***

678 26 4
                                    

Tuhan apa yang harus aku lakukan, aku bahagia karena sahabat ku sudah seperti dulu, tetapi kenapa kau membuat kebahagiaan ini menjadi luka? Percayalah ini adalah saat terburuk yang ada dalam hidupku setelah kehilangan kedua orang tuaku. Dalam hatiku aku sudah berpasrah diri aku sudah siap untuk mati sekarang aku sudah lelah dengan beban hidupku, aku harap ketika aku membuka mata aku sudah tidak ada di bumi.

Secercik titik putih mendatangi ku, aku melihat mamah dan papah yang sedang tersenyum tetapi tiba-tiba ada cahaya menarik tanganku ke dalam lubang hitam dan seketika aku merasa sangat lemas tetapi tanganku merasakan kehangatan yang menggenggam tanganku. Entah ada di mana tapi tubuhku yang lemah seakan-akan tidak bisa bergerak dan saat aku membuka mataku Secara perlahan aku melihat pintu yang buruam mataku melihat keadaan sekitar aku melihat puncuk kepala seorang lelaki yang entah siapa  yang sedang menunduk

" Kak.... Kakak.... Kaaa " ucapku pelan ya ampun berbicara pun aku tak memiliki tenaga.

" Bulan " sambil mengelus pipiku dengan lembut.

Saat aku buka mataku, aku tak bisa berkata apa-apa aku tak memiliki tenaga yang banyak untuk berbicara. Entah kenapa aku melihat kak Anggara tapi aku yakin itu bukan lah kak Anggara, air mataku menetes dengan deras.

" Ketika bulan redup dan bahkan saat bulan bersembunyi dibalik awan bintang akan selalu ada di dekat bulan " ucapnya pelan.

Aku hanya tersenyum hambar melihat nya, dan sekarang aku mulai sadar bahwa itu bintang bukanlah kak Anggara, air mataku masih menetes aku menyesal kenapa masih hidup di bumi ini aku pikir aku akan mati.

Tetapi ketika aku memikirkan tentang kematian ku sendiri aku mengingat akan cita-cita yang masih ada di benakku masih ada orang yang harus aku bahagiakan.

Tak lama kemudian seorang suster datang untuk memeriksa tubuhku mengganti infusan yang menggantung di samping tempat tidur, jujur aku tidak menyukai tempat ini bau obat yang menyengat seakan-akan menusuk hidungku.

Bintang masih setia di sampingku dengan menggenggam tanganku dengan erat, mulutnya seolah-olah mengucapkan sesuatu entah berdoa atau mengucapkan sesuatu hal.

" Bulan, tetaplah hidup untukku untuk sahabatmu dan tetaplah mengejar mimpi yang ada di dalam hatimu jangan menyerah aku akan selalu ada di sampingmu, istirahatlah sayang " sambil mengecup kening dan mengelus rambut panjang ku.

Entah obat apa yang di berikan suster tersebut aku merasa sangat lemas Hinga aku merasa tidak berdaya untuk membuka mata sekalipun.

***

Tak banyak kata yang ingin aku katakan tetapi saat seperti ini aku hanya membutuhkan seseorang untuk menemani ku menuntunku sungguh hati ini hancur, di dalam sunyi nya malam aku selalu berdoa agar orang yang aku sayangi akan selalu ada untukku tetapi naas takdir sudah membuat hatiku seperti ini.

Saat aku membuka mataku aku merasa lebih baik dan merasa tubuhku sudah bertenaga aku berusaha untuk bangkit dari tempat tidur dan saat aku berusaha untuk bangkit dengan posisi duduk tetapi tiba-tiba ada seseorang yang memelukku pelan sembari membantu ku ke posisi yang aku inginkan.

" Bulan jangan banyak gerak " ucapnya pelan.

Ternyata itu bintang, aku ingin mengelus pipinya yang seperti dia lakukan kepadaku tetapi tanganku tak memiliki banyak tenaga.

" Bintang " ucapku pelan.

" Ada apa ? Tadi malam ada baby sama Nana jenguk Lo dia bawain Lo boneka Teddy bear, semoga lu cepet sembuh ya " sambil mengelus pipiku yang pucat pasih dengan lembut.

" Makasih ya, bintang gue takut gue ga tau harus apa? Gue cuma punya kak Anggara, gue sendirian di sini nanti yang bayar biaya rumah sakit siapa? " Ucapku lirih.

" Jangan mikirin biaya, bulan lu ga sendirian, masih ada gue baby sama Nana " sambil tersenyum manis.

" Terimakasih, berapa lama gue di sini kayanya kamu udah ganti baju berkali-kali " mengerutkan dahi ku.

" Kamu kaya hibernasi hahaha, udah 4 hari 3 malem kamu kaya gini tapi kata dokter hari ini kamu udah boleh pulang " sambil mengemasi barang yang Nana bawakan untukku.

" Lama banget " tersentak kaget

Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya datang ke ruangan sembari membawa bungkusan plastik hitam.

" Bunda, maaf ya bunda bintang jadi nyuruh bunda buat beli buburnya " sambil mencium tangannya.

" Gapapa, gimana sayang keadaan kamu? Sambil meletakkan bungkusan di atas meja.

Sepertinya aku pernah melihat ibu ini, seperti tidak asing bagiku aku terus mengingat kapan dan di mana aku bertemu dengannya.

Bulan Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang