Lalisa➡Mingyu

165 16 0
                                    

Melihat hujan selalu membawaku kedalam ingatan yang buruk dan berujung rasa perih serta pening dikepala. Melihat hujan hanya membuatku kembali tertarik dalam ingatan beberapa tahun yang lalu.
Sebagian kenalanku bilang aku terkena trauma. Aku pun tak menampik hal itu. Beberapa psikiater sudah ku datangi untuk mengobati trauma ini. Namun, semua hasilnya tetap sama. Nihil.

Dan disini, karena kenangan beberapa tahun yang lalu itu aku terseret dalam rasa sakit tak berujung.
Harusnya hari itu tak pernah terjadi. Harusnya aku tak perlu bertanya padanya. Jika akhirnya hal ini yang ku dapat.

"Akh! Hujan yaa... Rasa sakitnya masih terasa jelas. Padahal sudah lama."

*
Time capsul
Started
*

Tatapan yang masih sama. Dekapan hangat yang masih menjadi naungan. Dan jutaan perhatian yang membuatku merasa sangat dilindungi. Mingyu, Kim Mingyu. Pria dengan perawakan tinggi berkulit tan itu bagaikan kesatria yang selalu menjagaku.

Semua orang menatap kami penuh iri. Bagaimana tidak dengan visual yang tak perlu ditanyakan lagi kami selalu bersama. Dan hal-hal manis yang selalu ditunjukkan oleh Mingyu padaku membuat para penghuni sekolah terutamanya kaum hawa menggigit jari karena iri.

Aku dan Mingyu tidak terlibat dalam hubungan romansa seperti yang kalian pikirkan. Hanya saja kami begitu dekat lebih dari pasangan kekasih namun, untuk disebut teman juga terlalu intim. Aku tak begitu mengerti dengan status kami.

"Cukup ada dirimu,Lis. Aku tak butuh yang lain"

"Begini saja sudah bagus'kan? Intinya aku milikmu, kau milikku"

Begitulah katanya -Mingyu- untuk menenangkanku dari perasaan ragu. Lalu, jika demikian apa yang perlu dipermasalahkan. Aku prioritasnya kan?

**

Sore itu hujan mengguyur Seoul dengan deras. Namun, hal itu tak menyurutkan untuk para murid laki-laki menghentikan permainan basket mereka. Dan Mingyu ada disana. Tsk! Jika sakit jangan harap aku akan merawatnya.

Banyak juga penonton yang bersorak tak peduli mereka sudah basah karena air hujan. Permainan tim basket jauh lebih seru. Atau mungkin karena ini kesempatan kaum hawa untuk melihat roti sobek secara cuma-cuma. Entahlah.

"Perhatian!!" teriakan Mingyu seketika mengintrupsi para pemain dilapangan. Semuanya menatap Mingyu dengan tanda tanya.

"Nayeon angka ini untukmu!" dengan senyuman konyolnya Mingyu mencetak angka terakhir dan mengakibatkan riuh seisi lapangan.

Tubuhku seketika membeku. Mingyu menghampiri Nayeon. Mendekapnya hangat dan ia berikan kecupan singkat dipucuk kepalanya. Persis seperti yang biasa ia lakukan padaku. Gyu, kau...

Dengan langkah cepat aku menghampiri keduanya. Ini tak bisa dibiarkan. Hal bodoh macam apa ini.

"Gyu! Apa -apaan ini?" decak ku dengan kesal.

"Oh hy Lis," bukan jawaban bodoh itu yang kuinginkan Kim Brengsek Mingyu!

"Dia -" belum sempat aku menyelesaikan ucapanku Mingyu telah memotongnya.

"Ah! Aku lupa cerita padamu Lis, Nayeon adalah kekasihku. Kami serasi bukan?" dengan senyuman bodohnya ia berbangga diri didepanku. Gyu tak liatkah aku sedang hancur sekarang?

"Sejak kapan?"

"2 atau 3 bulan yang lalu. Maaf aku lupa terus untuk bilang padamu -"

"Lalu aku ini apa dimatamu Kim Mingyu. Dekapan hangat itu, segala perhatianmu dan kecupan yang kau beri itu apa artinya?!"

"Bagiku kau hanya teman Lis, bagaimana yah menjelaskannya friend with benefit?" dengan mudahnya kau berkata demikin didepan banyak orang. Dan tanpa rasa bersalah kau hancurkan segala kepercayaanku.

"K- kau brengsek Gyu, kukira kau berbeda dari mereka. Ternyata kau yang terburuk!"

"Kau nya saja yang terlalu terbawa suasana,Lalisa. Kau pikir saja mana ada orang yang mau denganmu dengan embel-embel tulus. Terlalu rugi"

Hentikan kumohon, jangan lanjutkan!

"Kau hanya gadis polos, hm... Tidak- tidak kau hanya gadis bodoh yang terlampau mudah terperdaya!"

"Cih! Menyedihkan sekali." -orang 1

"Aku jadi dia lebih baik mati"- orang2

"Bodohnya! Ahahhaa" ledek sebagian isi lapangan basket tersebut.

"Kau dengar itu Lis, kau bodoh..."

Gyu, kau tahu. Aku disini begitu tulus menggantungkan harapanku padamu. Berharap kau bisa mengerti dan bisa menjadi sosok yang dapat diandalkan. Nyatanya aku salah, aku justru terluka karenamu. Padahal aku begitu percaya padamu

Hari itu aku begitu hancur. Di titik terbawahku tak ada lagi sosok penenang. Pemberi dekapan hangat atau pemberi kata- kata penenang itu telah sirna bersamaan dengan semua kepalsuannya.


*
Time capsul
End
*

"Kau dengar itu, Lis. Kau bodoh..."

Lagi- lagi kenangan buruk itu datang. Kumohon hentikan. Ini menyakitkan, tolong jangan mengusikku lagi.

"Akh! Rasanya sakit sekali" lirihku sambil menjenggut pelan surai orangeku.

"Harusnya hari itu tak pernah ada..."

***

Terlalu tulus + cinta berlebih= kau akan berakhir hancur

***



FIN
Don't forget vote and comment juseyongg~

Time Capsul Series| K- Idols✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang