#KIRANNA part 11
Maaf yaaa ... baru nongol
"Kiranna ... !"panggilan seseorang menghentikan langkah kaki. Aku menoleh mencari sumber suara. Sepertinya suara itu tak asing bagiku.
Suasana sekolah sudah nampak sepi. Hanya beberapa siswa yang masih di kelas karena mendapatkan piket untuk membersihkan kelas.
Sementara aku melambatkan diri pulang dikarenakan ingin menghindari beberapa orang yang memang akhir-akhir ini gencar sekali menghujat.
"Suka kok yang tua," seloroh Ambar dengan mata menukik tajam.
Berdiri di samping pintu dengan teman sekumpulannya. Kebiasaan mereka selalu nongkrong di tempat lalu lalang-orang keluar masuk kelas. Ketika ada salah satu teman tanpa sengaja menubruk maka dia sudah pasti akan mendapatkan makian pedas dari kelompok itu.
"Yang pasti kaya,"sahut Ratih dengan tangan bersendekap. Mulut itu tersenyum sinis dengan pandangan tak bersahabat.
"Tampangnya sih melas tak taunya suka meras," ejek Ambar lagi disambut tawa temannya yang lain.
Tiba-tiba seseorang menyeletuk, "Awas ... lo Mbar. Juragan Mul, ayahmu mulai mengejar gadis itu. Bisa-bisa kamu dan dia ... jadi mak dan anak."
Gerrrr.
Tawa menghina itu menghujam jantungku. Yang bisa kulakukan hanya meremas tali ransel di punggung. Dan berjalan cepat agar terlepas dari makian panjang mereka.
Sesak. Sangat sesak. Saat aku harus melewati beberapa pasang mata dengan pandangan menungkik tajam . Ibarat aku hanyalah seekor itik buruk rupa di tengah rubah yang lapar.Sebuah tepukan di bahu mengagetkan aku. Segera aku melihat sang penepuk. Detakan jantung yang tadi berdetak kencang karena kaget berirama kembali. Tapi yang ini ritmenya lembut disertai gelenjar merayapi hati.
"Biasa aja kali. Kaya liat hantu aja." Aditya memasang wajah jutek. Ekspresi yang aku rindukan beberapa bulan ini. Rindu akan kejahilannya yang kadang bikin aku bersungut-sungut, kesal.
"Tumben sendiri?" tanyaku dengan tampang cuek.
Melihat tak ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Biasanya si kunti- Ratih, akan selalu mengekorinya kemanapun Aditya pergi. Entahlah ... dari gosip yang beredar, katanya mereka tengah menjalin sebuah hubungan. Mengingat status mereka mendadak hatiku ngilu."Cemburu?" Aditya melontarkan pertanyaan yang membuat mata nyaris melotot. Aku melengos kasar dengan bibir mencebik. Melihatkan sikap bahwa aku malas menanggapi. Dari ekor mata, kulihat Aditya tersenyum simpul.
"Kiranna ..." suara lembut Aditya menyihir mata tak berkedip. Terlalu lembut untuk seorang Aditya. Biasanya dia akan memanggilku dengan nada keras dan cepat. Tidak seromatis ini.
Apa ada kaitan dengan ungkapan hatinya kemaren?
Aku menoleh. Menatap sosok yang aku rindukan kejahilannya. Pandangan Aditya terlihat sendu. Seakan mewakili hatinya yang mendung. Hembusan napas Aditya terdengar berat seolah ingin membuang sesuatu yang mengganjal di dada. Pandangannya menatap lurus koridor kelas yang sepi.
"Ada yang ingin aku tanyakan?"
Mendadak udara terasa pengap. Padahal cuaca tidak seterik biasanya. Detak jantung kian meraja. Aku harap, Aditya tak mengetahui suara degub ini.
"Apa kamu mencintai pria tua itu?" Aditya memandang lekat. Membuat aku tak bisa
menatapnya lama. Takut tak mampu menolak pijar yang diberikan.Aku terdiam. Tak mampu menjawab. Karena aku tak tahu cinta ini berpihak pada siapa.
Kedua tangan Aditya menempel kasar ke dinding membuat tubuh ini terkunci di dalamnya. Napas Aditya menerpa wajah. Jarak kami terlalu dekat. Mata itu tak lepas menatapku lekat. Seolah ingin menyelami sendiri, mencari jawaban sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANNA
Chick-Litgadis muda yang bercita-cita ingin memajukan desanya lewat impiannya. sayangnya, dia hanya gadis miskin.