Terkepung Impian
3
Semester 3 berakhir. Di dayah pun Alfa sudah menjadi Tengku jadi tidak terlalu sulit baginya untuk menjalani kehidupan kampusnya. Saat menjadi Tengku mereka akan tidak lagi di berlakukan peraturan dayah. Mereka yang sudah menjadi tengku akan lebih santai dengan waktu pengajian yang sedikit. Alfa yang sudah punya dasar yang lebih dari cukup membuatnya mudah dalam mengikuti peraturan.
Dulu dia memang di SMA tetapi SMA tersebut mewajibkan pengajian di asrama. Alfa sangat bersyukur dulu dia serius dengan pengajian sehingga saat kuliah sambil mondok tidak menjadi kesulitan lagi baginya.
Flashback on
Sudah seminggu UN, kini Alfa dan teman-temannya sedang istirahat di rumah sambil mengistirahatkan pikiran meraka.
Waktu terus berjalan. Alfa sudah mengambil jurusan yang disukainya.
Malam ini dia akan menjalaskan pada ayahnya.
"ayah Al akan melanjutan pendidikan di Universitas ini Program Studi Pendidikan Bahasan dan satra Indonesia" tutur Alfa sambil memberikan brosur pada ayahnya.
Ayahnya-Ismail biasa di panggil dengan nama tengku Is. Ayah Alfa seorang pemuka agama di daerah ia tinggal. Banyak orang yang menyegani pak Is karena pengetahuannya tentang ilmu agama. Mereka keluarga santri. Maskurrazi-kakanya Alfa sudah menempuh pengajian dari tamat SD dan sekarang kakanya sedang menempuh pendidikan S1 di Al-Azhar, tahun ini akan pulang dan membawa ijazah S1-nya.
"tidak Al. ayah akan memasukan kamu ke pondok pesantren teman ayah yang ada diluar daerah, tidak ada kuliah untuk anak perempuan"
Alfa menghembuskan napas sebelum bicara. Ia sudah menduga tentang apa yang akan dikatakan ayahnya. Ia sudah mendapatkan argument untuk bisa mematahkan titah ayahnya.
"ya ayah aku tau. Aku kuliah tapi aku juga akan mondok di pesantren" Alfa menyerahkan satu brosur lagi. Kemudian ia bicara lagi. " itu juga pondok pesantren yang besar ayah. Di sana dipimpin langsung oleh ulama besar. Perkuliahan juga ada bagi yang berminat. Memang ada peraturannya sendiri. In sha Allah Al siap. Bukan kah ayah sudah melatih Al untuk di siplin waktu. Jadi, menurut Al menjadi santri sekaligus mahasiswa itu bukan menjadi sebuah masalah" Alfa mengutarakannya dengan perasaan takut. Ia tau ayahnya orang yang keras tetapi ia juga tau kalau ayahnya itu seorang yang penyayang dan bisa mendengar pendapat orang lain.
Pak Is masih sibuk membaca brosur pondok pesantren yang diberikaan oleh Alfa.
"baiklah ayah izinkan tapi nanti waktu keberangkatan ayah yang akan mengantar Al" ucap pak is sambil mencatat nomor kontak yang ada di brosur tersebut.
"sebelum itu ayah ingin memberikan satu lagi syarat untukmu" ungkap pak Is
Perasaan Alfa menjadi tidak tenang. Ia yakin pasti ayahnya ingin memimta sesuatu yang akan kembali mengekang hidupnya nanti.
"ayah izinkan kamu kuliah sesuka kamu tapi saat nanti tiba, ayah yang akan menentuka siapa yanga akan menikah dengan mu" nada bicara pak Is seperti perintah bagi Alfa. Ya ini memang perintah.
Alfa tau tentang hukum agama jadi ia hanya bisa tersenyum kecut. 'jodoh Allah yang tentukan ayah, takdirku Allah juga yang menentukan. Aku tidak akan menjawab kali ini karena untuk saat ini aku ingin menyenangkan hatimu untuk mendapatkan apa yang menjadi impianku' batin Alfa.
"terimakasih ayah. Al terima persyaratan dari ayah" Alfa mecium punggung tangan ayahnya. Kemudian ia berjalan ke kamarnya.
Ia tak henti-hentinya menginggingkan senyuman di bibir tipisnya.
Dengan hati yang gemmbira Alfa memberitahukan keberhasilannya pada Azdha melalui telepon selulernya.
"assalamualaikum!"
"walaikum salam! Bagaiman hasilnya?"
"Alhamdulillah ayah mengizinkan. Nanti waktu keberangkatan ayah akan mengantar Al"
"semoga ini yang terbaik untuk Al, kaka hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Al"
"taukah engkau ka Azdha, impianku bukan kuliah tapi impian Al hidup bersama kaka"
Sejenak tidak ada balasan perbincangan dari Azdha. Azdha masih berpikir dengan pernyataan Alfa.
"Al. maaf jika kaka belum bisa datang ke rumahmu. Kaka memang pemuda pengecut. Kaka belum siap dari segi segala hal" ucap Azdha dengan menyesal.
Alfa menyesal mengatakan hal tersebut. Ia tidak berniat membuat Azdha menjadi sedih.
"bukan itu maksud Al, kak. Bersama kaka adalah impian Al. Al ingin keliling cina yang sangat indah seperti yang kaka cerita di surat-surat kakak dulu. Impian Al bisa bersama kaka mengunjungi tempat tersebut. Dan impian Al bisa bersama kaka hingga maut memisahkan"
"in sha Allah itu akan terwujud. Al, kaka naik pengajian dulu ya. Ustad Amir sudah memanggil kaka"
"ya kak, assalamualaikum"
"walaikum salam"
Perbincangan dua insan itu terputus. Meraka saling mencinta, saling mendamba antara satu sama lain.
Perbincangan rutin mereka lakukan. Setiap hari walau hanya 5 menit atau jika sama-sama sibuk maka mereka hanya akan mengirimkan pesan untuk mengatakan kesibukan mereka.
Semua dapat dilalui dengan hati yang saling percaya dan Sali menentramkan pemikiran. Tidak ada yang sulit jika ada keiklasan didalamnya.
Flashback off
Hari ini Isna mengajak Alfa untuk ikut menyambut yudisium Zacki. Alfa sebenarnya enggan tetapi ia tidak enak menolak permintaan dari Isna.
Malam sebelumnya Alfa mendapat Chat dari Zacki. Ia turut mengundang Alfa. Alfa tidak mempedulikannya. Ia malah lebih asyik chating dengan Azdha. Sudah hampir 5 tahun Alfa dan Azdha saling dekat. Tidak ada sesuatu yang namanya pacaran. Hanya perasaan yang saling terikat membuat mereka saling mengerti antara satu sama lain.
"Alfa ayo!" ucap Isna sudah siap dengan dres semi gaun. Ia datang ke bilek ( kamar untuk santri) untuk melihat ALfa sudah siap atau belum.
"bentar Is. Ini aku lagi pakai hijab. Lagian kamu kenapa pula datang secepat ini"
"apa! Cepat Al. ini sudah jam sebelas acaranya sudah mulai dari jam 9 kita telat 3 jam" omel Isna.
"lagian siapa suruh ajak aku. Akukan harus naik ngaji dan kegiatan lain yang menumpuk. Kenapa gak ajak Ira atau Zahara atau Putri aja" alasan Alfa sambil terus memasang jilbabnya.
"untuk apa ajak mereka kalau kak Zacki suruh aku bawa kamu"
Alfa hanya mendengus mendengar ucapan Isna. Sejak pertemuan di kanti itu-Isna sering mempertemukannya dengan Zacki. Baik itu di dayah maupun di kampus. Kadang Alfa bingung mau bersikap seperti apa. Jika dia cuekin nanti dikatakan tidak sopan tetapi ia tidak mau terlalu memberi harapan untuk Zacki.
Beberapa minggu yang lalu ada acara di dayah dan keluarganya Zacki datang. Abi memanggilku untuk menjadi penyambut tamu keluarga Zacki. Hal ini dijadikan bukti Takzimnya-Alfa menjalankannya dengan senyuman tanpa ia tau ini adalah pertemuan ia dengan kedua orang tua Zacki.
Zacki telah mengutarakan niatnya pada Abi pemilik pesantren. Abi menyetujuinya dan Abi meminta Zacki untuk membincangkannya dengan kedua orang tuanya dulu.
Abi dan orang tua Alfa sudah kenal baik. Mereka teman seperjuangan di pondok pesantren yang sama-sama mereka naungi dulu. Abi yakin ayah Alfa pasti akan setuju dengan perjodohan ini. Tentu saja ini terjadi diluar pengetahuan Alfa.
Acara berjalan lancar. Alfa hanya menyambut tamu sebentar, menghidangkan minuman kemudian langsu
KAMU SEDANG MEMBACA
Terkepung Impian
General Fiction(proses terbit, masih lengkap) Alfa tidak pernah tau apa yang kan terjadi di hidupnya kelak. Ia selalu bermimpi untuk dapat mewujudkan impiannya bersama Azdha. Alfa selalu memiliki cara untuk menggapai smua impaiannya tak terkecuali impian untuk ber...