaan kamar ini  beserta baunya, sangat familiar bagi Lia. Jelas ia berada di rumah sakit.

     Lia menoleh ke samping kirinya. Sebotol infus tergantung di sisi tempatnya berbaring. Cairan dalam botol infus itu mengalir ke dalam tubuhnya melalui jarum yang disuntikkan di tangan kirinya. Kemudian ia menoleh ke arah kanannya.  Ada sesosok lelaki duduk menungguinya. Mata lelaki itu terpejam. Lia tertegun melihatnya. Tama! Itu Tama. Kenapa Tama?  Kenapa bukan Arsya yang ada di sampingnya?

"Arsya...." ucapnya perlahan. Suara Lia pelan sekali, tetapi terdengar oleh Tama dan membuatnya membuka mata, lalu ia menegakan duduknya. Samar-samar ia mendengar Lia tadi mengatakan sesuatu. Tapi ia tak mendengarnya dengan jelas. Seperti menyebutkan sebuah nama, tetapi bukan namanya.

"Lia, kamu udah sadar?" tanya Tama lembut.

" Kenapa kamu ada disini?" Lia balik bertanya tanpa menoleh ke arah Tama.

     Ia sangat kecewa melihat Tama di sini. Ia benci sekali Tama menolongnya. Karena itu akan membuatnya merasa berhutang budi pada Tama.

"Aku gapunya pilihan lain selain bawa kamu kesini. Kamu mendadak pingsan. Apa aku salah?" sahut Tama sedikit cemas.

" Makasih kamu udah tolongin aku. Tapi kenapa kamu masih disini? Sebaiknya kamu pulang, kamu ga perlu nungguin aku," kata Lia lagi masih tanpa memandang ke arah Tama.

"Aku pengen yakin dulu kamu baik-baik aja. Tapi dokter Yudi bilang kamu adalah pasiennya, dia bilang kamu akan segera pulih," kata Tama.

     Lia sedikit terkejut. Dokter Yudi? Apa Tama sudah bertemu dengan Dokter Yudi?

     "Terus, apalagi yang dikatakan Dokter Yudi?" tanya Lia menahan cemas.

"Dia ga bilang apa-apa lagi," jawab Tama.

"Dia ga bilang aku sakit apa?" tanya Lia lagi, kali ini ia menoleh ke arah Tama seolah tak sabar ingin mendengar jawaban Tama.

"Dia cuma bilang kamu terlalu cape. Kamu harus banyak istirahat," jawab Tama lagi, sedikit heran melihat raut wajah Lia yang tampak cemas.

     Lia masih memandangi Tama seolah ingin meneliti kejujurannya. Kemudian ia menghela nafas dan mengalihkan pandangannya ke langit-langit ruangan.

"Aku emang cape banget. Sebaiknya sekarang kamu pulang. Aku keberatan kamu menungguku disini," kata Lia.

     Tama memandangi Lia . Ia tidak bodoh. Ia dapat menduga ada yang disembunyikan Lia tentang penyakitnya ini. Tapi ia tak mau membantah Lia. Ia pun bangkit berdiri dan permisi pergi. Lia masih mengucapkan terima kasih sekali lagi atas pertolongan Tama. Tama hanya tersenyum. Lia membalas senyuman itu.

***


     Malam ini Clara mengajak Arsya menonton film lagi. Tetapi Arsya khawatir Clara akan berharap lebih jiga ia terlalu sering menonton berdua dengan Clara. Sebenarnya belum terlalu sering. Baru dua kali ia menemani Clara menonton film di bioskop.

     Tapi saat ini ia memang sedang bosan sendiri. Kevin sibuk mengejar gadis baru. Tak ada pilihan lain selain pergi bersama Clara. Arsya tak punya teman dekat lain di kampus. Ia malas bergaul dengan mahasiswa-mahasiswa lain. Sejak dulu hingga hampir lulus, teman terdekatnya hanya Kevin. Kini ditambah Clara, walau kedekatan mereka rentan sekali.

     Akhirnya Arsya memutuskan menerima ajakan Clara. Arsya berpakaian biasa saja. Ia tak mau Clara salah menduga. Ia hanya ingin dianggap teman, tidak lebih. Arsya duduk di kursi taman menunggu taksi, ia tak sengaja melihat seorang gadis tinggi langsing mengenakan mantel berkancing lebar berwarna biru cerah dipadu dengan rok mini abu-abu sepanjang betis, sepatu boot hitam. Gadis itu berjalan cepat. Arsya menajamkan pandangannya. Walau sebagian wajah gadis itu ditutup topi wool nya, tetapi ia masih bisa mengenali bentuk bibir dan dagu gadis itu. Seperti seseorang yang sangat ia kenal. Tak salah lagi! Ia yakin gadis itu adalah Lia!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BerlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang