Foresto Mana : Rhyme of Aurora - Bab 2

52 7 2
                                    

Foresto Mana : Rhyme of Aurora

Bab 2

Perjalanan Hidup Mereka Baru Saja Dimulai

Api berkobar di mana-mana. Sejauh mata memandang yang ada adalah asap hitam dan bara yang menyala. Si pembawa perbekalan tidak pernah mengharapkannya. Memangnya siapa pula yang mengharapkan hal buruk terjadi pada desanya yang begitu dia cintai. Hanya orang terkutuk yang sanggup mendoakan desanya agar mendapatkan keburukan seperti yang dia lihat sekarang.

Beberapa waktu lalu, Raja Iblis muncul di hadapannya dan setelah beberapa detik berselang, si pembawa bekal sudah berhasil kabur. Si pembawa perbekalan tidak memiliki sanak keluarga. Dia adalah anak sebatangkara yang semua anggota keluarganya telah tiada akibat perang. Setelah perang, dia menjadi gelandangan. Untung saja ada yang menolongnya. Seorang pemilik panti asuhan. Dia tinggal di sana hingga dia akhirnya mampu menjadi pendekar.

Sekarang si pembawa perbekalan itu pergi dan hendak pergi ke pantinya. Akan tetapi, ketika dia sampai di sana, semua sudah menjadi abu dan sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan. Apa orang tua panti sudah mati? Ataukah anak-anak yang lain juga mengalami hal yang sama? Atau malah mereka sudah pergi mengungsi? Si pembawa perbekalan tidak tahu betul. Yang pasti, dia kembali mencari-cari lagi dan kali ini dia menuju ke sebuah rumah sederhana tempat tinggal dari seorang gadis yang dia taksir. Nama gadis itu adalah Salina dan dia adalah gadis yang ayu.

"Salina! Salina!" si pembawa perbekalan berteriak dengan keras. Namun, sekali lagi, dia tidak mendapatkan jawaban apa pun. Kakinya terus berlari. Napasnya memburu udara yang kadarnya sangat sedikit akibat api dan asap. Paru-parunya mulai terasa sakit dan matanya perih. Air mata keluar darinya. Entah itu adalah air mata berisi ketakutan atau malah sebuah reaksi biologi yang wajar.

Di langkah-langkah terakhirnya, dia menuju ke sebuah bangunan terbesar di desa itu. Sebuah kantor kepala desa. Bila ada sesuatu, orang-orang pasti akan berada di sana. Sekali lagi, tempat itu kosong. Alih-alih bertemu manusia lain, dia kembali bertemu makhluk terkutuk. Seorang penyihir kejam yang sudah dia ketahui siapa. Apmer. Ya, itu adalah dia. Tentu saja si pembawa perbekalan meragu. Bukankah Apmer sudah mati oleh Pak Tua Penyihir Tom? Lantas, mengapa dan bagaimana bisa dia ada di tempat ini?

Tidak berguna. Si pembawa perbekalan sudah tidak mau menanti lagi. Tubuhnya sudah letih dan dia kekurangan tenaga dan asupan. Dia memilih untuk bertarung melawan Apmer meski dia tahu dia akan mati. Dia mencabut pedang satu tangannya dan maju. Apmer merapalkan mantra dan menembakan semburan api pada si pembawa perbekalan. Si pembawa perbekalan itu tidak takut. Bila memang dia harus mati sekarang, maka biarlah. Dia sudah pernah hidup, dan meski susah, dia sudah puas.

Byur.

Si pembawa perbekalan megap-megap. Tubuhnya terlonjak. Dia hampir saja terbang. Seingatnya, dia baru saja disembur oleh panasnya api. Akan tetapi, yang dia rasakan justru dingin dan basah. Ketika dia membuka mata, ada sebuah figur wajah yang tampak di ruang penglihatannya. Seorang gadis dengan rambut berwarna krim yang begitu dia hafal. Proporsi wajah yang begitu familiar dan memiliki mata hijau zamrud yang begitu indah serta dia kenali.

"Sa-salina." Tak menunggu lebih lama, dia maju dan memeluk gadis di hadapannya. Dia rengkuh tubuh gadis itu dengan erat. Dia tak mau melepaskannya. "Syukurlah. Kau baik-baik saja." Si pembawa perbekalan menangis bahagia dan haru. Gadis yang begitu dia cintai masih dapat selamat dari serangan Raja Iblis.

"Eh, apa-apaan ini?"

PLAK.

Pipi si pembawa perbekalan menjadi merah. Mereka kini berada dalam jarak yang agak jauhan. Jujur saja, tamparan dari si gadis sangat keras sampai-sampai tangannya sendiri sakit. Namun apa boleh buat, pemuda di hadapannya itu sudah berlaku kurang ajar dengan langsung memeluknya tanpa izin. Itu adalah hukuman yang pantas untuk si pemuda. Tidak, seharusnya dia masih harus melakukan seribu tamparan lagi untuk mengganti kerugian dan rasa malunya.

Foresto Mana : Rhyme of AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang