2. Seperti Jaelangkung

271K 16.2K 1.5K
                                    

Aloha!

🍩🍩🍩

"Sabar... sabar... sabar! Orang sabar gajinya nambah gede," Aku terus mengucapkan kalimat itu setelah keluar dari gedung bioskop.

Siska menatapku aneh, "Lo kenapa? Grogi yah abis duduk deketan sama Pak El?"

"Grogi lo bilang? Yang ada gue dari tadi nahan emosi. Pengen gue sepik itu kepala Pak El sumpah!" Hujatku penuh emosi saat mengingat tindakan kurang ajarnya tadi. Yah walaupun mungkin dia memang berniat membantuku mungkin. Mungkin yah! Nggak tau soalnya isi kepalanya gimana. Tapi tetap saja namanya dia mencari kesempatan dalam kegelapan. Modus. Djancuk!!!

"Lo mau pulang sekarang atau mau bareng Pak El? Kayanya doi tadi masih didalem deh," Siska masih saja senang menggodaku. Memang beberapa detik sebelum film selesai aku langsung menarik Siska, memaksanya ikut keluar bersamaku. Nggak sudi aku keluar bareng sama Pak El.

"Kalau gue pulang bareng dia terus mobil gue mau dikemanain? Suruh jalan sendiri?! Lagi pula ogah banget gue deket dia mulu." Tolakku dengan keyakinan seratus persen murni tanpa keraguan.

Kami sudah sampai tempat parkir. Hanya saja posisi parkir mobil kami cukup berjauhan.

"Hmmm. Gue duluan yah. Bye cantik." Pamit Siska ketika sudah sampai ditempat mobil terparkir.

"Oke Cez. Ttdj! Gak usah ngebut! Utang lo masih banyak!" Aku berteriak memperingatlan. Siska itu loh kalau bawa mobil sukanya ngebut-ngebutan.

"Ashiiiiyapppp!" Jawabnya menirukan gaya salah satu youtuber yang sedang tenar sekarang.

"Astaganaga!" Umpatku karena kaget.

"Pak El bisa nggak sih nggak muncul dimana-dimana. Kaya jaelangkung aja." Omelku kesal. Baru saja aku membuka pintu mobil malah tiba-tiba mendapati dia sudah berdiri dibelakangku. Setan memang!

"Kamu pulang sendiri? Siska mana?" Tanyanya setelah dia dengan seenak jidat menutup kembali pintu mobilku.

Punggungku menyandar pintu mobil sambil membalas tatapanya dengan malas, "Pulang sendiri dong. Siska juga bawa mobil sendiri masa iya mau pulang bareng. Saya kasih tau, rumah kami itu berlawanan arah.

"Kaya gue sama lo! Bagaikan langit sama dasar bumi."

"Iya saya tau kok." Santai banget jawabnya.

"Terus Pak El ngapain disini? Jangan bilang mau nebeng saya. Maaf saya bukan driver ojol yang melayani jasa pengantaran." Ucapku memberi lampu merah.

Pak El berdecak pelan lalu menyentil keningku.

Aku mengaduh, "KDRT nih,"

"Kamu ini yah selalu berpikiran negatif terus sama saya."

"Emang kenyataannya Pak El itu selalu bawa hal-hal negatif buat saya. Udah deh saya mau pulang udah malem. Permisi yah Pak!" Pamitku langsung masuk mobil. Dari balik kaca aku melihat Pak El masih berdiri disebelah mobilku. Astaga! Ini maunya apa coba?!

"Bapak lagi nungguin apa sih? Beneran mau nebeng?" Tanyaku memastikan. Jangan-jangan dia kehabisan uang untuk pulang? Ngarang banget sih gue. Mana mungkin bos seperti dia kehabisan uang. Memangnya aku, kere.

"Nggak. Saya bawa mobil sendiri. Udah sana kamu pulang. Inget jangan mampir-mampir, udah malem." Perintahnya.

Idih sok perhatian amat! Biasanya juga situ kasih kerjaan sampe lembur hampir tengah malem nggak inget?

"Hmmm..." Jawabku bergumam dan langsung tancap gas tanpa pamit.

Bodo amat kalau besok dia mau balas dendam. Udah biasa jadi udah kebal. Simbiosis mutualisme untuk kami berdua hanya akan berlaku kalau lagi kepepet saja. Orang-orang kantor juga sudah tau bagaimana tidak sehatnya hubungan kami berdua.

MY FUSSY BOSS [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang