Waktunya Melamar

545 75 8
                                    

































"Apa yang membuatmu begitu menyukai lagu, ini?" Yoong menyesap cangkir berisi kopi hitam manisnya perlahan. Angin malam Seoul yang berhembus membuat tenggorokan pun enggan menolak.

"Letak favoritku terdapat dalam maknanya. Begitu dalam, dan tulus."

Yoong mendapat jawaban yang sebenarnya sering ia jumpai. Namun tak mengecewakan. Karena setiap lirik yang terlantunkan dalam All Of Me memang menorehkan kesan dan pesan tertentu. Sebagaimana yang dirasakan Seohyun. Gadis sependek ingatan Yoong, yang bersedih dalam kafe tempo hari.

Yoong bersyukur, setiap kali gadis itu datang berkunjung ke kafe selalu pula ia menyemaikan banyak senyum. Mungkin saja, luka yang dirasakan Seohyun mulai sembuh. Bukan apa-apa, ini kali ke-tiga keduanya bertemu dan sebagai seorang penghibur, Yoong merasa Seohyun telah lebih baik.

"Baiklah, sebenarnya siapa seseorang yang tersempil dalam lagu ini untukmu? Kekasih? Atau bahkan.. suami?"

Yoong mengangkat alis berniat menggoda lantas berhasil karena Seohyun dengan kesal mendorong bahu Yoong sebagaimana yang bisa dicapai. Merenggutkan senyum seolah tersinggung. "Aku mahasiswa semester tujuh, Yoong. Statusku jelas lajang, ish!" gadis itu melipat tangannya di depan dada. Mempoutkan bibir serta menggembungkan pipi tak ayal anak kecil yang dicuri balonnya.

Manis dan lucu. Perangai Jessica seolah tengah Seohyun gambarkan. Yoong mendesah kecil. Sejenak, ia merindukan ice princess itu. Tiga hari lamanya wajah, suara, bahkan tawa gadis itu tak terhias lagi untuknya. Beberapa hari itu pula Yoong berusaha menjemput Jessica langsung di sekolahnya. Namun nihil, dari informasi sahabat-sahabatnya mengatakan Jessica izin tak masuk.

Entah ada apa. Yoong hanya khawatir. Apa gadis itu belum sembuh sampai saat ini?

"Kekasih. Ah~ entahlah, aku meninggalkannya tanpa penjelasan. Jahat, bukan?"

Ketika itu Yoong disadarkan saat menatap manik Seohyun yang kembali meremang. Matanya mengerjap sendu. Kemudian netra kecokelatan Seohyun mengosong tak berbinar lagi. Yoong mengakui telah salah membawa topik.

"Apa bisa aku bercerita lebih banyak? Maafkan aku, aku hanya ingin meringankan hatiku. Terlalu berat dan rasanya aku kepayahan. Ku rasa kau pendengar yang baik, Yoong." Cangkir putih teronggok diam di hadapan Seohyun. Jari tangannya berputar-putar mengikuti pola lingkaran dasar cangkir itu.

Jujur saja, Yoong mengakui banyak melihat lelah serta masalah hanya dengan melihat tingkah laku Seohyun yang lebih banyak kosong. Dirinya pernah seperti itu. Sakit, dan sakit saja yang dirasakan tubuhnya. Dan tidak ada salahnya mendengar beribu luka yang terpendam dari Seohyun.

"Aku akan berusaha menjadi pendengar terbaikmu, Seohyun." Yoong tersenyum lebar.

Ada perasaan lega menguar dalam dadanya. Melepas cerita yang telah ia penjarai dari banyak orang dan Seohyun merasa lebih baik dengan itu. "Kami sepasang kekasih. Terlalu bahagia hingga rasanya menyakitkan. Saling meninggalkan, hingga saat masa sekarang, aku tak lagi mendengar kabarnya beberapa bulan ini. Mungkin ini menyedihkan, cinta kami berdua terlalu banyak gelombang. Hingga salah satunya tenggelam dan menyerah." Seohyun melempar nada getir kala bercerita.

Senyum kecil menghias saat bagaimana perasaannya terbanting kecil ketika mengorek luka seperti ini. Menyakitkan dan harus berupaya menciptakan senyum hanya sekedar mengingatkan bahwa ia akan kuat untuk mengkisahkannya kembali.

"Dia tampan, perhatian, baik hati, dan sedikit antusias. Dia begitu cerewet hingga segala kesehariannya tak akan pernah lupa untuk ia ceritakan padaku. Hingga kenyataan datang menerjang, menamparku kuat dan menarik kisah kami dengan sangat brutal."

All Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang