Foresto Mana : Rhyme of Aurora - Bab 15

2 0 0
                                    

Foresto Mana : Rhyme of Aurora

Bab 15

Pakaian Putih dan Kaki Tidak Menyentuh Tanah

Di perjalanan ke rumah, tak diduga dia bertemu dengan Rini.

"Arts," panggil gadis itu. Dia melambai-lambaikan tangan di atas. Ngomong-ngomong, apa yang sebenarnya gadis itu lakukan?

"Hai," Arts membalas sembari mendekat. Si gadis menanti. Begitu dekat, Arts dapat melihat gadis itu membuka penyimpanan dan mulai mengambil satu barang di sana. Sesuatu muncul dan itu adalah penyiram.

"Rini, kenapa kamu bawa penyiram?"

"Sebenarnya, aku berniat memberikan penyiram ini padamu. Sudah tua sih, tapi masih dapat berfungsi dengan baik."

"Kalau soal itu sih, tidak perlu repot-repot. Aku bisa membelinya sendiri."

"Tidak apa-apa, lagi pula yang ini jarang kugunakan. Terimalah." Rini memberikan penyiram itu kepada Arts. Arts merasa canggung. Sebaiknya dia terima atau tidak ya? Yah, sebenarnya dia memang butuh sih. Tapi kan sekarang dia sudah punya uang. Jadi dia bisa membeli sendiri. Meski begitu, penyiram ini kan gratisan, ditambah lagi uangnya juga jadi bisa digunakan ke hal yang lain seperti gosok gacha misalnya. Sementara Rini tampak sedikit memaksa dengan kembali menyodorkan penyiram di tangannya.

Yah, apa boleh buat. Arts menerimanya.

"Terima kasih ya, dan maaf membuatmu harus datang ke pertanian."

"Tidak masalah, lagi pula memang aku mau ke toserba untuk membeli sesuatu. Oh, ya, karena penyiramnya sudah kuberikan, sebaiknya aku pergi."

"Sip. Hati-hati di jalan."

Rini mengangguk, "Um." Dia lantas berbalik dan setelah mengucapkan salam dan pamit, dia melanjutkan pergi sesuai tujuannya.

Arts juga tidak lama-lama. Eh, ngomong-ngomong dia memang harus menyiram tanahnya agar tidak kekurangan air. Lagi pula, masa tanam akan segera dimulai. Dia harus bersiap-siap.

Arts pulang dan melanjutkan tugasnya yang belum terselsaikan. Butuh beberapa waktu. Tapi ini bagus juga karena dia jadi bisa menguji coba penyiram yang baru saja menjadi miliknya.

Ternyata, menyiram memakai penyiram dan menyiram mmenggunakan timba sangat berbeda. Timba terlalu berat dan cuma berisi sedikit air. Ditambah lagi susah untuk menakar jumlah air yang dikeluarkan. Sedangkan penyiram, ini cukup praktis. Takaran airnya menjadi lebih jelas. Tidak perlu khawatir akan membuang-buang tenaga dan air karena ini lebih mudah digunakan. Ya, sepertinya sekarang waktunya bersemangat.

Arts melanjutkannya hingga malam menyambangi ladangnya. Kini dia sudah punya uang. Dia akan makan di mana ya? Tunggu, kalau tidak salah di pantai ada kedai yang buka sampai malam. Ah, rasanya ada bagusnya coba-coba.

Arts kembali menuju pantai. Ah, untungnya jalanan disinari dengan cahaya dari kristal lampu, jadi tidak gelap-gelap amat, terang malahan. Kalau sudah begini kan tidak ada yang perlu ditakutkan, Arts memang tidak takut hantu, tapi kalau sampai ada cewek pencuri sempak seperti tempo hari kan dia bisa repot. Dia mulai kehabisan sempak untuk dipakai. Hmm, sepertinya dia akan menyisihkan uang untuk beli sempak biar tidak kehabisan.

Dia berjalan menuruni bukit dengan langkah terburu-buru, entah apa yang membuatnya begitu. Mungkin itu berkaitan dengan semangatnya. Ah, tidak, ini pasti karena hal lain. Kalau diingat-ingat ... muka Arts memerah yang menandakan dia sedang memikirkan hal-hal kotor ... ah, ya, pasti karena si gadis muda adik dari pemilik Toko Pancing Human Luck. Siapa namanya? Easti. Benar, pasti ini dikarenakan gadis itu. Sekarang, dapat dipastikan kalau mata Arts akan kelayaban untuk mencari mangsanya, gadis muda itu.

Foresto Mana : Rhyme of AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang