Misteri Kematian Ibu

642 68 30
                                    

#KIRANNA Part 12

Di dalam gelap, sekelibat bayangan masa lalu bermunculan bak film yang tengah berputar.Walau hanya sepenggal-sepenggal tetapi serasa nyata, seolah itu baru saja terjadi.

Berawal dari seorang wanita berambut sebahu dengan kemeja tanpa lengan berwarna putih dipadukan warna senada rok berwiru selutut. Dari segi umur terlihat jauh lebih muda dari ibu. Dia juga terlihat lahir dari keluarga yang berada dan berpendidikkan tinggi. Terbukti dari dia keluar dari kendaraan yang mungkin jarang orang-orsng bisa membwlinya. Sebuah mobil mentalik wonder berwarna merah maroon terpapang di sudut jalan.

Perempuan itu berjalan tegak dengan sorot mata lawan ingin berperang. Kacamata hitam yang dipakai, dilepas dan dikaitkan pada jari telunjuk. Topi bundar lebar mirip milik noni Belanda menambah anggun paras cantiknya.

"Mencari siapa?" tanya ibu ketika perempuan cantik itu mendekat. Kami yang tengah menyirami bunga anggrek di taman depan terusik akan kedatangan yang tiba-tiba.

"Kamu... Istrinya Shira?" Suara perempuan cantik itu terkesan kentus. Mata indah miliknya menyorot tajam. Dilihat penampilan ibu dari ujung kaki hingga ujung kepala, berkali-kali. Saat itu ibu hanya memakai baju terusan berwarna biru tua, tanpa alas kaki. Terdengar hembusan napas disertai gelengan kepala. "Seperti ini mau jadi sainganku...tidak level," decak bibir bergincu merah muda itu pelan tapi sempat tertangkap telinga.

Ibu yang mendengar kalimat tidak mengenakkan dari mulut perempuan itu, segera menepuk bahuku yang sedari tadi berdiri tak jauh dari tempat ibu. Dengan mata ibu melirik ke dalam rumah,   menandakan agar aku segera menjauh.

Aku mengangguk, meletakkan gayung di ember hitam yang berisi air, melangkah masuk ke dalam rumah. Sayangnya, aku malah bersembunyi di balik pintu, mengintip dua perempuan yang saling berperang mata.

"Aku dulu tunangan Shira, pria yang kamu pinjam sekarang untuk kamu jadikan suami." lamat-lamat aku dengar perempuan itu berbicara masih dengan nada serupa  kentus dan arogan.

"Lalu sekarang ada hubungan apa dengan pernikahanku?" ibu membalik pertanyaan dengan nada tegas. Dari tempatku berdiri gestur tubuh ibu sedikit nampak tegak dan kaku menjelaskan sekarang hati ibu tengah disulut emosi.

"Pasti ada hubungannya..." perempuan itu mencondongkan tubuh lebih dekat ke arah ibu."Sekarang waktunya untuk kurebut kembali.Sebelum kamu terluka parah dan menangis darah ...pergilah sejauh mungkin dari kehidupan Shira." Kalimatnya terdengar mengacam

Tubuh ibu bergetar. Tangannya mengepal kuat. Dengan muka mengeras terus mengawasi gerak perempuan itu yang mulai menjauh pergi.

"Apapun yang akan anda lakukan? Saya  tidak takut sedikitpun. Karena saya tahu bahwa hati suami saya tak akan mudah berpindah lain hati." Ibu berkata sebelum perempuan itu sampai di pintu gerbang rumah kami.

Perempuan itu menoleh lalu tersenyum merendahkan." Kita lihat saja nanti." Dengan meletakkan kacamata di bingkai wajahnya yang indah. Menyamarkan sorot mata yang cukup menakutkan bagi anak seusiaku. 

Sejak kedatangan wanita itu, Papa yang biasanya pulang dari restourant- usaha yang dia kelola setelah dikeluarkan dari hak waris keluarganya, selalu menyambut ibu dan aku dengan pelukan rindu. Berubah menjadi sosok yang pendiam, gampang tersulut emosi. Hanya saja Papa bukan tipe laki-laki yang suka berkata kasar. Marah Papa adalah sikapnya yang pergi menjauh tanpa kata. Lebih memilih masuk ke ruang kerjanya.

Hingga aku temui Ibu yang tengah menangis di ruang makan. Meja makan nampak berantakan. Seolah barusan telah terjadi pertengkaran. Saat aku tanya pada ibu, Beliau hanya mendekap tubuhku erat dan berkata tidak ada apa-apa.

Ibu yang biasanya ceria, penuh senyum mendadak menjadi pemurung. Raut wajahnya begitu menyedihkan melebihi saat Oma- ibu Papa, memaki dan mengacuhkannya. Entah. Aku tak tahu, masalah apa yang membuat ibu dan Papa nampak tak bersahabat.

KIRANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang