Lahung!
♣♣♣Aku memang bukan cowok baik-baik sebaik agama mengajarkanku. Aku juga pernah menenggak alkohol, aku pernah berbuat hal di luar norma dengan cewek yang kusuka, dan aku sedikit bajingan. Tapi, aku enggak seburuk itu. Aku enggak akan tidur dengan cewek yang baru beberapa menit kukenal.
Kuakui Mila memang menggoda iman. Tapi, di hatiku yang terdalam, aku berjanji enggak akan pernah menemuinya lagi. Aku enggak peduli hal apa dariku yang menarik minat Mila.
Enggak habis pikir aja, di budaya Timur kok ada cewek seagresif Mila. Semoga hanya padaku ia seperti itu, jadi ... ah, sudahlah! Lupakan saja.
Aku memijakkan kaki di lantai dari kayu ulin yang mengapung di atas air. Tentu saja ada pondasi kayu log yang membuat bangunan Dermaga ini tetap di atas air.
"Kan kuweh ikau?" tanya seorang lelaki berperawakan pendek dan baju kaos hijau tersampir di bahunya, dalam bahasa Bakumpai artinya 'mau ke mana lu?'.
"Kan Jambu," jawabku. Artinya 'ke desa Jambu'.
"Langsung naik!" perintahnya menunjuk ke perahu motor yang berwarna biru.
Aku menurut saja. Sudah ada empat penumpang lain yang berteduh di bawah atap perahu. Aku sengaja melompat lalu mendaratkan pantatku di muara perahu. Aku suka menikmati perjalanan sungai dari sini, karena aku merasa lebih cepat sampai dibanding penumpang lain. Walaupun pada kenyataannya sama saja, cara berpikir yang konyol memang.
Om-om yang pemilik perahu masih merokok di Dermaga. Membuatku tertarik untuk merokok. Kurogoh kantong celana depanku, mengeluarkan kotak rokok traveller yang terbuat dari plastik. Aku sengaja memindahkan batang-batang rokokku ke dalamnya, karena lebih aman bagiku yang menempuh perjalanan dengan cuaca enggak menentu.
Kusulut sebilah rokok dan mengepulkan cincin-cincin asap ke udara perairan Barito. Hawa panas menyengat kepalaku. Tapi, panasnya matahari sore enggak begitu kurasa karena debur angin terlalu membuaiku.
Sesekali perahu goyang dan oleng karena ombak yang diciptakan oleh perahu lain dan spead boat yang lewat. Membuatku merasa seolah diayun-ayun di atas perahu.
"Bang Lucky!" panggil suara cewek dari Dermaga.
Aku menoleh ke sumber suara. Kulihat Mila membawa bungkusan plastik putih berjalan tertatih ke arahku. Aku enggan bergerak dari tempatku, karena cewek ini bisa melakukan apa saja yang enggak kuduga.
"Ya?"
Mila berjongkok di pinggir Dermaga. "Bawa ini, untuk makan malam. Berjanjilah untuk mengembalikan rantangnya."
Aku menarik sudut bibirku dengan paksa. "Terima kasih." Kusambut bungkusan plastik itu.
"Mila bahalap!" goda lelaki yang duduk di sebelah om pemilik perahu. Bahalap artinya cantik.
Mila tampak gelisah. "Jangan lupa rantangnya, Bang." Ia pun berlalu kembali ke arah warungnya.
"Hei, Mila! Siapamu itu?" Lelaki tadi mencegat Mila dengan tangannya. Kulihat cara berjalan lelaki tadi kurang normal.
"Bukan urusanmu!" tandas Mila melepaskan diri dengan gerakan sedikit kasar.
Aku pura-pura enggak melihat semua itu, karena aku enggak mau terlibat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Jejak Mantan
Adventure"Kamu tuh ya, panas-panasan mulu. Lihat kulit kamu, item gitu. Mana ada cewek yang mau sama cowok yang dekil kayak kamu." "Kata ulang ditambah akhiran 'an' artinya mainan. Panas-panasan berarti panas mainan, ya kan, Mi?" olokku dengan tampang polos...