June pov
Sudah lewat seminggu sejak aku bekerja di bank ini. Banyak yang harus aku pelajari, karena jujur aja pengetahuanku masih blank soal perbankan, meskipun aku jurusan akuntansi. Nyesel aku dulu gak dengerin dosen waktu kuliah :(
Emang sih mas Bobby jamin pekerjaan aku disini, dia banyak bantuin aku juga.. Tapi kalau begini terus, aku juga kasihan sama mas Bobby. Dia udah punya kerjaan yang tanggung jawabnya lebih besar dan sekarang ditambah harus bantu ngontrol kerjaan aku.
"Juneya.. Ini laporan kamu, mbak nggak ngerti bahas apa." ucap mbak Jisoo, divisi keuangan.
"Eoh? Mana mbak? Dilihat coba." aku menerima kembali laporan yang ku buat kemarin.
"Ini," mbak Jisoo melingkari laporanku. "Kalo kamu gak bisa jangan dibuat lah, bikin pusing aja..."
"Iya mbak, maaf.." ucapku lemah.
"Biasa dimanjain mas Bobby ya gini, ketahuan kan kamu gak bisa apa-apa! Gak becus banget!" sentak mbak Jisoo.
"Iya mbak, maaf." aku hanya bisa menunduk lesu.
Mbak Jisoo ini biasanya baik kok, cuma mungkin dia lagi pusing jadi agak sensi, iya mungkin karena itu.
"Udah kamu mending beliin coffee aja sana di cafe depan." perintah mbak Jisoo, "biar laporannya dikerjain ulang sama Donghyuk."
"Iya, Mbak.. Aku pergi dulu kalo begitu." aku pun melangkah setelah menerima uang dan daftar pesanan.
June pov END
Tak lama berselang June kembali ke kantor dengan tangan penuh menenteng coffee cup.
"Biar ngerasain ajalah dia tuh, berasa dilindungin mas Bobby habisnya."
"Iya.. Nyebelin banget najis.. Manfaatin mas Bobby doang bisanya."
"Ku dengar juga dulu masuk karena mas Bobby."
"Iya mas Bobby mau-maunya di manfaatin bocah kayak dia."
"Dasar Bocah."
"Cih."
"Permisi." June masuk ke ruangan setelah puas mendengar ocehan mereka. Dengan gemetar menyerahkan bungkusan coffee.
"Makasih yaaa." mereka semua tersenyum.
"Iya, sama-sama." June kembali ke ruangan kerjanya.
Menyelusupkan kepalanya diatas kedua tangannya yang terlipat di atas meja. Air mata tak bisa terbendung lagi, berlomba-lomba keluar dengan derasnya. Menyisakan hati yang sesak.
"Hiks.. Maaa..." June menangis tersedu diruangannya.
Perasaan sendirian itu kembali menghampirinya, ditengah keterpurukan seperti ini kenapa malah tak ada yang membantunya.
June sadar dia masih membutuhkan Mama nya. Sudah sedewasa apapun, June akan selalu membutuhkan Mamanya. Satu-satunya orang yang tak akan pernah meninggalkannya.
Anak Manja, Bengal dan Keras Kepala itu berada di dasar jurang. Kenyataan yang menamparnya semakin terasa saat jauh dari Mamanya. Anak Manja memang akan selalu bergantung pada Mamanya. Anak Bengal tak seharusnya sakit hati akan omongan orang lain. Dan anak keras kepala akan tetap ada dijalan keinginannya. Bukan kah kombinasi yang sempurna?
Tapi tidak sekarang, diluaran, June hanya seorang anak Bawang yang lemah akan tindasan sosial. Menurut dengan seniornya, tak bisa memberontak sedikit pun.
"Hiks.. Hiks.. "
******************************
Baru bisa update.... Juneyaa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Buronan Mertua, Kim Bobby
FanfictionKim Bobby, cowok pekerja keras, baik hati, ramah, lembut, sopan.. semua kata-kata baik pantas dianugrahinya. intinya sih Buronan para mertua, buat jodoh anaknya. main pair >< BobJun END