Tuhan sungguh hari ini penuh dengan warna kehidupan aku merasa aku bahagia seakan-akan aku terbang menuju langit tetapi seketika aku terjatuh dan di hempaskan ke daratan. Seakan-akan kakak akan pergi meninggalkanku dan hal itu lah yang aku takutkan aku hanya memiliki Kakak.
" Kakak gapapa tapi kakak punya masalah, de bang indro dia penggunaan obat terlarang dan dia sekarang dia di penjara kakak takut kakak kaya dia, soalnya dia juga punya adik laki-laki namanya bintang antonio kalo ga salah dia satu sekolah sama kamu dia jadi benci sama bang indro gara-gara dia di penjara dan karena bang indro di penjara ibunya sekarang masuk rumah sakit " sambil menundukkan kepalanya.
Aku tersentak saat mendengar nama bintang antonio adalah adik bang Indro dan aku kaget saat Kaka menceritakan semuanya berati kakakku juga adalah seorang pengguna obat terlarang. Sungguh aku sangat kecewa aku sangat marah dengan kakak tapi aku mencoba menutupinya dengan tersenyum.
" Kak aku sayang sama kakak, Kaka kenapa jahat sama aku? Kakak kenapa lakuin ini? Jujur kak aku kecewa sama Kakak! Wajar aja jika bintang marah! Aku juga merasakannya aku cuma punya kakak! tapi kakak kaya gini? Ya Tuhan, Kak aku harus gimana? Kakak ga kasian mamah sama papah di alam sana? " Tak tertahankan air mataku mengalir deras membasahi pipi chubby ku.
" De maafin Kakak, kakak emang bodoh kakak cuma mau ngebesasin beban kakak tapi Kaka egois ga mikirin Tetang kamu maaf ya de " sambil bersujud memohon maaf.
" Kakak aku kecewa tapi aku ga bisa benci Kaka " sambil menepuk bahunya.
Dari kejauhan terdengar sirine mobil polisi dan tak lama kemudian datang dua orang polisi yang menghampiri kami yang sedang duduk di teras rumah.
" Selamat malam, apa kah betul ini kediaman saudara Anggara putra mahkota? Bisa saya bertemu dengan beliau? " Tanya sang polisi dengan tegas.
" Iya betul, dengan saya sendiri ada apa pak ? " Sambil menghapus air matanya.
" Anda akan kami tahan karena penggunaan obat terlarang jenis sabu-sabu dan alat hisap anda bisa menjelaskan di kantor polisi "
" Kakak jangan pergi, pak kakak saya ga salah " sambil memeluk kakak erat.
" Udah deh gapapa " sambil mencium keningku dengan penuh kasih sayang
" Terimakasih selamat malam " ucap kedua polisi yang menarik tangan kanan Anggara.
Kak Anggara tidak melawan, kak Anggara masih terlihat tenang dan tersenyum ke arahku.
Sungguh hari ini aku takuasa mengahadapi takdir hidupku rasanya aku ingin mati aku sudah kacau suara sirine polisi itu semakin membuat kepalaku pusing dan membuat hati ku semakin hancur! Mamah papah aku butuh kalian tangisku terisak-isak tanpa henti.
Dering handphone ku berdering berpuluh-puluh kali entah dari siapa yang menelepon ku sebanyak itu, notifikasi pesan singkat dan pesan WhatsApp masuk memenuhi layar ponselku. Aku merasa Tuhan tidak adil dengan kehidupanku! Aku berdiam diri di kamar dan berusaha melukai diriku sendiri dan membuat beberapa luka yang cukup dalam.
***
Keesokan harinya aku terbangun tersadar dengan apa yang aku lakukan semalam, aku meringis kesakitan melihat darah yang keluar dari tanganku dan darah yang berceceran di lantai. Saat aku melihat handphoneku penuh dengan notifikasi dari Nana dan baby termasuk bintang sepertinya mereka tak henti-hentinya menghubungi nomor ponselku.
Ting... Tong.... Ting..... Tong ....
Bunyi bel sedari tadi terdengar tapi aku baru menyadari nya ketika aku keluar dari kamar
" Assalamualaikum bulan " teriak baby dan Nana bersamaan.
" Waalaikumsalam " jawabku pelan sambil membukakan pintu.
" Bulaaaaaaaan " teriak Nana dan baby.
" Ya ampun bulan lu kenapa? Tangan lu berdarah baju lu basah kenapa lan kenapa? Aku tau kamu sedih karena kak Anggara tapi jangan nyakitin diri lu sendiri " sahut baby.
Nana hanya terdiam berlinang air mata, sedang menelepon ibunya untuk datang ke rumah bulan tetapi sial ibu Nana sedang sibuk dengan pekerjaan nya dan menyuruh perawatnya yang datang kerumahnya bulan. Ibu Nana adalah seorang dokter dan memiliki asisten seorang perawat.
" Lan tahan ya bentar lagi perawat bakal nolongin lu " sahut Nana yang sesenggukan menangis.
Aku hanya membisu dan memasang wajah datar tanpa ekspresi, seakan-akan luka ini tidak aku rasakan, jujur luka ini sangat menyakitkan apa lagi luka yang ku dapat Karena kak Anggara dan bintang membuatku semakin tersiksa. Tetapi mataku sudah tidak kuat untuk melihat darah segar yang masih keluar tubuhku mulai melemah dan aku tidak sadarkan diri. Entah apa yang terjadi dan entah bagaimana reaksi kedua sahabatku melihatku terjatuh pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Dan Bintang
Teen FictionHidup bukan hanya tentang kebahagiaan ada kalanya Kekecewaan akan menerpa perjalanan hidup, maka kamu harus bersiap untuk mencari cara bagaimana kamu tetap tegar. Ini kisah tentang persahabatan dan percintaan yang mungkin pernah terjadi pada kalian...